Skip to main content

29 Mei 2008-29 Mei 2010


Aku pulang ke rumah. Ke tanah tempatmu melahirkanku. Tempat yang kunamai tempat kembali. Aku ingin mengenangmu kembali. Tak ada ritual khusus sebenarnya yang dilangsungkan di rumah. Ini hanyalah refleksi pribadi dariku.

Dua tahun mungkin waktu yang lumayan cepat jika aku melihat dari sisi lain. Tapi kali ini aku ingin melihat dari sisimu. Dari saat pertama kita tak mampu lagi bersentuhan secara nyata. Rasanya begitu lama telah mendamaikan hati melepasmu. Hari ini sama seperti hari itu. Mendung dan hujan menjadi dekorasi langit. Apakah kau mengingatnya? Aku tak tahu apakah di sana ada konsep mengingat. Mengenang. Dan merindukan. Tapi disini aku selalu mengingatmu. Mengenangmu, dan merindukanmu.

Aku merindukan saat-saat engkau begitu bersemangat bercerita. Baru kusadari bahwa ternyata kesenangan untuk bercerita itu kudapat darimu. Aku banyak berpikir akhir-akhir ini. Dan tiba-tiba aku merindukan bertanya banyak padamu. Aku ingin menanyakan lagu bugis yang liriknya “Seddimi laleng tenriola, wiring na bittarae”, aku yakin kamu tahu jawabnya. Aku menemukannya di buku seorang kawan. Dan aku sama sekali tak pernah mendengarnya. Pasti dirimu mampu menjawabnya.

Aku pun ingin menanyakan kembali padamu. Tentang ritual awal belajar mengajiku. Saat itu aku masih kecil. Tak begitu menaruh perhatian pada benda-benda yang harus aku duduki sebelum memulai pelajaran pertamaku membaca huruf-huruf hijayah. Kamu membungkus jarum, gunting ,silet, dan entah apalagi yang ada di dalamnya dengan kain kafan putih. Setelah belajar kau menyuapiku dengan gula dan kelapa. Terasa gurih di lidahku.

Aku menanyakan apa maksud semua benda-benda itu. Kau menjelaskannya, namun otak kecilku saat itu belum mampu memahami semua penanda itu. Aku hanya menangkap makna akan benda itu sebagai sebuah perumpamaan agar jika mengaji aku mudah menyerap pengetahuannya. “Semoga pemahamanmu seperti benda-benda tajam itu”katamu. Aku asyik menikmati gula kelapa buatanmu, makanan itu berarti agar setiap pengetahuan yang terserap akan terasa segurih dan semanis parutan kelapa dan gula merah itu. Kain kafan putih itu berarti bahwa dalam belajar hendaknya selalu bersih dari segala niatan buruk. Kesan-kesan itu kugali begitu dalam dari dasar-dasar benakku.
Dan kutemukan kembali dalam buku Sengsara Membawa Nikmat.Ritual belajar yang hampir sama yang kau lakukan terhadapku. Ingin rasanya aku menanyakan kembali padamu tentang ritual itu. Ingin kutuliskan kembali. Namun sepertinya aku harus bertanya ke orang lain. Huh! Aku benar-benar merindukanmu.

Aku sudah selesai kuliah. Kerja. Dan sebentar lagi jadi pengangguran lagi. Semoga kau tak marah akan keputusanku. Kau telah memiliki cucu perempuan lagi dari Kakak Ipah. Cucumu berjumlah Empat sekarang.Tiga perempuan, satu laki-laki.Dua orang perempuan dari Kak Anti. Kevin, cucu laki-lakimu makin nakal. Tapi masih selalu menyenangkan. Ia tak pernah memaki. Hanya sedikit manja. Dan Etta, janganlah kau khawatir, dia baik-baik saja.

Dan aku mungkin akan segera dilamar. Aku harap kau merestuinya. Ia adalah orang yang sama yang kukenalkan padamu empat tahun lalu. Pria yang pernah memilih untuk orasi di teknik daripada bertemu denganmu. Hahahaha. Dia sudah berani sekarang.Percayalah, ia akan menjagaku.

Hujan masih turun. Aku ingin menjengukmu. Takutnya kelak aku akan jarang ketempatmu. Akan ku tunggu hujan reda.
Banyak yang telah berubah. Tapi dirimu tak pernah tergantikan.
(Mengenang mama, 29 mei 2010 )

Comments

  1. dwieee..segerami bikin buku sayang..bagus sekalimi tulisanmu..salam untuk mamamu kalau kau menjenguknya...mungkin dia tidak kenal wajahku...karena dia melihatku saat kau sakit demam berdarah..dan tak sempat bercerita karena kulihat dia sangat khawatir pada kesehatanmu..satu lagi..kabari sayang..kalau kak yusran sudah datang mengetuk pintu rumahmu..;-)

    ReplyDelete
  2. saya ingat waktu itu dwi masuk RS gara2 DBD, tapi saya nda bisa jenguk karena lagi di Bone.

    ReplyDelete
  3. saya akan mengabarimu sayang.tunggu mi saya terbitkan bukuku. nama kalian akan ada di ucapan terima kasihnya:)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Jinx ( Kutukan Sial)

Judul : Jinx ( Kutukan Sial)  Pengarang : Meg Cabot Genre : Teenlit Harga : Rp. 42.000 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jinx eh Jean pindah dari Iowa ke New York City untuk lepas dari masalah yang disebabkan olehnya. Karena itulah ia dijuluki Jinx, si sial. Kemanapun ia pergi selalu saja ada hal ceroboh yang ditimbulkannya. Di New York City hidupnya pun tidak berjalan mulus. Ia bertemu dengan sepupunya Tory yang telah berubah menjadi anak gaul, populer, dan membuat genk yang mempercayai bahwa mereka adalah keturunan penyihir.  Keduanya bersekolah di sekolah elit Chapman School. Tidak mudah bagi Jinx yang berasal dari country ( pedesaan) yang juga anak pendeta untuk berbaur dengan anak-anak SMA New York City yang berarlojikan Gucci, Rolex, berdompetkan Prada, atau bersepatukan Ferrogamo.  Kedua bersepupu ini pun harus bersaing menarik perhatian Zach. Boy next door yang jatuh cinta pada Au pair mereka. Sanggupkah mereka bersaing? Apakah mereka benar-benar keturunan penyihi...