Skip to main content

Melayani dan Terlayani


Saya seorang customer service. Memberi pelayanan sudah menjadi kewajiban saya. Ketika saya memberikan pelayanan maksimal dan nasabah terpuaskan maka target pencapaian dari resultku adalah 100%. Dan itu adalah sesuatu yang sangat biasa.

Tak ada yang menjadi istimewa di kondisi itu. Karena tugas customer service adalah tugas pelayan. Menanyakan apa permintaan nasabah dan menghadirkan kondisi tersebut dengan cepat, tepat, dan akurat.

Namun tak jarang, customer berada di titik ekspektasi terlalu tinggi, sedangkan kenyataan di lapangan pelayan nasabah tak mampu memberikan hingga mencapai titik ekspektasi tersebut. Perbedaan antara das sein dan das solen inilah yang kadang membuat customer merasa tak terlayani. Level kepuasan mereka tak mencapai titik tertinggi. Bahkan di titik paling ekstrem, terkadang nasabah melakukan langkah taktis berupa penarikan secara besar-besar hingga berhenti menggunakan jasa yang diberikan karena hilangnya sebuah kepercayaan. Semua disebabkan pada sebuah pelayanan.

Tingkat kepuasan menjadi salah satu point yang menunjang hubungan kepercayaan nasabah dengan perusahaan. Kepercayaan menjadi point paling penting yang menjadi titik pondasi sebuah perusahaan. Namun tak pernah dipungkiri bahwa Customer Service bukan malaikat atau peri baik hati yang selalu mampu mengabulkan tiap permintaan. Tiap tindak dan gerak keputusan yang diambil perlu mempertimbang segala dampak yang mungkin dapat timbul baik ke perusahaan maupun ke customer.

Dan ketika berbenturan pada titik rules, maka roles pelayan nasabah pun akan sedikit terbatasi. Seorang customers service tidak hanya sekedar cantik dan memiliki penampilan yang baik. Pengetahuan baik berupa internal perusahaan maupun eksternal perusahaan perlu selalu diupgade untuk mampu mengimbangi berbagai ragam customer. Rules pun tak perlu dipandang begitu kaku. Menurut hemat penulis mengutip sebuah kalimat bijak “Don’t Break The Rules, Just Bend it” .

Tak perlu mengambil tindakan ekstrem yang mungkin merugikan perusahaan di satu sisi meski di sisi lain memuaskan nasabah. Tapi Customer service perlu pandai melihat alternative-alternatif bijak yang aman. Baik untuk perusahaan maupun customer.

Melayani dengan hati

Ketika proses pelayanan datang dari hati. Datang dari rasa cinta dan sayang terhadap nasabah maka proses pelayanan telah sampai pada titik 80%. Hubungan yang timbul tidak lagi hubungan antara nasabah dengan perusahaan. Namun lebih pada interpersonal antara customer service yangm enjadi prototype mini corporate dan customer yang membutuhkan pelayanan.

Ketika nasabah telah merasa diterima dan dihargai, meski rules membuat permintaan nasabah tak mampu di penuhi, namun mereka tak penah merasa kehilangan loyalitas. Nasabah dapat dipastikan secara sadar mampu menerima segala penejelasan. Karena ihubungan yang terjadi telah sampai pada titik saling memahami.

Ketika hubungan yang tercipta telah sampai pada titik menjadikan nasabah sebagai sahabat, kunjungan nasabah pun tak lagi terasa sebagai pelanggan. Greeting pun (mungkin) tak tersampaikan lagi dengan kaku. Yang terjadi serupa menyambut sahabat lama datang ke rumah. Akrab.

Hubungan yang timbul pun tidak hanya pada kontak langsung dengan nasabah, namun juga dapat terjadi pada kontak tak langsung melalui sarana telepon. Bertukar kabar layaknya seorang kawan dan saling menanyakan aktivitas dan tertawa bersama.

Bila telah sampai pada titik ini, maka proses pelayanan tak lagi menjadi sebuah kewajiban kerja yang penilaiannya terhitung dengan angka. Namun telah sampai pada basic dasar saling menghargai antara sesame manusia. Proses saling memanusiakan ini tak hanya menjadi hubungan keluar antara Customer service sebagai karyawan dengan nasabah yang berada di luar lingkup perusahaan. Tapi juga harus terjadi terhadap proses melayani dan terlayani pada skala antara sesame karyawan. Baik atasan ke bawahan, maupun bawahan ke atasan .

Jika hati telah menjadi penggerak untuk melayani dan nasabah merasa terpuaskan. Proses ini telah sampai pada titik saling melayani satu sama lain. Nasabah melayani Customer service dengan pengertian terhadap penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh Customer service. Dan customer service pun telah melakukan sebuah kerja yang tak lagi berupa sebuah kewajiban. Pencapaian di ttitik inilah yang menjadi ikatan kuat antara yang melayani dan terlayani. Ikatan yang membahagiakan dan tetap lekang. Bahkan hingga salah satu diantaranya tak lagi tak lagi berada dititik harus melayani dan terlayani.(*)

Comments

  1. Anonymous5/11/2010

    Lovingly done is well-advised b wealthier than spectacularly said.

    ReplyDelete
  2. Anonymous5/11/2010

    Lovingly done is sick than extravagantly said.

    ReplyDelete
  3. Anonymous5/11/2010

    Lovingly done is sick than well said.

    ReplyDelete
  4. Anonymous5/12/2010

    Lovingly done is better than spectacularly said.

    ReplyDelete
  5. thanks for comments....

    ReplyDelete
  6. Anonymous5/16/2010

    A human beings who dares to barrens one hour of every now has not discovered the value of life.

    [url=http://www.flexiscale.com/forum/member.php?u=1320]Linsey[/url]


    Jenna

    ReplyDelete
  7. Anonymous6/23/2010

    To be a noble human being is to be enduring a kind of openness to the far-out, an gift to trusteeship uncertain things beyond your own manage, that can govern you to be shattered in very exceptionally circumstances pro which you were not to blame. That says something exceedingly impressive thither the condition of the principled passion: that it is based on a trustworthiness in the unpredictable and on a willingness to be exposed; it's based on being more like a plant than like a jewel, something somewhat feeble, but whose mere item attraction is inseparable from that fragility.

    ReplyDelete
  8. Anonymous7/05/2010

    Work out ferments the humors, casts them into their adapted channels, throws bad redundancies, and helps cosmos in those secret distributions, without which the association cannot subsist in its vigor, nor the man dissimulate with cheerfulness.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...