Skip to main content

Pagi perak Sumpalabbu




Apakah kamu pernah menonton Film india “My name is Khan”? Jika pernah, apakah kamu mengingat scene dimana Rizvan Khan , yang diperankan Shahrukh Khan mengatakan pada Mandira yang diperankan oleh Kajol Devgan “menikahlah denganku?” yang dijawab oleh Mandira “Aku akan menikah denganmu jika kau memperlihatkan tempat di kota new York ini yang belum pernah aku lihat”.

Rizvan berusaha menunjukkan banyak tempat kepada Mandira dan anaknya, namun ternyata tempat itu telah dikunjunginya semua. Hingga tiba pagi dimana Rizvan membangunkan Mandira. Masih dengan memakai piyama tidurnya Rizvan memperlihatkan pemandangan kota New York di atas bukit yang diselimuti dengan awan-awan rendah.

Aku terasa dejavu pada scene itu jika melintasi bukit berkelok ke arah Bone. Bukit di atas desa Lili Riawang, dusun Koppe. Berjarak sekitar 20 menit dari rumahku. Daerah itu bernama Sumpalabbu. Jalanan berliku dengan pinggir tebing yang curam. Kau akan melaluinya jika dari dan ke kota Bone. Ada sebuah terowongan dengan panjang dua meter terbuat dari batu gunung besar yang sengaja dilubangi agar memudahkan pembuatan jalan. Jalanan ini dibuat sejak zaman Belanda. Sekitar tahun 1920an. Mamaku pernah bercerita bahwa kakekku pun pernah ikut berkontribusi membuat lubang pada batu besar itu. Bisa kamu bayangkan berapa banyak tenaga manusia dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melubangi sebuah batu berukuran sangat besar dengan alat seadanya di zaman itu. Sumpalabbu berasal dari bahasa bugis kata sumpang berarti pintu, dan labbu yang artinya tepung. Entah apa pemaknaan secara historis tentang daerah itu.Maaf belum melakukan wawancara mendalam dengan para tetua.

Pagi sebelum matahari bersinar terik kau akan menemukan awan menyelimuti perkampungan bawah. Rasa seperti di awan-awan. Makin tinggi makin cantik pemandangannya. Lakukanlah perjalanan kala pagi, karena disaat itulah panorama jalan curam itu sangat cantik. Kau akan temui hamparan dataran rendah yang tertutup kabut. Hanya menara mesjid dan pohon-pohon besar yang mencuat dibaliknya. Suhu mungkin terasa dingin,tapi rasa dingin itu yang menjadi penambah syahdu suasana. Aku menyembutnya Morning Silver-Pagi yang perak. Karena matahari masih menggeliat di balik awan-awan dan kabut belum menguap. Jari-jari tanganmu masih mampu menggapai kabut-kabut itu. Rasanya seperti di negeri awan.

Pemandangan inilah yang tiap senin pagi aku temui dalam perjalanan ke kantor. Ingin rasanya sesekali singgah dan mengabadikan keindahan itu. Tapi aku belum pernah menyempatkan diri. Mungkin kelak, aku akan mengajak seseorang menemaniku. Mungkin meminjam kamera seorang kawan dan memburu pagi perak di Sumpalabbu.

(Maaf, foto di atas hanyalah ilustrasi. Jika ada waktu yang bisa disempatkan, aku akan memotretkannya untukmu...:)

Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...