Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2010

Laut Gunung

Rasanya sangat ingin ke laut atau ke gunung. Tempat yang tak penuh hiruk pikuk manusia dan segala bentuk kehidupan sosial yang begitu tergesa-gesa. Laut atau gunung secara misterius mampu memberikan ketenangan jiwa.  Aku mampu terdiam sesaat di sana. Seperti mencicipi surga. Menghentikan jejak waktu yang berdetak. Menarik napas secara perlahan dan sangat dalam.Mendapati diri dalam sebuah rasa yang begitu bebas. Aku mampu melupakan dunia yang bergerak di sekitarku. Melupakan segala sumbat pikiran dan ceracau hati. Meninggalkan segala rasa dan mindless. Meski sejenak tapi tak ternilai.  Aku rindu pada laut dan gunung. Aku rindu menyapa pagi sambil melihat hijau pepohonan dalam kabut dingin yang menusuk. Aku rindu melihat gulungan ombak dan temaram matahari yang terbenam. Aku rindu menghentikan waktu. Aku rindu membuat jejak abadi meski begitu singkat.  Aku rindu laut dan gunung. Sesaat saja....bolehkah???Amin

Kangen Serial Anak-Anak Jaman Sekolahan

Dulu di kampung, hari minggu adalah hari yang paling menyenangkan. Libur dan banyak serial anak di televisi. Hari minggu adalah hari paling merdeka bagi saya. Setelah enam hari harus bangun pagi dan ke sekolah, bertemu dengan pelajaran-pelajaran yang susah masuk ke otakku, minggu menjadi sebuah hari dimana aktivitas itu tidak lagi menjadi keharusan. Tapi karena saya adalah tipe anak yang rajin, kalo hari minggu tetap saja bangun pagi. Biasanya kalo jam 6 cuci baju sekolah dulu dan mandi pagi. Pukul 07.30 saya sudah segar dan duduk manis depan televisi. Memilih channel Indosiar. The Secret World of Alex Mack. Kisahnya tentang seorang anak High School yang terkena cairan kimia dan memiliki kekuatan super. Saya tak pernah absen menonton film ini. Hingga tidak ditayangkan lagi di Indosiar. Ada serial kartun Candy-Candy dan Remi. Tapi saya tidak terlalu doyan dengan serial ini, bagi saya kartun adalah serial dari Jepang. Dengan muka yang tirus, mata belo, jangkung, dan cakep. Tidak be

Surat Cinta Untukmu

Aku ingin menulis surat cinta untukmu. Untuk kamu. Hanya kamu. Aku akan memulai pada kata apa kabar? Apakah baik baik-baik saja? Aku mungkin jarang melakukan ritual berdoa, tapi bukankah kata adalah doa. Tiap aku memikirkanmu aku selalu berharap agar kau baik-baik saja. Sekelilingmu menjagamu. Memastikan kau tetap aman, nyaman dan tercukupi. Aku selalu berharap agar bahagia menyelubungi tiap lakumu mengepak detik dalam waktu. Selain memikirkan akan sosokmu, kutitipkan juga satu point egoku di dalamnya. Aku selalu membayangkan kau merindukanmu. Ya, aku berharap dan berdoa kau merindukanmu. Karena aku disini membungkus hariku dengan ikatan rindu buatmu. Rindu seperti belenggu untukku. Iamenyesakkan napasku. Namun ketika ia tidak membelitku, aku seperti kehilangan sebuah rasa yang menyenangkan. Bagaimana harimu? Aku tak tahu lagi kabar terbarumu. Kita telah lama tak berjumpa. Tak bertukar kabar. Tak saling menyapa. Jarak telah memisahkan kita. Waktu dalam definisiku tentangmu telah ber

Sekali Lagi Tentang Ema

This Ema... Malam menjelang. Film kartun Sinbad yang kutonton di laptopku sudah menunjukkan credit title. Sang Pahlawan (atau pencuri itu) kembali mengarungi samudera. Bersama kekasih yang "dicurinya" dari sahabatnya. Lupakan tentang Sinbad. Aku tak ingin membicarakan ia disini. Masih terngiang kalimat terakhir Marina pada Sinbad ketika ia menjelaskan betapa menakutkannya lautan untuk dilayari, "I'll Protect U"kata Marina. Halaman Facebook penuh dengan tulisan tentang Ema. Hmmm...bukannya hari ini masih tanggal 21 november. Ada yang salah.Hari ini tanggal 22 november. Dan besok adalah ulang tahunnya.  Hei, aku belum mempersiapkan apapun buatnya. Aku pun belum menulis tentangnya. Dan waktu sebentar lagi menuju angka 12 malam waktu Makassar. Kado biasanya disiapkan sehari sebelum hari ulang tahun. Paling dramatis jika benar-benar tepat pukul 00.01 di hari ulang tahunnya. Apa yang harus aku tulis untuk ulang tahunnya? Aku sudah pernah dan telah terlalu

Meet Dee (Part II) : Beda Makassar Beda Jakarta

Dwi and Dee Apa bedanya jumpa penulis di Makassar dan di Jakarta? Yang pasti bagiku itu sangat berbeda. Sewaktu jumpa penulis Trinity Naked Traveler  beberapa waktu lalu di Gramedia Panakukang Makassar, sangat banyak pengunjung yang antusias untuk datang. Bertemu Trinity, meminta tanda tangannya, berfoto bersama, dan juga berdiskusi. Bahkan antusiasme itu tidak hanya terjadi padaku tapi juga pada teman-teman kampusku di Kosmik. Saat itu, ada Meike, Kak Rahe, Ema, dan juga Echy. Belum cukup. Ada lagi para pengunjung yang juga mebawa teman-temannya. Pokoknya ramai. Meski pun tidak begitu membludak. Acaranya pun ditunggu-tunggu. Kursi-kursi yang telah disediakan pun langsung penuh. Beberapa pengunjung malah harus berdiri untuk ikut berpartisipasi. Di Jakarta, kemarin sewaktu Meet and Greetnya Dee, aku tak melihat antusiasme seperti itu. Aku hanya menemukan diriku yang kesepian sendirian yang begitu exciating menunggu acara dimulai. Aku hanya sendirian duduk di sofa yang disediakan

Meet Dee (Part I) : Dari Teras Imaji hingga Teras Kota

Di suatu malam di Pondok Salsabila bersama Ema. Pukul 11 malam kala itu. Menjelang tidur kami berbagi cerita. Memintal benang mimpi. Seminggu sebelum aku ke Jakarta. Kami berbaring di atas kasur biru tipis. Rayap mengiang di balik papan lantai. Kami merajut mimpi. Membuat daftar orang-orang yang akan kami temui. Dia merapalkan mimpinya, bertemu Mathew Bellamy personil Muse. Dia juga ingin bertemu Reza Rahadian, aktor dalam film Badik Titipan Ayah yang tak sempat dia ajak berfoto saat shooting film itu di Ramsis Unhas. Giliranku merapal mimpiku. Jika orang Indonesia, aku tidak terlalu minat bertemu SBY meski dia presiden. Aku juga tidak minat menguber-uber Obama  (meski ia sempat ke Jakarta tapi waktu itukan belum tahu kalo Obama mo datang ;p), itu mimpi yang bakal susah tercapai jika dia masih menjabat presiden.  Aku hanya ingin bertemu Dewi “Dee”Lestari. Mengapa? Dia adalah penulis favoritku. Penulis perempuan yang selalu aku jadikan kiblat. Penulis yang kesemua bukunya telah aku la

Cinta Kekasih Gelap (Sebuah Resensi)

Cinta seperti air. mencari tempat untuk mengalir. menjadi arus deras jika ia begitu meluap. menantang segala bebatuan cadas yang ada di depannya. Sekalipun ia bertemu tembok, ia tetap akan merembes. mencari cara agar tetap mengalir. Cinta seperti air, Let it flows. apakaha cinta hanya dimiliki oleh aku dan kamu? orang pertama dan orang kedua? Apakah cinta jika mengalir pada orang ketiga akan menemukan cabangan sungai yang membelah arus. Dimana letak cinta itu sesungguhnya? Sekali lagi Sanie B Kuncoro memesonaku dalam balutan kalimat-kalimat cinta yang begitu lembut sehingga tajam mengiris imajinasiku. kekasih gelap menceritakan cinta dari tiga sisi. Buku ini sudah cukup tua. Cetakan pertama tahun 2006. Berisi dua buah cerita tentang cinta antara orang pertama, kedua, dan juga orang ketiga. Cerita ini menjadi juara lomba II cerber majalah Femina tahun 2003. Cerita pertama bertajuk, Jalan Sunyi. Limar dan Puan adalah sepasang kekasih yang akan segera menikah. Persiapan pesta te

Ikan....

Ada empang di halaman blogku. Ketika tak ada kerjaan dan tak ada yang menarik lagi di dunia cyber aku singgah di sana. Meng-klik mousenya dan keluarlah biji-biji makanan berwarna orange. Aku suka memperhatikan ikan-ikan itu berenang. Warna-warna yang kupilih pun cukup menyenangkan buat mataku. Hitam, biru, merah,orange, dan hijau. Aku suka melihat riak air ketika mousenya kutekan. Ikan-ikan itu adalah penghuni dunia cyber. Ketika aku tak memberinya makan sekalipun mereka tetap akan berenang di empangku. Aku bisa menambahkan banyak ikan semauku. Kemudian denganku? Aku mulai teralienasi oleh dunia cyber ini. Perlu interaksi dari dunia luar yang benar-benar bermateri. Namun di tempat ini diriku seperti terjebak dalam sebuah dunia maya yang semu. Dan aku tak bisa lari. Aku ingin menjadi ikan. Berenang jauh di samudra dengan petualangan-petualangan nyata menantang hiu dan paus pembunuh. Hmmm....

Panda Pink

Ini teman baru dari BJ.  BJ yang kasi nama, Panda Pink.  Matanya menyilaukan seperti alien.hihihihihi.  Btw, terima kasih BJ.

Absurd

Jarum telah beranjak dari posisi terhimpitnya. Sudah duapuluh menit dia beranjak dari titik itu. Ia kembali mengitari bulat angka dari 1 hingga 12. Adakah kau tahu sebuah lelucon tentangnya? Tentang mengapa jarum jam berputar? Jawabnya karena ia mencari angka 13 yang tak kunjung ia dapati. Hey, mengapa tersenyum kecut? Adakah yang membuatmu sedih di malam selarut ini. Mengapa kau belum beranjak dari tempatmu? Apakah kau menunggu seseorang? Dia  special? Ada sedikit senyum di wajahmu. Sesaat membuat rona pipimu memerah. Namun, sekedip kemudian senyum itu kembali membentuk garis lurus. Sedikit tertekuk malah. Kamu sedih. Kenapa? Apa dirinya tidak datang? Dia ada. Aku tahu pasti kapan dia ada. Namun sekejap aku pun tahu kapan ia beranjak Aku selalu ada sebelum dia hadir. Aku selalu menungguinya pamit sebelum aku pamit. Aku selalu ada kapanpun ia butuh. Aku menjadi mata, telinga, dan juga mulut untuknya. Aku menemaninya. Berusaha meluangkan waktu seberapapun sulitnya. Menyisipkan semenit

Idul Adha Kali Ini

Ini adalah lebaran terjauh yang pernah aku lalui. Berjarak 1413 km, kata Google. Atau 15 derajat dari garis bujur. Selama 24 tahun hidupku setiap lebaran baik itu  Idul Fitri maupun Idul Adha, aku selalu melewatkannya di rumah. Tak peduli hanya ada aku, mamaku, dan Etta, atau hanya ada aku dan Etta saja sejak sepeninggalan mamaku. Ditengah hiruk pikuk meriahnya takbir di megapolitan ini, ada ruang di hatiku yang merindukan suasana malam lebaran di rumah. Dulu mama akan sangat sibuk memasak di dapur. Malam ini pasti kakak ipah (jika lebaran di rumah, akan sama sibuknya). Jika dulu mama memasak ayam nasu likku' maka menu itu telah berubah menjadi coto ayam. Dan aku selalu memerankan peran sebagai pembantu umum. Harus bersedia ditempatkan di mana saja. Menerima tugas apa saja. Mulai dari membersihkan rumah sampai mencuci piring. Meracik bumbu bukanlah keahlianku. Karenanya kerja-kerja membersihkan selalu menjadi jatahku. Malam takbiran di rumah, sepi dengan takbir. Di Bengo,

Lagi Ingin Melankolis

Pernah tersesat dalam belantara ramai ditengah jerit suara yang memekakan telingamu dan kau tetap merasa tak mendengar apapun? Apakaha kau pernah merasakan matahari begitu meranggas teriknya, peluhmu telah membasahi tubuhmu namun hatimu tetap berasa dingin? Pernahkah kau merasakan cinta yang tumbuh sesaat namun membelitmu begitu kuat? Seperti rantai tak kasat mata yang membelenggumu penuh dengan mantra-mantra kuat? Adakah hatimu pernah merasakan cinta yang begitu semu namun hatimu masih tetap membenarkan setiap gerakmu menujunya? Pernahkah kau merasakan cinta pada sebuah punggung. Cukup melihatnya saja. Memainkan peran serupa mata-mata dan dia bahkan tidak tahu dan tidak akan pernah tahu hadirmu? Atau jika kau sedikit lebih gila, kamu mencoba menjadi malaikat untuknya. Hadir di sampingnya meski dia tetap tidak bisa merasakan hadirmu? Atau yang lebih gila lagi ketika kamu mencoba menjatuhkan dirimu dari gedung tinggi, menjadi manusia, dan mendekatinya? Cukup menyenangkan jika ia

Ketika Jurnalisme Di Bungkam Sastra Harus Bicara

Aku tiba-tiba mengingat kalimat ini yang juga sebuah judul buku dari salah satu penulis favoritku Seno Gumira Adjidarma. Beberapa kejadian yang heboh belakangan ini di media mainstream dan juga di dunia maya serta beberapa diksusi dengan teman membuatku berpikir bahwa Mas Seno benar. Jurnalisme seperti sebuah detektif yang harus memecahkan masalah. Ia menjadi seperti mercusuar yang cahaya membimbing kita untuk mencari kebenaran. Namun karena ia adalah sejatinya sebuah fakta (baik secara psikologis maupun sosiologis) terkadang ia menemukan batu sandungan. Terbelit oleh berbagai rantai kepentingan. Pemodal. Politik. Bahkan hingga nyawa.  Ketika kekuasaan membredel kegiatan jurnalisme atau pemodal hanya sekedar mencari ratting dan memaksakan sebuah agenda kepentingan maka itu adalah kerangkeng jurnalisme.  Lantas dimana manusia bisa berteriak lantang dan menyuarakan fakta sebenarnya. Sastra mengambil peran tersebut. Fakta-fakta disisipkan dalam buku sastra. Bahkan terkadang buku

Ollo Si Beruang

Ollo si Beruang Di sebuah hutan yang lebat dimana pohon-pohon menjulang tinggi. Akar-akarnya belukar di tanah. Rumput-rumput lebih hijau dari yang pernah kamu lihat. Di dalam hutan semua binatang hidup bersama mengikuti hukum alam. Jangkrik-jangkrik dan serangga mengkolaborasikan suara yang harmonis bersama bunyi bunyi gesekan dahan, dan daun berguguran. Di hutan ini, jauh di dalam hiduplah seekor beruang. Ia bernama Ollo. Ollo sangat bahagia hidup di hutan. Di sini dia berteman dengan imut si semut. Imut tinggal di bawah tanah di samping pohon yang Ollo jadikan rumah. Tak cuma imut si semut, Ollo juga berteman Acil si kelinci. Mereka sering berkumpul dan bercerita. Atau kadang bermain di sekitar lapangan tempat mereka tinggal. Tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan. Di sana terdapat tanah lapang yang tak terlalu luas. Rumput-rumput tumbuh tapi tidak terlalu tinggi.Di balik rumput-rumput itulah Acil si Kelinci membuat sarangnya. Ada batu-batu besar yang berongga yang menjad

Permen Wonka

Aku mendapat permen Wonka pagi ini. Belum aku coba. Rasa di bungkusan bertuliskan banan. Warna kuning. Cuma sebiji. Aku memandangi bungkus permen itu. Membaca bungkusnya dan melihat lambang tulisan wonka yang sangat khas membuatku teringat pada film Charlie and The Chocolate Factory yang dibuat oleh Tim Burton dengan aktor andalannya Jhonny Depp. Aku pikir pabrik permen ini hanya ada di dunia film.Ternyata benar-benar ada Apa hubungan antara keduanya? The factory was first started in the late 1950s, when a small, family-owned company started Breaker Confections in Chicago. in 1965, Sunmark Companies purchased Breaker Confections. The name was changed to Willy Wonka Brands in 1980, and to Willy Wonka Candy Factory in 1993. In 1988, the Sunmark Companies became part of NESTLÉ. The name Willy Wonka came from the well-know book about Charlie and the Chocolate Factory. Charlie and the Glass Elevator also inspried the name. In 1971, the film Willy Wonka and the Chocolate Factory was inve

Kakakku Ipah

Saat coast  Aku memiliki dua kakak perempuan. Apakah menyenangkan? Tentu saja. Perempuan selalu menyenangkan jika berkumpul lebih dari satu. Yang pertama akrab aku panggil Kak Anti. Yang nomor dua biasa aku panggil Kak Ipah. Saat ini aku akan menceritakanmu tentang Kakakku Ipah. Nantilah aku jelaskan sebabnya. Ia lebih tua 5 tahun dariku. Sejak kecil aku tumbuh bersamanya. Kami tidaklah seumuran. Aku masih kelas satu SD ketika ia sudah akan ujian ebtanas di kelas 6. Jarak antara usiaku dengan usia Kak Anti, kakakku yang paling tua adalah 7 tahun . Aku masih main tanah dia sudah tahu belajar bagaimana pacaran itu. Ketika kelas 5 SD, dia sudah kuliah di Makassar. Secara otomatis aku lebih banyak melewatkan hariku tumbuh bersama Kak Ipah. Bagaimana aku menggambarkan Kak Ipah? Beauty and Brain. Dia cantik, dia pintar. Tapi maaf untuk behavior aku harus lebih objektif. Kak Ipah adalah tipe perempuan paling keras kepala yang pernah aku kenal. Jika perempuan adalah cuaca yang tak b

Dari BJ, Kuberi Nama Ollo

Aku menemukan teman baru di fesbuk. Baru seminggu ia menerima permintaan pertemananku. Tapi kami (terlebih aku) merasa kami nyambung cerita banyak hal. Bagaimana aku mengenalnya? Hmmm...aku melihat fotonya di album foto teman di fesbuk. Liat profilnya yang ternyata seorang blogger. Ini BJ, foto profilnya di Fb (hehehehe...terlalu gagah untuk mejeng di terasimajiku) Agustus lalu, aku me-link blognya di blogku. Kala itu alamat blognya masih di wordpress. Last update-nya berbulan-bulan yang lalu. Selama aku men-link blognya di blogku, tak pernah sekalipun aku menemukan tulisan terbarunya. Tapi itu kubiarkan saja. Seminggu yang lalu saat mengupdate blog, aku menemukan ia menjadi follower blogku. Ternyata dirinya telah pindah rumah ke blogspot.(Nama blognya aneh, mountainmama . Apa artinya ya )Aku pun meng-add-nya sebagai teman di fb. Gayung bersambut, ternyata dia menyenangkan diajak ngobrol. Kami sama-sama dari Bone. Sama-sama suka museum, sama-sama suka nonton, dan sama-sama suk