Makan malam di rumah Mary Sue |
Tapi natal tahun ini berbeda. Saya berkesempatan ikut merayakan natal di rumah Erick, di Milford Cincinnati. Rasanya seperti mendapatkan berlipat-lipat kesempatan langka. Pertama merayakan natal di negeri yang punya salju, kedua merayakan natal dengan tradisi seperti di tivi-tivi, tiga merayakan natal itu sendiri. Rasanya begitu exciting buat saya.
Emily dan saya |
Butuh beberapa saat untuk membuatnya diam. Setelah masuk kamar, turun ke basement, dan kembali lagi ke ruang keluarga akhirnya Ara memilih diam. Agak aneh rasanya berada di pusaran bule-bule yang berbahasa Inggris. Seperti tenggelam dalam keramaian. Namun mereka sangat ramah untuk mengajak ngobrol sekalipun bahasa Inggris saya pas-pasan. Aneh bin ajaib saya lumayan bisa ngobrol dengan mereka. Menangkap sedikit-sedikit percakapannya dan berusaha merespon balik. Ara dengan senangnya bermain dengan Deary, si Dalmatian itu. Aduh nak, itu anjing. Saya agak parno sama anjing. Tapi Ara tidak punya rasa takut sedikit pun. Ia malah menarik-narik tanganku untuk menyentuh anjing itu. Mengejarnya jika Deary menyelinap ke dapur. Menguntitnya sembari memegang ekornya. Dan paling ia suka memberinya makanan. Mungkin karena ia belum punya konsep tentang anjing, biarlah.
Mary Sue, Deary, Ara, dan saya |
Waktu menunjukkan pukul 8 malam, tapi rasanya sudah begitu malam. Kami pun turun ke Basement untuk tidur. Sayang, Ara masih pengen main dengan Deary. Saya dan ayahnya harus gantian menemaninya bermain dengan Deary. Kami akhirnya menemukan titik kompromi setelah 30 menit dia bermain dengan si Dalmatian itu. Ia akhirnya nurut tidur. Kami yang berencana ikut misa tengah malam di gereja terpaksa batal karena kecapaean.
Di Hari Natal, Kami Berbagi Cerita
Capek semalam sukses membuat kami tidur tanpa terusik. Ara bahkan hanya sekali menangis. Itupun tidak keras. Jam baru menunjukkan pukul 7.30 pagi. Tapi saya memilih untuk segera mandi. Si Ara bangun pagi nyariin Deary. Kayaknya dia udah In love sama anjing itu. Mari Sue sibuk membuat kopi di dapur. Langkahnya lambat namun masih kuat. Kutaksir umurnya mendekati 80 tahun. Katanya ia lebih tua empat tahun dari Emily. Ia membuatkan saya kopi. Menawarkan sarapan buat saya. Tapi kutolak halus. Takut merepotkannya. Ia menanyakan apakah kami sempat ke misa semalam? We were to tired, jawabku. I know, saya juga hampir ketiduran di misa. Saya ke misa pukul 3 pagi, katanya.
Membuat salad |
Tiba-tiba Deary menggonggong keras. Seseorang mengetuk pintu. Ternyata ia adalah tetangga Mary Sue. Ia sedang membawa anjingnya kakaknya jalan-jalan ketika menyadari bahwa ia terkunci dari luar. Ia akhirnya ke rumah Mary Sue untuk meminjam telepon. Anjing dalam gendongannya tampak menggigil, ia pun tampak kedinginan. Karena tak ingin menganggu mereka saya memilih turun ke basement dan memandikan Ara. Sayup-sayup kudengar Mary Sue berusaha menghubungi kantor polisi untuk meminta bantuan.
Ara yang masih ingin bermain dengan Deary merengek ingin ke atas. Ternyata sang tetangga berusaha masuk lewat jendela. Ia meminta Mary Sue menjagakan anjingnya. Anjing kecil berbulu coklat itu bernama Celia. Ia buta dan tuli. Karenanya tuannya meminta anjingnya dijaga selagi ia berusaha membuka pintu rumah. Saya menemani Mary Sue menjaga Celia. Dari ceritanya saya tahu bahwa Deary dan Celia berteman baik. "Deary also my friend. She is 7 years now. Old enough for a dog. She is just like me. We just like best friend. Deary and Celia always pee together. i think that's what best friend do" katanya sambil tertawa. "Yes, friends are sharing everything" kataku.
"I and Deary just like old friends. We always sleep together" katanya lagi.
Makan siang bersama |
Untungnya pemilik Celia berhasil masuk dan membuka pintu rumahnya. Ia pun mengendong Celia sambil berkata " Thank u. I can't opened my door without ur help" katanya pada kami. Duh, orang-orang disini kalo ngomong menyentuh banget ya sampe ke hati. Saya pun menemani Mary Sue berjalan-jalan. Dengan alat bantu penopang tubuhnya yang beroda dia berjalan menyusuri jalan depan rumahnya. Ia bercerita bahwa ia menderita sebuah penyakit otot di paha kakinya. Ia harus melakukan suntikan seminggu sekali sebagai perawatan. Ia melakukannya suntikan sendiri dan sudah dijalaninya selama dua puluh tahun. Ia melatih ototnya dengan berolah raga. Berjalan-jalan keliling kompleks. Ia menyakini bahwa tetap beraktivitas adalah kunci kesehatannya. Tiap pagi ia akan memunguti koran tetangganya dan menyimpannya di beranda. Ia juga berkata untuk ketenangan dan kesehatannya, ia banyak berdoa. Doa membuatnya menjadi sangat tenang dan lepas dari stres.
Setelah kami jalan-jalan, kami singgah di rumah Emily. Kebetulan pagi itu Emily dan Erick sedang sarapan. Emily menawarkan saya scramble egg. Saya pun tidak dapat menolak. Saya bercakap-cakap dengan Emily dan Mary Sue. Emily bercerita tentang ponakannya yang mendapatkan tiket murah ke Ice land. Kami pun menjadikan globe sebagai peraga untuk tahu dimana Ice land. Saya pun menunjukkan di mana Indonesia. Ketika melihatnya, Mary Sue kemudian berkata "No wonder u said that everytime is summer". Indonesia dilewati garis ekuator a.k.a khatulistiwa :D.
lilin-lilin gereja |
Selesai sarapan kami menuju gereja untuk mengikuti misa. Ini pertama kalinya saya ikut misa. St. Andrew Church adalah gereja katolik yang menjadi gereja dimana keluarga Erick turun temurun melaksanakan misa natal. Tradisi ini berlangsung sudah ratusan tahun. Jemaat gereja tengah beribadah ketika kami masuk gereja. Paduan suara mengalun merdu dipandu oleh Father Waller. Waller mengenakan jubah putih mirip jubah Paus. Bernyanyi beberapa lagu dan kemudian berkhotbah. Ara mulai tidak sabaran. Sesekali berteriak keras bahkan menangis.
bersama Father Waller |
Untungnya di sampingku ada seorang anak kecil berusia 6 tahun bernama Quinn mau menemaninya bermainnya. Meminjamkan Nutcrackernya untuk Ara pegang. Hingga misa selesai ia tidak lagi menangis-nangis. di akhir misa, ada ritual memberikan roti dan minuman kepada para jemaat. Ini dimaksudkan seperti Isa yang memberikan pelayanan kepada murid-muridnya. Saya ikut dalam barisan tapi memilih untuk tidak memakan roti dan meminum dari cawan. Sebelum misa berakhir para jemaat menyanyikan "Joy to The World" dan kemudian bersalam-salaman mengucapkan Peace be upon to you dan Merry Christmas.
Seperti halnya selesai lebaran, makan bersama adalah salah satu hal yang paling ditunggu. Emily membuat sweet potato. memanggang kalkun, mashed potato, puding jagung, kue kering, dan salad. Saya membantu membuat saladnya. Kembang kol, bayam, paprika, dan tomat. Cincang-cincang dan aduk sampai bercampur. Jadi deh. Tambahkan mayonaise atau yang cream lainnya. Enak. Saya menjadikan salad sebagai menu amerika favorit saya berikutnya.
Membuka kado natal |
Sambil menunggu Donald, kakak Erick, kami membuka kado. Wah, kami mendapatkan kado natal. Senangnya. Ara dapat boneka, saya dapat cokelat, dan Kak Yusran dapat buku cerita :D. Duh, senangnya. Kami pun memulai makan siang setelah kakak Erick datang. Makan siang yang menurutku cukup resmi karena menggunakan silverware dan menyalakan lilin. Hehehe.
Sarah, Ara's Christmas present |
Selesai makan siang kami berbagi cerita. Kadang sekedar mendengarkan Erick dan keluarganya bercerita. Sesekali menimpali. Saya serasa berada diantara keluarga sendiri. Sangat akrab dan berbagi cerita. (*)
wah, serunya ya....
ReplyDeleteMakasih kak :) Apa kabar? Masih di Abudhabi?
Deleteiya, masih....baru 2tahun dari target 10tahun...hahhaa..
Deletemasih, baru 2tahun dari target 10tahun
Deletehahaha
Selamat menikmati abudhabi kak :)
Delete