Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2012
Banyak alur cerita berkelebat di benakku. Beberapa sedih, beberapa bahagia. Saya rindu menulis cerpen.... Powered by Telkomsel BlackBerry®

Gloomy Heart

Pagi ini kelabu. Awan menggantung. Gloomy day bring gloomy heart. Lagu Cristina Perry mengalung pelan. Lagu romantis yang membawa galau. Sekalipun lagu itu bukan tentang patah hati.I have died everyday waiting for you Darlin' don't be afraid I have loved you for a Thousand years. And i'll love u A thousand more.  Puluhan lagu sedih menari di benakku. tiap lirik berlompatan. Berebutan menjadi soundtrack kelabu hari ini. Selalu seperti ini. Rasa ini selalu ada. Seperti kosong yang tak ada isi. Seperti ombak yang terhempas di batu karang. Ia lepas dan tak punya rasa. Seperti terbuang. Seperti kapas yang mengangkasa tertiup angin. Rasa yang selalu aku sebut sebagai mood paling pas untuk membuat cerpen sad ending. Ini seperti candu. Tak ingin merasakannya tapi ingin lepas darinya. Dan ketika tak merasakannya ada rindu yang ingin kembali pada rasa itu. Melemahkan tapi juga menguatkan. Batu kripton mungkin untuk sang superman? Bisa jadi. Jika saya adalah tokoh dalam sebuah cer

Baby Storytime at Athens Library

Selasa pagi datang dengan mendung. Tak ada matahari bersinar. Athens seperti biasa menyambut pagi dengan dingin. Kali ini awan langit lebih kelabu. Tak ada sinar matahari yang sedikit menghangatkan pagi yang dingin. Selasa akan menjadi hari yang sibuk buat saya dan Ara. Dan selasa itu dimulai hari ini. Selasa ada jadwal baby storytime di perpustakaan Athens. Dan sore hari saya harus masuk kelas English for All. It will be a busy day, i think. Tapi kabar baiknya adalah saya memiliki aktivitas. playing time Pagi ini meski matahari tidak bersinar, awan kelabu menutupi langit Athens, saya dan Ara bersemangat menyambut selasa. Mungkin saya saja yang bersemangat. Ara cukup ikut saja dengan mamanya. Pagi-pagi sarapan dan mandi. Berangkat pukul 9 pagi ke Athens library sambil berjalan kaki. Suhu dingin hampir membuat saya tidak bisa merasakan kaki saya. Jari tanganku beku. Ara sampai harus menggunakan kaos tangan yang ajaibnya tidak ia lepas. Padahal ini pertama kalinya ia memakai kaos

In The Dark of The Night at Athens Library

Hari ini saya, Ara, dan Kak Yusran mengunjungi Athens Library. Perpustakaan kota di Athens County. Tak ada rencana sebenarnya untuk datang berkunjung. Awalnya hanya meminta Kak Yusran untuk menemani jalan di rute bike track ke Athens Library. Dari Erika, saya mendapatkan info bahwa di Athens library ada jadwal untuk ibu dan anak membaca bersama. Makanya, mumpung hari ini suami saya nda kuliah maka saya menodongnya untuk menemani melalui rute sepeda. Menyusuri rute sepeda cukup dekat jaraknya dari Riverpark dibanding harus menggunakan bus. Ternyata hanya butuh waktu 15 menit dari Riverpark untuk sampai Athens Library berjalan kaki melalui bike track. Kalo pake bus memakan waktu 30 menit dari depan apartement dengan kepala pusing di dalam bus. Athens Library adalah perpustakaan daerah untuk Athens County. Perpustakaannya kecil dibanding Alden Library (nanti kukisahkan ditulisan lain tentang Alden). Perpustakaan Athens lebih banyak dikunjungi oleh orang tua dan yang memiliki an

Kelas Pertama Ara

Ara masuk kelas pertama di Ohio University. Senang banget jadi Ara. Baru umur satu tahun jalan-jalannya sudah universitas luar negeri. Mamanya umur 16 tahun baru jalan-jalan ke Unhas dan ikutan masuk belajar di kelas kedokteran. Sedangkan Ara, belum juga bisa melangkah sudah nongkrong di Ohio University. Sudah main-main di dalam kelas sambil nonton youtube via proyektor di komputer. Bertemu banyak orang dari berbagai negara dan menyapanya dengan manis. Nongkrong sambil makan muffin di starbucks sambil ngoceh melawan hawa dingin. Dia belum tahu bahwa pengalamannya yang berlangsung sekarang begitu menyenangkan di mata orang lain. Tak perlu susah mengirim aplikasi beasiswa buat keluar negeri. Tak perlu susah belajar bahasa Inggris untuk dapat TOEFL tinggi. Yang dia lakukan hanyalah duduk manis dan ikut kemana ibu bapaknya pergi. Duh, irinya jadi ini anak. Powered by Telkomsel BlackBerry®

Ikut English For All

Yah, akhirnya saya ikut program English for All. Awalnya saya mendengar program ini dari Kak Yusran dan membayangkan tulisannya adalah English For Old. Jadi, pesertanya adalah para orang tua. Ternyata saya salah karena listening yang kurang baik. Yang dimaksud adalah English For All. Bahasa Inggris untuk semua. Program English For All adalah program kursus yang diadakan Departement of Linguistics and English as a Second Language, Ohio University. Jadi siapa saja boleh ikut kelas ini. Semester sudah berjalan sejak 4 september lalu tapi saya baru mengikutinya hari ini. Biasalah, jalan-jalan dan foto-foto serta pajang di fesbuk selalu lebih penting daripada belajar. Jadinya, setelah mulai bosan tidak ada aktivitas, Kak Yusran mendaftarkan saya di program bahasa ini. Sedikit nervous untuk mengikuti kursus bahasa Inggris kali ini. Pertama memang selalu deg-deg-an. Tapi pertama kali ini adalah karena kursusnya di Amerika, pengajarnya native, teman-teman kursusnya dari berbagai negara. Dan ad

Ara Yang Mulai "Nakal"

Saya sadar bahwa akan berada di situasi ini dulu tapi tidak secepat ini. Ara, bayi kecil yang rasanya baru kemarin saya lahirkan sudah besar dan mulai nakal. Ada-ada saja hal yang mampu membuatku menyadari bahwa dirinya bukan lagi bayi yang memakai popok kain yang kerjanya h anya tiduran saja. Sekarang ia mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Bermain dengan imajinasinya. Melancarkan protes. Mengajukan pendapat dengan caranya. Melakukan hal-hal lucu yang menurutnya menyenangkan. Belajar meniru dan bergerak. Dia paling senang bermain dengan Ayahnya. Ayahnya selalu menyenangkan buatnya. Menemaninya melakukan gerakan lucu-lucu yang membuatnya tertawa cekikikan dan terbahak-bahak. Atau rela menonton youtube dan menyanyi bersama lagu "if you happy and u know it" ratusan kali tanpa bosan. Tiap hari lagu itu tak pernah absen terdengar. Dengan Ayahnya, ia selalu berjalan-jalan mengitari rumah. Dan datang menghampiri dengan wajah cengengesan. Berkomplotan dengan ayahnya minta dipuji. Du

Kami Mengunjungi Festival Pawpaw

Boneka Pawpaw (Foto : M.Yusran Darmawan) Sabtu 15 September kemarin, saya, Ara, Kak Yusran bersama Mbak Arin ke Pawpaw Festival yang diselenggarakan di Lake Snowden, Athens. Festival Pawpaw adalah festival tahunan yang diadakan masyarakat Athens untuk merayakan panen Pawpaw. Pawpaw adalah sejenis buah endemik yang hanya ada di Ohio. Buah ini sepintas mirip mangga bedanya hanyalah pada bijinya yang kecil dan hitam. Juga pada bentuknya yang kadang agak sedikit mencong-mencong. Kalo mangga kan bentuknya tegas dan tidak berubah. Sedangkan buah pawpaw bentuknya ada yang mirip mangga apang yang banyak di Bone tapi kadang juga agak "keluar" aturan dan mirip-mirip mengkudu. Festival Pawpaw sangat ramai. Banyak tenda-tenda makanan yang berjualan yang makanannya memiliki cita rasa pawpaw. Ada juga stand kerajinan tangan ukiran, suling, rumput, rajutan, henna, indian. Juga stand musik country, antraksi anjing yang terlatih, stand ular, bisa melihat matahari dari teropong bintan

Ketika Ara Belajar Ngoceh

Ara dan Ayah duet di dapur "Lalalalalaala...au....baaaa". ia berdiri disampingku. berpegangan pada kursi sambil memegang pisang yang sebari tadi dimakannya. sambil juga berusah berjalan mengitari kursi. Sambil makan ia sesekali ngoceh. "awawawawa" yayaiyaiyai". Ia jarang bersuara. Jika keluar dan berjalan-jalan ia lebih memilih diam mengamati. Tanpa ada suara apapun. Merekam dengan mata. begitu pula jika banyak orang. Ia lebih memilih diam dan memperhatikan. Oang-orang menyebutnya pendiam. kupikir ia imajinatif. Saat sendirian dan harus bermain dengan mainannya ia akan mengeluarkan bunyi-bunyian dari mulutnya. serupa menyanyi mungkin. bersenandung tepatnya. Jika sedang demikian, selalu dipastikan bahwa suasana hatinya sedang senang. Kecuali jika ia hendak melakukan sesuatu namun tak sanggup ia lakukan maka ia akan merengek meminta pertolongan. Jika ingin menunjukkan sesuatu ia akan mengangkat benda yang dimaksud dan berkata "aubaci' atau "

Peace Walk For 9/11

I'm a Moslem & I'm at The Interfaith Peace Walk because I care (foto : M. Yusran Darmawan)  Saya masih mengingat, saat tengah malam di tahun 2001 terbangun karena headline di televisi menyiarkan tentang pembajakan pesawat komersil dan ditabrakkan ke World Trade Center di New York dan Pentagon. Tragedi tersebut menelan ribuan jiwa. Banyak pendapat tentang peristiwa yang dikenal dengan nama black september ini. Apapun spekulasi tentang peristiwa 9 September itu, ia tetaplah tragedi kemanusiaan yang menelan banyak korban jiwa. Tragedi yang membuat saya merenung bahwa hidup adalah sesuatu yang harus dimuliakan. foto : M. Yusran Darmawan 12 tahun kemudian saya berada di sini. Di negara dimana tragedi ini terjadi. Amerika melawan lupa. Still remember. Never Forget 9/11. Dan di kota kecil Athens, puluhan mahasiswa dari berbagai bangsa di Ohio University bersama komunitas yang ada di Athens berkumpul sejenak. Kembali mengingat. Berjalan dari Episcopal Church of the Good

Kawan-Kawan Baru

bersama Rama Tempat baru berarti kawan baru. Begitu pula saya dan Ara. Kami mulai mengenal kawan-kawan baru di sini. Sabtu malam lalu, kami diajak ayah dan Mbak Dyah ke rumah Rama. Rama adalah anak kecil seumuran Ara yang lahir dan besar di Athens. Papanya (Mas Angga) dan Ibunya (Mbak Lina) warga Indonesia yang tinggal di Athens. Di rumah Rama, Ara agak pendiam. Pengaruh bangun dari tidur kali pas diajak ke rumah Rama. Tapi lama kelamaan Ara pun mulai bermain-main dengan mainannya Rama. Juga mulai berinteraksi dengan Rama. Rama lebih muda seminggu daripada Ara, tapi Rama sudah bisa jalan. Gaya jalannya lucu. Semoga setelah ketemu Rama, Ara terinspirasi buat berjalan. Ara, Rama, dan Arin Selain Rama, kami juga bertemu Cristine, Amanda, Moniq, serta Mas Sony. Serta tidak lupa tuan rumah yang begitu baik Papa dan Mamanya Rama. mereka mengadakan Potluck. Makan bersama dengan makanan berkuah diatas kompor. Seperti pangsit dengan sayur, tahu, telur ikan, bakso, dan sebagainya

Kami Berumah di River Park

38 N McKinley Apt 116 Riverpark, Athens, Ohio. Saya menghapal alamat ini dalam perjalanan ke Amerika. Setiap transit saya harus menuliskannya saat check in. Saat memasuki Amerika saya harus menuliskannya hingga berulang-ulang. Saya tak pernah memiliki gambaran alamat tersebut. Di alamat itulah suami saya tinggal. Yang juga akan menjadi rumah saya dan Ara beberapa bulan kemudian. Kak Yusran kuliah di Ohio  University yang terletak di sebuah kota kecil bernama Athens, negara bagian Ohio. Orang-orang di sini menyebut Athens sebagai kampung tapi bagi saya kampung adalah Bengo. Jika ada yang sesunyi Bengo, maka ia layak menyandang gelar kampung. Athens memiliki spot-spot yang cukup ramai tapi juga pada sudut-sudut tertentu cukup sunyi. Mendarat di Colombus dan menyusuri jalan utama menuju Athens mengingatkan saya pada film-film hollywood dan film-film serial tivi Amerika. Jalanan yang lebar. Lalu lalang mobil yang tidak seberapa dengan plan-plan rambu jalan yang begitu besar di sis

Long Journey To Athens, OH Washington Dulles Colombus (Part III)

Her New Friend in Washington Dulles Pesawat pun landing di Washington Dulles. Tak ada pramugari yang memintaku untuk menunggunya. Tak ada asisten kali. Kali ini saya sendirian yang harus mencari jalan menuju imigrasi dan gate mana yang akan membawa saya ke OHIO. Pukul 10 pagi di Washington. Sepuluh malam di Indonesia. Ara sudah berada pada titik ngantuknya. Tapi anak itu masih saja sabar. Saya pun sudah sangat mengantuk. Tapi harus terus bergerak. Waktu transit sangat sempit. Dan para penumpang harus melalui imigrasi. Penumpang pesawat yang saya tumpangi semua mengarah ke pemeriksaan imigrasi. Hanya dibedakan pada penumpang yang berhenti di Washington atau yang akan terus melanjutkan perjalanan ke negara bagian yang lain. Saya pun mengikuti jalur penumpang transit. Membawa satu ransel, satu tas selempang, mendorong Ara di strollernya. Menggunakan bus yang mengantar ke imigrasi. Sedikit tersendat ketika saya harus menuruni escalator dan harus menggendong Ara, melipa

Long Journey To Athens, OH Narita Washington Dulles (Part II)

Perkiraanku pukul 11 -12 malam saya take off dari Changi menuju Narita. Perjalanan memakan waktu 7 jam. Beruntungnya adalah kursi disampingku kosong. Ara tertidur dan saya bisa merebahkannya dibasinet sementara saya melipat lengan kursi disampingku agar lebih lapang ruang untuk tertidur. Pramugari ANA airlines rata-rata berwajah jepang. Kurus, putih, bermata sipit. Pakaiannya seperti baju kantorku dulu. Rok hitam dan jas hitam. Pramugari Singapore airlines masih lebih cantik menurutku. Selain itu agak susah saya berkomunikasi dengan mereka. Bahasa Inggrisnya susah dipahami. Waktu ia mengatakan bahwa basinet hanya untuk bayi 10 kg, dia harus menuliskannya dikertas supaya saya mengerti. Ow, ternyata yang dia sebut tadi ten kilogram. Perjalanan 7 jam tidak begitu terasa. Karena saya menghabiskan hampir separuh waktu terbang dengan tertidur. Leherku sampai sakit karena harus merasakan kerasnya lengan kursi sekalipun sudah ditumpuk dengan dua bantal pesawat. Saya

Long Journey To Athens, OH Jakarta Changi ( Part I)

Di Bandara Soekarno Hatta -->   01.49 am, friday 7 september. Penanggalan handphoneku sudah menyesuaikan waktu Athens.  Saya masih terjaga. Siang tadi saya menghabiskan waktu sekitar 6 jam untuk tertidur. Ini mungkin yang disebut jetlag. Saat kondisi biologis tubuh masih harus menyesuaikan kondisi geografis. Jika di Makassar, sangat wajar saya masih terjaga. Di sana masih siang. Hanya saja di sini, pukul dua pagi. Saya baru saja menyelesaikan makan "siang"ku. Ara pun tak kalah. Saat ia belum tahu definisi jetlag, ia telah mengalaminya. Tidurnya sangat sesuai jadwal tidur di Indonesia. Tidur tengah malam tadi siang. Bobo pagi jam 8 malam tadi. Dan baru tidur lagi pukul 12 malam tadi. Untungnya sepi dan gelap sehingga ia bisa tidur sampai pagi seperti semalam. Semoga siklus pencernaannya tidak ikut jetlag seperti pencernaanku.   Awalnya saya ingin mengupdate secara live report perjalanan ini, tapi ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Bepergian ber

Memperkosa Koper

Satu hal yang menyebalkan dari traveling yang mengharuskan untuk stay lama, barang-barang yang harus dibawa. Saya berusaha sedapat mungkin membawa sedikit barang. Tapi selalu ada barang-barang yang harus dibawa. Dan barang-barang itulah yang membuat koper membengkak. Mana lagi singgah transit di Jakarta yang begitu lama membuat saya berbelanja banyak. Duh, koper yang sudah mengembang pun harus mengembang lagi. Sepanjang siang ini saya berusaha mengepak semua barang-barang. Penuh keringat. Memisahkan yang patut dipisah. Dan sedapat mungkin meringankan tas ransel. Semua yang tidak penting harus dibagasikan. Dan satu jam lamanya saya berjuang mengalahkan koper. Berusaha menutup reslitingnya. Segala cara kulakukan. Bahkan sampai menaiki koper tersebut agar beban di dalamnya terpress dan koper bisa ditutup. Ara menyemangati dengan sesekali menarik perhatian, berteriak, atau bergelayut manja sambil senyum simpul. Rasa-rasanya ingin marah setiap dia berusaha menarik perhatian untuk di

Akhirnya Datang Juga

Penantian itu akhirnya selesai juga. 09.30 dua kiriman yang aku tunggu tiba di depan kost. Dengan tersenyum pengantar paket itu memberiku dua paket. Paket yang kutunggu-tunggu selama berada di Jakarta. Paket buku "Kado Cinta Untuk AraL dari Yogyakarta dan satu kado dari Kak Alin. Senang rasanya kedua benda itu berada di tanganku. Di beberapa jam sebelum aku berangkat ke bandara. Buku yang akan aku titipkan di Alden Library. Buku yang merekam kisah-kisahku bersama Ara. Hanya lima cetak. Ini limited edition. Semacam dummy untuk mempersiapkannya jadi buku kelak. At least buku itu sudah ada di tanganku. Kado dari kak Alin pun tak kalah menyenangkannya. Dua name tag yang akan aku pakai untuk koper dan ranselku. Juga mainan buat Ara. Little Mermaid berbentuk Hello Kitty. yang bisa digantung. Sebuah kebetulan, karena sore kemarin aku sibuk mencari mainan yang bisa digantung di strollernya Ara. Juga cermin kecil dan magnet kulkas. Dengan kotak khusus yang cantik. Kali ini aku akan

Jakarta, 06.40 Pagi

Setengah badanku terasa pegal. Kipas angin berputar di kecepatan medium. Ara sudah bangun. Bermain-main dengan sebungkus popmie sambil menonton spongebob. Saya penasaran apa yang ada dalam kepalanya. Apakah ia tahu perjalanan ini? Hari ini dia akan menempuh perjalanan pesawatnya yang paling jauh selama ini. Destinasi Amerika. Menuju dirimu. Bertemu denganmu. Perjalanan ini rasanya menjadi puncak dari perjalanan bertemu denganmu. Setahun dua hari lalu, kamu pergi kuliah sementara dia masih memerah. Hari ini ia sudah setahun dua hari. Mampu merespon dunia di luarnya. Tertawa, menangis, merajuk, menari, bertepuk tangan. Semalam I berdiri bertumpu pada kakinya begitu lama. Full konsentrasi tanpa tawa membahana. Ia telah belajar bagaimana untuk fokus. Tak lama lagi ia akan berjalan. Ia hanya menunggu menginjakkan kaki di Ohio. Seperti yang selalu aku bilang, Ohio adalah tanah pertama yang akan merekam jejak kaki kecilnya. Ia mungkin tak pernah tahu bahwa 4 september ini memiliki arti pe

Di Jakarta Selatan, Saya Bertemu Kawan

Jakarta adalah kota yang tak terprediksi. Macet dan segala kesibukan yang tak terprediksi kadang membuat seorang kawan tak bisa bertemu kawannya yang lain. Saya bersyukur tinggal di Jakarta Selatan selama beberapa hari ini. Saya menemui banyak kawan yang ternyata berkantor di sini atau bertempat tinggal di jakarta Selatan. Saya bertemu kawan-kawan yang jarang aku temui. Adalah Pejaten Village (Penvil), sebuah mall dibilangan Jakarta selatan yang dapat saya jangkau dengan busway 15 menit dari Ragunan, tempat tinggalku. Menjadi tempat janjian dan bertemu banyak kawan. Pertama-tama saya bertemu Abang Joy. Rumahnya jauh dari tempat tinggalku, tapi kantornya pas depan Pejaten Village. Duh, senangnya. Bisa gampang janjian meski saat ngantor. Kedua saya bertemu Kak Danny yang akrab saya panggil Om Dan, teman kantor waktu di Bank Mega Bone. Senang rasanya bisa kembali bertemu dan bernostalgia tentang kantor dulu. Menertawakan segala hal konyol dan aturan-aturan yang sering kami langgar. Kemudi

Resensi Sesat Bourne Legacy

Bourne Legacy akhirnya tayang di XXI di siang hari. Tidak lagi midnight. Di Makassar, film ini bahkan belum masuk ke bioskop. Saya dan Ara sedang di Jakarta sekarang. Tepatnya di Jakarta Selatan. Ragunan,tetanggaan sama kebun binatang. Dan juga Mall keren bernama Pejaten Village. Karena bete di kostnya kak Ismet, saya memutuskan untuk nonton film bersama Ara. Sekalian nunggu Alim, sepupu saya, yang janjian sore ini untuk bertemu. Tak sempat makan siang dan hanya berbekal popcorn caramel, roti coklat, dan air mineral saya menonton Bourne Legacy. Saya meniatkan diri untuk berfoto di depan poster filmnya. Berhasil meminta di foto sama mbak-mbak tiket depan pintu bioskop, sayangnya tidak maksimal karena managernya tiba-tiba datang. Ara sempat agak sedikit rewel di awal film. Menggeliat-geliat dan bersuara-suara. Sudah hampir kubereskan semua barangkan dan meninggalkan bioskop. Untungnya dia tertidur saat saya nenen. Saya sempat tak mengerti filmnya. Bahkan main storynya saya nda ngerti. Be