Skip to main content

Beranda Mimpi


Kali ini dia tidak menangis. “Tak ada airmata yang akan keluar “batinnya. Ini adalah serupa upacara perpisahan yang kesekian kalinya dilakukannya. Upacara-upacara yang lalu selalu membuatnya menitikkan air mata. Perpisahan dan airmata seperti sekutu yang menjadikannya sosok yang terluka. Kali ini ia meyakinkan dirinya untuk tidak menangis.

Sore ini adalah sore terakhir. Malam ini adalah malam terakhir. Dan esok pagi ia akan memberikan sebuah penanda serupa gunting yang memutuskan benang.
Berjauhan dari sisi pria itu seperti terhempas ke dunia nyata dan terbakar oleh panas matahari.

Saat ini yang ia butuhkan adalah beranda mimpi-mimpi kecil yang selalu disinggahinya ketika ia berkhayal saat usia belasan. Beranda itu mewujud saat ia bersama pria itu. Pria yang serupa dengan gambaran lelaki yang selalu menungguinya di ujung jembatan ketika ia menghadapi banyak masalah.

Ketika dunia terasa menjauh dan kehilangan gravitasi. Lelaki itu menjadi altar ego yang menunggunya di tepian. Tersenyum dan melambaikan tangan “ Aku menunggumu di ujung sini. Jangan menyerah” katanya.
Saat dunia begitu terik dan jejaring social memaksanya untuk menatap masa depan, ia hanya ingin berada di sisi pria itu. Mencicipi manisnya sebuah mimpi. Membiarkan hati dan pikirannya tak menjejak di bumi realitas. Ia tenggelamkan semua nyata dalam danau mimpi. Ia bebas berlari. Bebas mencumbui dan merasakan cinta kanak-kanak yang semanis coklat.

Semua terasa manis di beranda itu. Pelukan rasa coklat. Ciuman yang semanis eskrim vanilla. Pernah dia mengucapkan selamat tinggal pada beranda itu, tapi cinta itu tak pernah benar-benar pergi. Ia kembali ke sana. Bermain dengan banyak rasa dan jutaan degup jantung. Bermain pengandaian, bermain kejujuran, dan bermain bola mata.
Ia telah beranjak dewasa kini.

Beranda itu tidak lagi cocok untuknya. Ia bukan lagi setengah peri yang mampu melintasi dunia khayal dan dunia mimpi. Sebentar lagi ia menjadi manusia utuh. Manusia yang harus terbangun saat matahari terbit kala pagi dan pulang ke rumah kala malam menjelang. Memintanya tidur agar besok ia tetap mampu menantang matahari.
Tak akan ada lagi malam-malam yang penuh bintang. Penuh cerita dan tawa yang membisik.

Tak akan ada lagi cerita-cerita romantis yang dituturkan karena sudah saatnya ia menuliskan kisahnya sendiri. Karena itu, ia akan menikmati negeri mimpinya sekali lagi. Ia akan menyerap semua cinta yang ia rasakan. Mungkin ia akan melakukan penyerahan yang sempurna. Menyerah atas nama cinta. Meneteskan setitik darahnya sebagai persembahan kepada cinta. Cintanya pada beranda mimpi-mimpi itu.
Ia berusaha bertahan. Berusaha memilah sisi realis dan surealis dalam dirinya. Ia telah mampu membedakannya kini. Ia telah memilih bahwa hidup adalah sebuah kenyataan yang tak serupa dunia mimpi.

Karena itu ia ingin sekali lagi ke beranda mimpi itu. Sekali lagi sebagai salam perpisahan. Menikmati rasa manis dalam dunia surealis itu. Ia ingin bertemu dengan pria itu sekali lagi. Ia ingin mengucapkan selamat tinggal dengan indah. Sebuah perjalanan ke dunia mimpi yang butuh pengorbanan yang begitu besar. Ia sangat paham konsekuensinya. Ia tahu bahwa ini bukanlah sebuah pembenaran. Tapi sekali lagi ia meminta satu kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal dengan tersenyum.
Ia hanya ingin berkata pada pria itu “aku mencintaimu”.

Ia sadar bahwa ini benar-benar saat terakhir yang tak pernah akan kembali lagi. “Mintalah satu hal. Dan aku akan memenuhinya untukmu”. Sesuatu yang mungkin takkan pernah kau lupakan kelak.
Ia ingin mengunci tiap kenangannya. Tiap kenangannya bersama pangeran dalam mimpinya. Ia sejatinya adalah nyata,karena itu ia yakin pria itu mampu merasakan hadirnya.

“Matamu pernah menyimpan gambaran semua wajahku. Aku ingin kamu tetap mengingatnya. Maka ia kukunci dalam sebuah kecupan”


“ Hidungmu selalu menciumi aroma tubuhku. Kau menyukai parfum yang aku pakai. Aku mengunci aroma tubuhku uga dengan satu ciuman”


“ Telingamu. Selalu ada mendengarkan tiap ceritaku. Tiap lelucon aneh yang kubuat. Dan juga tentang tiga kata yang akhirnya aku bisikkan padanya. Aku menutupnya dengan sebuah kecupan sayang. Kata itu akan selalu kau dengar”

“Dan bibir itu. Bibir yang selalu memberiku kecupan sayang saat aku tertidur. Dan selalu berucap selamat pagi saat aku terbangun. Biar kukunci ia dengan bibirku”


“ Tubuhmu menyimpan hangat untuk memelukku. Pelukan rasa coklat yang selalu terasa manis. Aku ingin menyimpan sebagian hangatmu. Maka peluklah aku”

“Jemarimu. Jemari yang selalu bertaut dengan jemariku. Yang selalu menyentuhku dengan lembut dan halus. Biar kugenggam ia. Biar kurasakan labirin sidik jarimu agar ia juga menyatu dengan libirin sidik jariku”

Ia meminta satu hal. “kelak jika aku rindu, masih bisakah aku mengirimimu pesan “Aku merindukanmu?”…

(24.07.2010- Lagi melo dan belajar membuat cerita perpisahan:)

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Mencintaimu

Aku terbangun pagi ini. Masih begitu pagi. Aku menghimpun jiwaku. Aku mengumpulkan cinta di hatiku. Kutemukan begitu banyak cinta untukmu. Aku mencintaimu.aku mencintaimu.aku mencintaimu. Bahagia bisa memilikimu. Bahagia bisa menjadi tempat kembali saat kau butuh. Bahagia bisa menjadi rumah yang hangat untukmu. Aku menemukan ceceran cerita dalam lembar-lembar catatan harianku. Yang lain dating dan pergi. Tapi dirimu selalu ada. Selalu menemani. Tempatku menangis. Tempatku merajuk. Dan tempatku bermanja dan berbagi bahagia. Aku telah membangun rumah dihatimu. Kesana lah aku pulang. Tiga hari ini kurasakan bahwa kita telah menjadi sebuah ikatan yang menyatu. Tiap tindakan haruslah berdasarkan pertimbangamu. Aku harus belajar mengalah dan tak egois. Mendengarkan penilaianmu dan tak egois ketika kita tak bersepakat. Sayap kita adalah telah menyatu. Dan kita akan terbang bersama. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu….Sangat. Hei, pagi ini aku mendengar Air Supply. Semua laguny

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem