Aku merindukanMu. Aku merasakan sebuah kesendirian. Ada lubang di hatiku. Kau mencerabutnya dengan paksa. Tapi...tunggu dulu. Aku mungkin yang mencerabutnya dengan paksa. Aku yang meninggalkanMu. Aku yang kadang lupa bahwa Engkaulah Sang Sempurna itu. Aku yang tak sadar bahwa sakit ini, bahagia ini dan jutaan emosi adalah milikMu. Kau tak pernah bermain dadu di sini. Bahkan dalam mikrokosmis jiwaku sekalipun. Aku merindukanMu.
Telah lama rasanya aku tak benar-benar menjumpaiMu. Aku kehilangan pegangan. Aku ketakutan. Cinta yang kumiliki adalah cinta fana yang tak kekal. Dan cintaMu adalah sebuah kekekalan yang abadi. Cinta yang kuyakini menjadi sumber segala kebahagiaan. CintaMu tak pernah memberi rasa sedih. Tak memiliki gravitasi untuk menarik air mataku turun dalam ketersakitan. CintaMu adalah serupa roh suci yang selalu mampu menjadi cahaya pembimbing ketika aku tak tahu lagi entah kemana.
Cinta membuatku tak menjejak bumi. Cinta membunuhku perlahan. Aku tak tahu lagi hendak kemana. PintuMu adalah pintu terakhir yang selalu menjadi tempatku mengetuk. Tempatku berlari setelah tembok keangkuhanku yang fana runtuh. Ketika aku tersadar bahwa hanya Kaulah kupu-kupu harapan itu.
Ketika lelah aku mencari pembenaran atas sebuah kesalahan, ketika aku lelah segala kemungkinan mustahil untuk menjadikannya benar. Aku hanya berlari padaMu. Bukankah aku sangat egois? Ya, maafkan aku. Maafkan aku.
Kau mencintaiku dalam kesejatian. Cinta yang berusaha aku pahami dalam ketaksempurnaanku. Bahkan ketika aku menghabiskan ribuan tahun untuk mencintaiMu seperti Kau mencintaiku,cinta yang kumiliki hanyalah sebesar biji Zahra.Tak mampu melingkupi cintaMu yang seluas semesta. PadaMu aku harus menundukkan hati.
PadaMu aku membawa hati ini untuk terobati. Aku hanyalah sebuah ketaksempurnaan utuh yang menjejak di tanahMu dengan begitu sombong. Kaulah pemiliki hati ini. Tiba saatnya aku harus mengembalikannya kelak kepadaMu. Bersama jiwa yang rapuh ini. Bimbing aku menuju jalan cahayaMu.Amin (*)
Comments
Post a Comment