Skip to main content

Apalah Arti Sebuah Nama

"What's in a name? That which we call a rose by any other word would smell as sweet." -Shakespeare's Romeo and Juliet (II, ii, 1-2)

Kata mamaku nama itu doa. Jadi nama itu penting. Kenapa namaku dwiagustriani? Karena saya lahir tanggal 2 (Dwi) agustus (Agus), anaknya yang ketiga (Tri), nah Ani itu Cuma tambahan saja. Gantung rasanya kalo nyangkut di Tri.

Dari kecil sampe SD kelas 6, saya biasa dipanggil Ani (seperti lagunya Bang Rhoma). Pas SMP, guru-guruku panggil pake nama Dwi. Karena nama Ani terlalu pasaran. Dalam satu kelas bisa sampe dua orang bernama Ani. Dan dari tiap tingkatan kelas berjumlah sampe 4 kelas. Banyak kan.

Nama Dwi bertahan sampai selesai SMA. Pas kuliah, teman-teman mulai ngasih nama panggilan. Dipanggil Meimei, karena katanya mirip Cina. Terus di kasih nama Dey dari senior. Namanya k Adi. Nama itu dipakai khusus oleh dirinya untuk memanggilku. Sampai sekarang. Mengapa Dey? Menurut penjelasan kak Adi, waktu saya ospek tahun 2004 lalu, ia mengajak seorang mahasiswa Jepang ke kampus. Katanya, dia liat ke saya dan menanyakan namaku. Kak Adi menginformasikan namaku “Dwi”. Tapi ketika ia melafalkannya kedengarannya jadi “Dey”.Hehehehe.

Seorang  teman jauh memberi  nama Venus. Venus diambil dari nama Dewi kecantikan Romawi. Venus adalah sosok imajiner yang berpasangan dengan Lelaki Hujan. Kami sama-sama suka berimajinasi. Jadinya saling memberi nama. Lelaki huja buatnya karena ia suka denga hujan.

Waktu menjadi karyawan di perusahaan swasta, seorang teman kantor ngasih nama, Two. Two dalam bahasa Indonesia dua. Dwi kan berarti dua. Uniknya pelafalannya seperti mengeja dalam bahasa Indonesia. Tidak di baca Tu. Tapi kedengaran Tuwo. Kalo Tuwo, beda lagi artinya dalam bahasa Bugis. Tuwo berarti Hidup. Nama ini pun masih saja menjadi nama panggilan buatku kalo kontak-kontakkan sama teman-teman di sana.

Selanjutnya seorang junior dikampus memanggilku dengan nama “Perahu Kertas”. Hahahaha. Terinspirasi dari mana? Namaku pernah numpang terkenal di novelnya Dewi Lestari. Ada halaman khusus para penggemar yang menuliskan pesan dan kesanya setelah membaca buku perahu kertas versi digital, sebelum dicetak. Iseng saya ikut ngepost kesan saya tentang buku itu. Jadinya ketika dia melihat namaku, dia memanggilku kakak perahu kertas.

Satu panggilan dari ponakanku. PUMI. Di keluarga kami, panggilan kepada tante menggunakan kata puang. Nah panggilan buatku adalah Puang Ani (merujuk pada nama kecilku di rumah). Tapi dasar kevin (ponakanku yang paling tua) lidahnya masih tak jelas menyebutkan apapun, maka ia memanggil dengan panggilan PUMI. Itu waktu dia berumur 2 tahun. Sekarang, jika dilafalkan untuk menyebutkan "Puang Ani" ia sudah bisa. Namun nama PUMI tetap melekat buatnya. Bahkan satu rumah pun memanggil dengan nama "PUMI" :D

Terakhir adalah nama yang saya buat sendiri. Sebuah karakter imajinasi bernama Peribiru. Tak jelas juga ia adalah peri atau manusia. Tapi perlu diingat cara menulisnya adalah PERIBIRU. Tanpa spasi.Peribiru ini punya pasangan juga. Namanya kesatria Putih (ini pakai spasi). Beberapa kali sempat kutuliskan dongengnya. Lahirnya Peribiru juga dari sebuah kebetulan yang sedikit lucu. Smsan sama teman dan tiba-tiba terinspirasi membuat karakternya.

Apalah arti sebuah nama? Bagi seorang penulis sangat berarti. Beberapa memiliki nama pena. Menjadi Altar Ego yang berbeda dari realitas hidupnya. Apakah aku harus memikirkannya? Entah, aku suka dengan namaku sekarang.

PKP Sore, 4 Okt 2010

Comments

  1. Kakak Perahu Kertassss....!!!

    hihihiii....^^

    ReplyDelete
  2. untung nda' ada yg panggil agus.
    tp, krn sdh menikah sama k'yus,
    jadi agyus.

    ha...ha...ha...!!!

    ReplyDelete
  3. @ k bento : hahaahahaha. untungnya. Meski pun ada yang iseng suka manggil agus. :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...