Ara dan Ayah duet di dapur |
"Lalalalalaala...au....baaaa". ia berdiri disampingku. berpegangan pada kursi sambil memegang pisang yang sebari tadi dimakannya. sambil juga berusah berjalan mengitari kursi. Sambil makan ia sesekali ngoceh. "awawawawa" yayaiyaiyai". Ia jarang bersuara. Jika keluar dan berjalan-jalan ia lebih memilih diam mengamati. Tanpa ada suara apapun. Merekam dengan mata. begitu pula jika banyak orang. Ia lebih memilih diam dan memperhatikan.
Oang-orang menyebutnya pendiam. kupikir ia imajinatif. Saat sendirian dan harus bermain dengan mainannya ia akan mengeluarkan bunyi-bunyian dari mulutnya. serupa menyanyi mungkin. bersenandung tepatnya. Jika sedang demikian, selalu dipastikan bahwa suasana hatinya sedang senang. Kecuali jika ia hendak melakukan sesuatu namun tak sanggup ia lakukan maka ia akan merengek meminta pertolongan. Jika ingin menunjukkan sesuatu ia akan mengangkat benda yang dimaksud dan berkata "aubaci' atau "mbah". Mungkin terjemahannya ini apa.
Akhir-akhir ini ia suka menggumam kata ayayayayaya yang selalu membuat ayahnya GR. Setiap Ara berkata "aya", sang ayah dengan cepat menjawab "iya". Padahal Ara cuma sekedar mengoceh dan tak ada niatan untuk memanggil ayahnya. Tapi ayah yang mana tidak bakal senang jika mendengar namanya dipanggil.
Ara malah sangat jarang memanggil Mama. Saya tak pernah lagi mendengar ia memanggil "mamamaama". Mungkin ia sudah bosan menggunakan kata tersebut dan lebih senang ngoceh "ayayayayaya". (*)
Comments
Post a Comment