ilustrasi |
Cuaca cukup dingin. Sehari lalu salju turun. Bunga-bunga esnya belumlah mencair. Angin cukup kencang menambah hawa dingin. Jaket Ara cukup tebal, tapi ia tidak memakai kaos tangan. Ia mulai menangis karena tidak nyaman. Bus yang kami tunggu belum juga datang.
Seorang nenek datang menghampiri kami. Ia bertanya pada suami saya apakah ia bisa mengantar kami. "Saya tidak tega melihat anak kecil di cuaca sedingin ini", katanya. Suami saya menolak halus, menjelaskan bahwa kami sedang menunggu bus. Tapi ia tetap memaksa mengantar kami. "Bagaimana jika saya mengantar anak istrimu saja. Karena mobilku hanya bisa untuk satu penumpang" katanya lagi. Ara makin rewel. Bus pun tampaknya masih lama dan angin bertiup kencang. Saya pun setuju untuk ikut di mobilnya dan mengantar kami ke Riverpark.
Ia bernama Linda. Kuperkirakan usia cukup tua. Kulit wajahnya mulai mengeriput. Jalannya tidak tegak lagi. Tapi fisiknya masih cukup kuat untuk mengendarai mobil. Ia membukakanku pintu mobilnya dan membantuku memasang sabuk pengaman. Saya duduk di depan, memangku Ara. Kursi belakang mobilnya penuh dengan kursi lipat. "Maaf, mobilku penuh barang. Saya harus membawa kursi-kursi ini untuk perayaan natal di rumah" katanya. "Maaf, tak ada car sheet bayi" katanya lagi. Saya tidak masalah memangku Ara dan duduk di samping pengemudi. Saya hanya mengkhawatirkan dia bakal ditilang polisi jika membawa bayi tanpa tempat duduk khusus dan didudukkan di samping supir. Tapi sepertinya dia tidak mengkhawatirkan hal itu.
Linda suka bercerita. Sepanjang jalan kami ngobrol. "Apakah kamu berteman?"tanyanya. "Hmm..My husband's friends. Saya agak sulit berteman" jawabku. " Saya paham. Apalagi dengan memiliki bayi" lanjutnya. "Dan kendala bahasa" kataku sambil tertawa. "Yess, I know. But ur doing very well" katanya.
"Where are you from?", "Indonesia". "I'm Sure that u missed your country, especially in this winter".
Saya tidak berani menanyakan kerjanya, maka saya bertanya apa aktivitasnya. Ia menjelaskan bahwa ia sedang belajar bahasa China. Ia dan suaminya aktif di gereja. Mereka mengajar di sekolah minggu di Athens Bible Church. Ia banyak mengenal komunitas China di Athens. Ia bercerita bagaimana senangnya ia belajar bahasa china. Katanya ia belajar speaking dulu kemudian belajar writing. "So u learn Chinese's Alphabet?", dia jawab dengan anggukan. "Wow, it's hard"responku.
"I know, it's so difficult, but beautiful. Know i try to write bible in Chinese Alphabet".
"Amazing!!! I can imagine how hard to write it"
"Yess. Especially with my old brain"
"There's no old brain if we practice everyday" kataku.
Ngobrol dengan Linda rasanya seperti mengobrol dengan kawan lama. Saya seperti mengenalnya bukan lima menit yang lalu. Ia sudah 25 tahun tinggal di Athens. Beberapa tahun tinggal di Jerman. Di Jermanlah kemudian dia memeluk agama kristen. Saya sangat tertarik untuk melihat aktivitasnya di gereja. Ia lantas menawarkan jika ingin datang kapan saja ia bersedia menjemput.
Di sini, saya bertemu dengan orang-orang yang begitu senang menawarkan bantuan. Membukakan pintu. Menanyakan apakah saya butuh bantuan jika sedang menggendong Ara sembari mengangkat strollernya.
Mereka menyentuh hati saya dengan perilaku humanis mereka. Kami mungkin memiliki banyak perbedaan. Warna rambut, bahasa, budaya. Kami pun mungkin berbeda keyakinan. Tapi kami sama-sama meyakini tentang saling menghargai dan kasih sayang antara manusia. Linda mengajarkan saya hari ini untuk melebih mengasihi sesama manusia. Menawarkan bantuan dan saling peduli. Seperti ajaran yang saya yakini di agama saya. Saya bersyukur bertemu Linda siang tadi. Ia membuat saya melihat lebih luas. (*)
Wow, ternyata kehidupan di amerika ga seperti di film2 y kebanyakan digambarkan sibuk ma diri sendiri yah dwi. Benar kata iklan tak smua y kamu dengar n liat itu benar hehehe
ReplyDeleteiyya...film2 memberikan satu sudut pandang, realitas memberikan banyak pandangan lain :)
Deletepada dasarnya manusia itu sangat baik. di mana pun, tidak terkecuali di Amerika sana, akan selalu ada orang baik untuk mereka yang baik ..
ReplyDeleteiya mas. Saya percaya itu :)
DeleteKeren lhooo...
ReplyDeletetapi kalau misalnya di Indonesia pasti orang yg ditawarin sdh mikir yg engga2, soalnya masyarakat ngga terbiasa dg hal itu.
bener mbak. Kita terlalu banyak mikir yang engga2.
Delete