Skip to main content

Bad Hair Day



Ada sebuah pemeo yang mengatakan 'perempuan jika patah hati akan memotong rambut".Tapi tak semua cewek yang memotong rambut berarti patah hati. Mungkin saja butuh suasana baru. (Suasana untuk melupakan orang lain dengan bentuk wajah yang berbeda...hihihihihi:).

Saya memotong rambut saya. Rambut adalah salah satu bagian tubuh yang tak terlalu aku sukai. Rambutku panjang dan bergelombang. Dulu sebelum bersentuhan dengan salon dia selalu berpasangan dengan ikat rambut. Tak pernah tergerai. Karena jika digerai bakal seperti singa...Aaaauuummmm :P. Mengembang layaknya rambut Hermione. Jika wajah mirip Hermione sih nda masalah.

Aku sempat melakukan pelurusan pada rambutku.Istilah salonnya dismoothing. Hasilnya, saya sangat mirip artis Korea :D. Tapi rambut itu pun memanjang. Sudah mulai terbentuk jejak antara rambut yang telah terkena zat kimia danterasa halus dengan rambut yang kaku, kasar,dan bergelombang.

Pusing rasanya memilih model rambut apayang cocok dengan wajahku dan juga rambut kaku ini. Sarannya sih model Pixie, seperti rambut baru Hermione. Ini saran Ema. Tapi mbak-mbak di salonnya ga tau model itu gimana.

Aku nunjuk saja gaya rambuk pendek sebahu milik Bunga Citra Lestari, sambil berharap bakal mirip nantinya pas habis digunting. Tapi yaaaa...tetap aja jelek. Rambutnya jadi aneh. Rambut lurusnya makin pendek dan membekas jelas menjuntai dengan pangkalnya yang kaku. Terpaksa kembali harus setia dengan ikat rambut.huhuhu.

Hahahahaha....perlu sentuhan zat kimia lagi? Saya belum berniat melakukannya. Malah ingin memotongnya lebih pendek. Seperti rambut pria. Inspirasi ini datang saat melihat rambut pendek pramugari Merpati. Tunggu dua bulan lagi :).

Johar Baru, kamar 7,belum mandi :P -061010-

Comments

  1. Kakak Perahu Kertas harus liat foto-ku wkt rambutku di lurusin...wahh...banyak yg pangling...persis artis Taiwan..wkwkwkk...

    ReplyDelete
  2. posting donk!!!! kayaknya kita satu produk y kalo lurusin rambut. hahahahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...