Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2008

meledak seperti petasan

"Mengapa tidak bilang kalo bukunya sudah ada di jakarta. kalo bilang dari kemarin, aku pasti sudah beli buatmu" katanya memarahiku "Kemarin kan aku sudah bilang bukunya sudah beredar di Jakarta dan Bandung. Memang tidak menyimak peecakapan kita?" balasku menanggapi. "Iya-iya. Nanti aku beli dan aku titip ke Kak Tia. Besok buku itu sudah ada di tanganmu" katanya. *** Itu percakapan kami kemarin pagi. Sejak ia mengatakan kalimat terakhirnya aku berubah jadi petasan (meminjam istilah kugi-perahu kertas- saat senang) yang siap meledak. "Sudah ada di tanganku "MIMPI-MIMPI LINTANG : MARYAMAH KARPOV" tebaaaaallll sekali" smsnya. Dia makin membuatku penasaran. Rasanya deg-deg'an menanti buku itu. Buku itu belum berdar di Makassar. dan aku sudah setang hidup menantinya. Bercampur suka cita dan penasaran. Aku menantinya layak koran pagi yang lebih pagi dari jam bangunku. Namun, ternyata tak juga terkirim. "Sudah dapat bukunya?"tany

mencoba tiap kesempatan

(this is not the last chance!!!!!!) Mencoba tiap kesempatan dan selalu melihat peluang. Menerima setiap kegagalan dan tetap menjaga ritme hati. Tak tunduk pada asa yang hilang. terus menapaki tebing terjal. Menata langkah sedikit sedikit. kadang jatuh.tak jarang lecet dan luka. Mungkin juga patah dan harus diperban. Tapi bukanlah hati selalu punya cara untuk menenangkan diri.....

special thanks to echy

(Echy itu yang pakai jilbab putih.Dari kiri ke kanan adalah Icca, Echy, Dwi, Azmi) "Hiks. Tidak ada namaku di blogmu" adunya lewat sarana selular. (Benarkah? Rasanya aku menulis nama-nama setiap orang. Apakah aku lupa?) "Maaf. Nanti saya edit dan tulis namamu" Jawabku menenangkan. *** Dan ternyata aku memang tak menemukan namanya di blogku sesaat setelah aku online di Xtranet. Padahal dia yang paling setia menemaniku dan menyemangatiku sejak proposal hingga ujian kemarin. Dia juga yang selalu datang dan turut berempati ketika mama sakit. Dialah yang meminjamkan printernya untuk mencetak skripsiku dari sejak bimbingan hingga revisi setelah ujian. Dia rela mendapat nasehat dari mama, bapak, dan kakak-kakaknya untuk segera selesai setiap kali aku ke rumahnya untuk menge-print draft skripsiku. Selalu menyediakan makan siang dan membiarkan kue-kuenya aku makan selama menunggu skripsiku yang sibuk diatur olehnya. (hehehehe...jahat ya) Teman itu bernama Decy Wahyuni.... Te

Thanks to…..

Teman-teman adalah semangat terbesar yang kupunyai saat ujian. Merekalah yang dengan setia menunggu diriku melahirkan di ruang ujian. Menungguiku keluar dan memberi selamat atas kelahiran skripsi itu. Dan pada mereka yang telah memberikan support aku ingin berterima kasih. K Rahe, Ridho, Emma, Wiwie, Wulan, Uphie, Rani, Lina, Rahmat, Icca, Darma, Azmi, Witri, K Chendra, K Risna, K Kiki (yang kutemui di depan ruang ujian) Mbak Wuri, Baqir, Mamar,K Riza, Pam2, Lelaki Hujan (yang menyemangati meski tak bisa datang) Wanto (yang telah begitu baik mengirimiku pesan “1 soal ujian”-ternyata ia benar menanyakannya- dan telah bersedia diganggu untuk memasang LCD) Dian dan Buyung (rekan seperjuangan) Ibu Ida dan pak Anchu (yang telah memanageri ujianku) K Rahmad, Arya, Madi, K Harwan, Achie, Mace, Sari, Siska, Were, Nire dan semua orang di pasar (hehehehe, thanks doanya) K Patang, Eki, Andis, Ani, Raiz, dan Teman-temannya (yang menunggu di pondokan) K Yusran (yang selalu menyem

Barang-barang yang menemaniku saat ujian :

1. Jas almamater unhas yang kudapat saat bina akrab waktu aku maba. Yang menemaniku demo BBM 2005 lalu. Ia juga sempat kubawa ke bali untuk PJTL di unud (sempar bertukar kancing). Dan ia kembali lagi menemani saat ujianku (sampai ia dipakai kemarin satu kancingnya berlogo unhas satunya lagi berlogo widyagama). 2. Sandal jepit orange yang tali sudah hampir putus yang menjadi langganan teman kost-kostan untuk dipakai ke toilet.(saat tulisan ini di posting, sandal itu sudah putus...:( 3. Sepatu hak tinggi (lumayan tinggi menurutku) yang kubeli khusus untuk ujian ini. 4. Kemeja putih dan rok hitam sebetis yang telah diniatkan sebagai seragam ujian. 5. Notebook yang membantuku merekam tiap huruf dari skripsiku. 6. Tas jinjing warna orange yang kudapat dari sebuah peluncuran buku di kampus. 7. Dua buku pamungkas (jurnal tentang citizen journalisme dan makassar di panyingkul). 8. Draft skripsiku yang telah aku tandai dengan “post it” dan penuh coretan teori. 9.

it’s done honey

Akhirnya ujian itu aku lalui juga. Selalu ada imaji-imaji tentangnya sebelum aku benar-benar di situasi itu. Dan nyatanya imaji itu 50% tepat, 50% terlalu dibesar-besarkan oleh rasa pesimis yang selalu berada di hati. Lima orang dosen yang menjadi pengujiku. Lima orang yang membuatku tersudut dan merasa begitu kecil di ruang berukuran 3 x 4 m persegi itu. Ruangan sempit dengan AC jadul yang begitu ribut menambah ketegangan. Satu persatu memberi tatapan yang begitu menikam. Senyum tipis sedikit-sedikit tertuju padaku. Yang bagiku seperti seringai yang begitu menakutkan. Mata-mata itu menatapku tajam. Percik-percik api di membara di sudut mata itu. Rasanya begitu kecil, bodoh, dan sangat tolol berada di ruangan itu. Empat orang bertanya dan kesemuanya itu harus aku jawab. Hingga lidahku kelu dan tenggorokanku kering dan gatal. Kujawab dengan semua pengetahuan yang aku punyai saat itu. Kujawab hingga otakku tak lagi sinkron dengan gerak lidahku. Sampai aku tiba pada titik bahwa ku jug

Ma….besok saya ujian

Lima bulan lalu aku masih bisa mendengar suaranya lewat saluran telepon. Mengabarkan tentang seminar proposal untuk skripsiku. “ ma…dwi besok seminar. Mohon doanya” pintaku “ iye.pasti saya selalu doakan” jawabnya Hari ini aku pun ingin meminta restu kepadanya. Handphoneku masih bisa aku pakai. Namun, suara itu takkan pernah aku dengar lagi. Suara yang akan selalu mendoakan untuk setiap ujianku. Yang di tiap sholatnya, ada namaku ia sebut di ujung doa. Aku rindu mendengar suara itu. Suara yang selalu memberi rasa optimis ditengah ketakutan yang muncul di hatiku. Suara yang mampu membuat jiwa ini tenang. Aku hanya mampu mengingat gemanya yang terus mengiang di telingaku. Dan hari ini aku berusaha kembali mengingatnya. Sedikit-sedikit. Terdengar begitu kecil namun masih mampu aku dengar begitu samar… Ma…besok saya ujian…teriring doa untukmu semoga engkau bahagia di sana……

Di Gowa, Saya Kembali Ke Masa Lalu

Meski awalnya perjalanan ini hampir dibatalkan hanya karena sifat kekanak-kanakanku yang muncul (baca : ngambek), namun akhirnya aku dan Kak Yusran berhasil ke festival keraton nusantara ke VI di kabupaten Gowa. Rasanya seperti kembali ke masa lalu melihat berbagai ragam pakaian adat dan benda-benda pusaka zaman dahulu dipertontonkan. Siang masih terik, ketika kami tiba di lapangan Syek Yusuf, Sungguminasa. Lapangan itu tampak dalam proses pembangunan. Menurut bupati Gowa, lapangan itu akan dibuat dengan standar internasional. Dilengkapi dengan arena bermain untuk anak-anak, sebuah podium orasi untuk para demonstran, dan sebuah replika tutup kepala Syek yusuf yang sangat besar. Bangunan menyerupai songkok itu akan dijadikan sebagai museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah. Waktu telah menunjukkan pukul 3 siang, kirab para anggota keraton/kerajaan yang berjumlah sekitar 30 kerajaan molor dari jadwal pukul 2 yang ditetapkan. Sambutan masih terdengar lama karena sang bupati masih m

My last final

Akhirnya aku ujian Rabu, 19 November ini. Telah lama aku menunggu teman-teman yang siap ujian. Dan akhirnya final terakhirku di kuliah strata satu akan segera ku jalani. Mohon doa dan dukungan teman-teman semua. Semoga aku bisa melaluinya dengan baik dan mendapatkan nilai A . Amien (dalam doaku, 16 November 2008)

Langganan Koran pertamaku

Aku langganan koran. Sok kaya kedengarannya, mengingat aku sama sekali tak punya penghasilan tetap untuk membayarnya. Namun ternyata aku melakukannya juga. Dengan beberapa pertimbangan. Tak ada televisi di kost-kostanku. Otomatis kanal-kanal informasi tertutup. Fasilitas hot spot yang ada di kampus hanya aku manfaatkan untuk buka email, up load tulisan di blog, dan membuka situs pertemanan. Membaca lewat komputer membuat mataku cepat lelah. Pertimbangan selanjutnya adalah, aku harus mulai membiasakan diri untuk membaca lagi. Aku memiliki kebiasan hanya membaca novel. Untuk hal-hal lain aku tak baca. Berlangganan koran membuatku bisa melatih semua itu… Kak Yusran pun menyetujuinya. Dan lagi harga berlangganan untuk mahasiswa hanya Rp. 50.000. Aku memilih Koran Kompas. Mengapa? Karena aku suka edisi hari minggunya, bisa belajar menulis dari liputan dan tulisan para penulis, dan lumayan tebal. Selain itu ada info karier di tiap weekendnya. Hehehehe… Dan akhirnya, aku pun memulai hari de

My phatetic cellphone

Handphoneku rusak. Belum terlalu parah namun telah mulai menghambat komunikasiku dengan orang lain. Angka 7 selalu muncul di layarnya. Beberapa tombol tidak berfungsi. Dan tak dapat digunakan untuk mengirim pesan. Itu bila kumat. Namun, kadang ia kembali membaik dan normal seperti tak ada masalah. Nokia 8310 menjadi tipe handphoneku. Tipe yang dulunya sempat berjaya di masanya. Harga awal yang Kak Anti beli mencapai kisaran 2jutaan. Namun, itu dulu. Beberapa tahun lalu. Kini ia harus tersaingi dengan ribuan tipe baru dari puluhan merek handphone. Bunyinya yang mencicit tak lagi bisa bersaing dengan nada dering musik dan lagu…. Tapi, meski ia telah tua dan renta untuk ukuran hp di usianya sekarang, ia tetaplah begitu berharga. Ia menemani dua kakakku yang pacaran. Dan sekarang aku yang telah menjalani hubungan hampir empat tahun. Ia menjadi saksi bisu dalam perjalanan pacaranku yang long distance. Mendengar dan merekam secsra diam-diam pembicaraan-pembicaraan pribadi dan bukan konsumsi

Ketika mimpi-mimpi terpenuhi

Aku harap setelah ujian, kita bisa makan malam di Café La Galigo. Ucapku dulu lewat sarana selular yang selalu dipastikan akan selalu kamu iyakan. Namun, tampaknya kedatanganmu kali ini tak bisa menemaniku hingga aku selesai ujian. Kamu harus segera ke Jakarta untuk menyelesaikan hal yang sama…. Tapi kali ini janji itu kau tepati meski dengan sedikit perubahan skenario. Dari sedikit honor yang kamu dapat dari menjadi pemateri dalam pelatihan para caleg perempuan dan sebuah ketaksengajaan kita melalui Café itu, dan akhirnya kamu menepatinya. Jauh dari scenario yang ada dalam imaji. Sebuah makan malam romantis dengan lilin kecil dan pendaran lampu yang indah. Namun, rasanya tetap sama, BAHAGIA. Kamu selalu menjadi tempat kembali untuk setiap lelahku. Ketika aku ingin lupa, kamu bisa membantuku melupakannya. Dan ketika aku ingin mengingat, dan tetap ada dirimu yang selalu mengingatkan. Dan hari ini kita akhiri dengan kembali menikmati Laskar Pelangi. Film yang telah tiga kali aku tonton

perempuan dan mimpi liarku

Hari ini aku jatuh cinta pada perempuan. Pada sebuah angkot dengan tujuan BTP di perempatan alun-alun kota makassar. Tinggi sekitar 160 cm, setinggi diriku. Namun, ia tampak lebih tinggi dengan sepatu high heels 5 cm. aku tak pernah melihat wajahnya. Aku jatuh cinta pada punggung, pinggang, betis yang berstoking warna kulit, dan rambutnya yang sedikit berwarna kemerahan pertanda ia telah mengecat rambunya. Aku tepat duduk di sampingnya. Dan ia membelakangiku. Ia memakai baju bercorak batik. Ngepas di badannya yang ramping. Dipadukan dengan rok sempit di atas lutut. Sebuah arloji bermotif gelang perak menghiasi pergelangan tangannya yang putih. Tas bahu berwarna kuning dengan ornament berkilauan tampak pas dengan gelangnya. Tak luput sebuah nating perak berbentuk mahkota dan dilingkari sebuah gelang kecil menempel di telinganya. Aku hanya melihat sisi pipi kirinya. Ia membuatku berpikir hari ini. Ia membuatku berimaji liar tentang perempuan. Ia membuatku tiba-tiba berpikir perempuan ya