Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2011

Ibu Oportunis yang Menukar Struk Belanja

Oportunis tak selamanya buruk. Oportunis membuat seseorang menjadi begitu telaten dan teliti dalam melakukan sesuatu. Mempertimbangkan segala hal dan menghitung segala kesempatan dan kemungkinan. Kaum perempuan khususnya ibu-ibu kebanyakan yang oportunis. Khususnya terhadap promo-promo belanja yang mengimingkan hadiah. Mungkin ini disebabkan karena merekalah yang mengatur keuangan dan keperluan rumah tangga. Mereka yang paling tahu konsumsi produk tertentu dalam rumahnya dan mampu menghitung segala kemungkinan untuk memperoleh hadiah dari promo belanja. Yang ngantri banyak Beberapa waktu lalu aku mendapat tugas dari kakakku untuk menukarkan struk belanja susu bebelac dengan berbagai bisa macam hadiah yang bisa ditukar jika memiliki point tertentu.Dari info yang dia berikan aku sudah membayangkan begitu banyak ibu-ibu yang rela ngantri hanya untuk menukar struk belanja susu Bebelacnya. Hari pertama ia telah berusaha untuk menukar struknya, pukul 11 siang dia berada di Mall, nomor a

Berharap Strawberry, Dapatnya Blackberry

Apa jadinya jika berharap mendapatkan oleh-oleh buah strawberry sekantong plastik yang harganya Rp. 5000 kamu dapatnya sebuah smartphone bermerek blackberry seharga berpuluh-puluh kali lipat? Jangan ditanya seberapa senang saya. Sebenarnya agak susah membandingkan kedua hal tersebut. Dua-duanya bernama buah. Tapi dua-duanya juga juga beda 180 derajat. Tak ada kesamaan diantaranya. Yang pertama adalah strawberry yang berbentuk buah. Yang kedua adalah sebuah smartphone yang lagi marak digunakan. Saya tak pernah berharap menggunakan blackberry. Handphone buat saya hanyalah untuk sekedar smsan dan menelepon dan ditelepon. Handphone yang saya gunakan sekarang pun hanyalah handphone merek china yang jika harus mengakses fesbuk menggunakan opera mini yang membutuhkan layanan internet perminggu yang ditawarkan oleh operator seluler. Jika sudah keluar dari operamininya maka perlu menunggu lama untuk kembali mengakses. Maklumlah, handphoneku cuma handphone biasa dan bukan smartphone. Ada kein

Tentang Film Hollywood Di Indonesia

Ini bulan Juni. Musim liburan baik di Amerika maupun di Indonesia yang mengikuti sistem pendidikan di Amerika. Musim liburan menjadi patokan waktu untuk melaunching film-film baru Hollywood. Deretan judul film keren menggugah imajinasi untuk ditonton. Mulai dari Kungfu Panda 2, Pirate Of The Carebean 4, X-Men 1st Class, Captain America, Thor, dan banyak lagi film-film hollywood yang bagus. Dan kesemuanya itu terancam tidak ditayangkan di Indonesia. Mengapa? Kasus ini telah bergulir sejak februari 2011 lalu saat pemerintah membuat kebijakan baru tentang bea cukai peredaran film-film Hollywood di Indonesia. Para produsen film asing harus membayar bea masuk barang, setelah sebelumnya juga harus membayar PPN, PPh, dan Pajak tontonan.Motion Picture Asociation (MPA) keberatan dengan kebijakan tersebut dan mogok mendistribusikan film-filmnya ke Indonesia. Menurut kabar yang beredar, info terbaru adalah menteri kebudayaan dan pariwisata telah mendiskusikan hal tersebut dengan para distribut

Peribiru Diculik

                “Prang” bunyi gelas pecah beradu dengan lantai. Disusul dengan dentang kuali tanah liat yang pecah. Asap membumbung dari dapur belakang kakek penyihir. Kesatria Putih yag sedang berkuda di padang dekat hutan  segera berlari  ke halaman belakang yang tidak jauh dari padang. Ia segera menuju dapur. Ia tampak panik. Namun sebelum ia menggapai pintu belakang, peribiru tampak keluar dari dapur yang masih dipenuhi asap. Pakaiannya penuh debu. Mukanya menghitam dan  rambutnya acak-acakan. Kesatria Putih tak perah melihatnya begitu berataka. Bahka ketika mengalahkan aga sekalipun ia sekacau dari hari ini.                                “Hahahahahaha” kesatria putih tak mampu menahan  tawanya. Wajah acak-acakan Peribiru tampak begitu lucu baginya. Seperti menggelitik perutnya. Peribiru menatapnya penuh kemarahan. Matanya memerah. Debu di wajahnya tampak bergaris putih. Dia berlari tertunduk. Menabrak pundak Kesatria Putih yang masih saja tertawa

Luluran Racikan

Karena tak punya lulur konvensional di rumah maka dengan kreatif aku membuat lulur sendiri. Bermodalkan ingatan dari status seorang adik angkatan di fesbuk aku meminta resep lulurannya.Dia mengirimiku resep racikan lulurnya. Ampas teh, kopi bubuk, susu putih, madu, gula pasir, milk cleanser dicampur sesuka hati dengan takaran mengikuti kata hati. Lucu juga takarannya. Berhubungan karena malas cari lulur lagi maka bahan-bahan itu pun yang aku buru. Paling susah mencari milk cleanser karena kampungku begitu kecil, tak ada toserba yang lengkap, dan pasar hanya sekali dalam lima hari. Tapi hari ini aku berhasil meracik lulur itu.  Hasilnya...hmmm....sebuah olahan yang cukup menjijikan. Berbau campur-campur. Rasa kopi, gula, susu, dan teh. Mengikuti cara luluran yang  dianjurkan aku pun mandi terlebih dahulu. Pakai sabun hingga badan terbebas dari debu. Selanjutnya memakai lulur tesebut ketika tubuh masih setengah basah. Luluran ini cukup bagus. Tapi kali ini tak ada tendensi apapun seru

Penulis Atau….?

Jika Bondan Winarno memulai karir menulisnya di umur belasan tahun dengan tulisan-tulisan fiksi yang diterbitkan di berbagai media nasional. Bagaimana dengan aku? Seperti membandingkan bumi dan langit jika membandingkan karir menulis pak Bondan dan diriku. Tapi mungkin perlulah sedikit melihat dimana saja pernah nyempil satu tulisanku di beberapa buku. Tak seperti para penulis lain yang langsung melejit dalam setiap karyanya. Aku harus memulai dari menitipkan satu puisi pada antologi puisi yang dibuat oleh teman-teman di Liga Film Unhas yang tidak punya ISBN. Puisi yang tak pernah ingin aku ingat. Aku tidak cukup percaya diri untuk mengakuinya sebagai buah pikiranku sendiri. Puisi yang cukup ampuh untuk menjadi bahan callaan diantara teman-teman. Tapi dulu sewaktu membuat buku itu bersama anak-anak liga film aku begitu bersemangat. Hehehehehe, anak muda memang selalu bersemangat. Buku itu dibuat pada tahun 2004, saat aku masih mahasiswa baru. Se