Gerbang West Virginia |
Parkersburg salah satu kota terbesar di West Virginia. Di tahun 1857, Parkersburg dilewati rel kereta api Batlimore and Ohio Railroad. Rel kereta api ini memiliki peran penting di masa perang saudara. Sebagai transportasi dan juga mengangkut bahan obat-obatan. Rel kereta api ini pula yang digunakan untuk mengangkut gas dan minyak setelah masa perang.
Old Rusty machine |
Langit mulai jingga saat kami memasuki Parkersburg. Bangunan padat menjadi penanda kota berdiri rapat. Jalanan sibuk dengan mobil berlalu lalang. Kami mengunjungi museum oil dan gas. Museum mengoleksi mesin-mesin tua yang cukup besar. Beberapa disimpan begitu saja di halaman museum. Baja besar, karatan, dan yang pasti berat. Tak ada yang mempreteli besi tua itu sekalipun dionggok begitu saja depan museum.
Oil and Gas Museum |
Museum oil dan gas menempati satu bangunan tua di Parkersburg. Biaya untuk masuk perorang adalah $3 sedangkan untuk anak-anak $2. Pukul 4 sore, museum masih buka. Namun kami tidak menemukan penjaga di loket karcis sekalipun kami mencari hingga ke berbagai ruangan di bangunan itu.
Pemandangan di dalam museum juga dipenuhi mesin-mesin tua. Timbangan, pompa, dan segala macam mesin yang saya nda ngerti apa tujuannya. Remang-remang menjadikan suasana museum makin suram dan menakutkan. Kurasakan Ara mencengkram bahuku kuat-kuat saat kugendong. Saat mengintip ruangan yang lebih dalam lagi, dia merengek ketakutan. Pelang-pelang seperti penanda penempa besi yang sering saya lihat di film-film koboi tergantung di kuseng pintu. Segala dari masa lalu ada di sini, pikirku.
Suram membuat suasana makin mencekam. Tak ingin berlama-lama rasanya di museum itu. Entah, seperti ada yang membuat bulu kuduk berdiri tegak. Kami pun meninggalkan museum setelah menyimpan uang donasi. Sebelum mobil yang kami tumpangi melaju, sekelebat bayangan pak tua dengan rambut putih mengintip dari kaca pintu. Hihhh!!!!!!
***
ornamen natal |
Tujuan utama ke Parkersburg adalah berbelanja dan liatin mall. Enam bulan di Amerika dan saya belum pernah melihat mall. Aneh juga rasanya menyadari saya kangen mall. Kami berbelanja di Gabriel. Tempat belanja baru yang sangat murah. Baju seharga $1 bisa ditemukan di sini. Tapi saya malah suka berbelanja di Craft 2000. Toko yang isinya segala bahan untuk kerajinan tangan. Duh, gatal rasanya tanganku membeli benda-benda lucu dan imut. Saya berhasil membeli ornamen natal yang lucu. Harganya tak cukup $5 . Bakal saya gantung di kamar buat Ara.
Yarn |
Setelah di Gabriel, kami pun makan malam di restoran China. Restoran China ala Buffet. All u can eat.Tipe restoran favoritku. Makan sepuasnya. Saya makan sepuasnya lah. Makan nambah dua kali. Nambah cemilan, buah, dan es krim. heheheheehe. Daripada nyesel sudah bayar $10 tapi ga puas, mending dipuas-puasin.
Manjat-manjat |
Grand Central Mall, Parkersberg |
Terakhir, kami mengunjungi Mall. Duh, senangnya. Akhirnya bisa liat mall juga setelah berbulan-bulan cuma liat Walmart. Namanya Grand Central Mall. Banyak lampu-lampu, toko-toko, dan orang ramai. Inilah definisi mall dalam kamusku. Ada Mall di Athens, tapi sepi banget. Nda ada orang.
Picture group minus Daddy |
Ara juga senang, main-main di tempat bermain. Tidak lagi menunjukkan muka ketakutan seperti di museum. Untungnya kali ini di mall saya nda mengeluarkan teknih the art of shopping. Standar bayarnya adalah dollar dan harganya selalu dua digit. Hih...no need deh. Kalo pulang ke Indonesia sibuk kepak dan angkat barangnya. Hihihihii. (*)
Huaaaah.. jadi ngebayangin suasana museumnya yang serem gitu deh. Aku juga pernah tuh mampir ke makam raja di Swedia, baru masuk udah langsung ga betah.. ngabur keluar lagi.. ahahaha..
ReplyDeleteiyyaaa nih. serem banget museumnya.Nda lagi deh. Hih!!!
Delete