Skip to main content

Cherish Every Moment


"You don't know what will happen next so when u with ur kids, hug them and tell them that u love them so much" (Julie Locke)

 Megan Walsh adalah ibu rumah tangga yang sangat sibuk mengurusi bisnisnya. Ia melewatkan pertandingan bola anak perempuannnya. Ia melupakan hari ulang tahun pernikahannya. Ia harus bersungut-sungut menemani anak-anaknya melakukan trick or treat Halloween dan menemukan tetangganya memasang ornamen natal di tengah perayaan Halloween. Ornamen natal itu menggelitik dirinya hingga ia akhirnya membaca blog pribadi tetanggannya, Julie Locke.

Julie Locke adalah pusat cerita film The Heart of Christmas. Ia adalah ibu rumah tangga biasa yang bahagia memiliki anak bernama Dax berumur 2 tahun. Hingga ia akhirnya harus menemui kenyataan bahwa Dax menderita penyakit Leukimia. Ia dan suaminya begitu sedih dan putus asa. Ia pun memutuskan berobat ke St.Jude Hospital rumah sakit khusus anak-anak. Saat ia merasa begitu sedih dan tak ada harapan, ia menemukan keluarga baru di rumah sakit itu. Ibu-ibu yang merasakan penderitaan yang sama dengannya. Para orang tua yang begitu sedih melihat anak mereka sakit, tak bisa melakukan apa-apa, dan menyadari bahwa cepat atau lambat anak mereka akan meninggal.

Ia menemukan kawan-kawan yang mensupportnya. Selalu ada memberikannya kekuatan dan memahami perasaannya. Para orang tua itu membuat grup diskusi. Menceritakan perkembangan anaknya masing-masing. Menulis blog tentang cerita mereka. Saling peduli dan saling menguatkan. Mengenal mereka membuat Julie menyadari begitu besarnya arti pelukan dari orang-orang yang berempati kepadanya.

 Mereka saling bergembira jika salah satu anak dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Sekalipun itu berarti mereka berpisah. "Cherish every moment". Kalimat itulah yang selalu mereka bagikan ketika mereka putus asa. Sekalipun masa depan tidak ada, tapi mereka masih punya hari ini yang patut disyukuri dan dirayakan dengan orang yang dicinta.

Dax adalah anak kecil pemalu dan pendiam. Ia harus menerima kemoterapi untuk mencegah sel-sel kanker tumbuh di darahnya. Orang tuanya berusaha menghadirkan suasana yang menyenangkan untuknya. Mengajaknya bermain, berkawan, dan mengabadikan setiap kenangan.
Hingga pada bulan Januari dokter memberi vonis bahwa Dax hanya mampu bertahan 43 minggu. Julie memutuskan pulang ke rumah. Ia ingin Dax merasakan tinggal di rumah di hari-hari terakhirnya. Hingga Julie menyadari bahwa Dax tidak akan mampu bertahan hingga natal. Suaminya pun kemudian mendekorasi pohon natal di rumahnya sekalipun saat itu masih oktober.

Yang mengejutkan adalah para tetangga yang mengetahui Ayah Dax memasang ornamen Natal untuk Halloween turut mendekorasi suasana natal di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka berempati pada Dax dan menghadirkan suasana natal yang sangat disuka Dax. Megan yang turut hadir sangat berterima kasih kepada Julie karena begitu memberi inspirasi dan membuatnya sadar bahwa ada hal yang penting selain uang, yaitu kebersamaan dengan keluarga.

Saya terharu sampai menangis selama menonton film The Heart of Christmas. Saya pernah merasakan kesedihan yang dirasakan Julie. Ketika orang yang kamu paling sayang divonis sakit leukimia dan kecemasan akan kepergian mereka adalah yang paling kamu takuti. Saya sangat tahu bagaimana sebuah pelukan begitu menguatkan untuk berbagi kecemasan itu. Dan saya ibu sekarang. Melihat mereka sakit rasanya begitu menyakitkan, apalagi jika harus divonis tidak mampu bertahan hidup.

Film ini diangkat dari kisah nyata tentang anak bernama Dax yang menderita Leukimia dan dirawat di rumah sakit St. Jude. Kisahnya yang begitu menginspirasi berhasil menggalang dana 1,6 juta dollar untuk biaya penelitian di rumah sakit St. Jude. Rumah sakit khusus untuk anak-anak penderita kanker.

Soundtrack film ini pun dipenuhi oleh lagu-lagu natal yang begitu enak didengar. Saya merekomendasikan film ini untuk menemani waktu liburan anda. Selamat menonton!


Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...