Skip to main content

Spring Forward, Fall Back

Pagi ini saya terbangun dengan jendela kamar yang mulai meremang. Cahaya putih menerobos masuk di sela-sela tirai jendela. Pagi datang seperti biasa. Selalu mengejutkan. Untuk bangun subuh rasanya selalu mustahil. Jam 5 masih dini hari. Sedangkan jam delapan menurut otakku sudah begitu siang. Tapi sebenarnya jam delapan itu masih serupa jam enam pagi di sini. Matahari masih terlalu malas untuk bersinar. Jejak malam masih betah di kaki langit.

Refleks saya mengintip ke arah jam weker di atas meja. Seakan berkata padaku ini sudah pukul 9. Ayo bangun!!! Masih pagi dan masih normal, pikirku. Kuintip handphoneku. Angka 08.00 tertera jelas. Handphone ini perlu direset ulang, pikirku. Blackberryku memang sering hang. Apalagi ketika sedang lowbat. Jam pasir penanda loadingnya kadang muncul jahil dan menyeringai menjengkelkan. Perlu meresetnya ulang jika harus digunakan normal. Tapi pagi ini jam pasirnya tidak hadie. Pertanda handphoneku tidak perlu direset dan berada dalam kondisi normal. Tapi ada apa dengan penanda waktunya? Padahal sudah tersetting automatis menyesuaikan dengan waktu setempat.

Ow...hari ini minggu 4 november, kataku dalam hati. Apa yang istimewa dengan minggu pertama di november? Tak ada. Hanya saja akun fesbuk Athens menuliskan untuk memundurkan satu jam dari penunjukkan waktu sebelumnya. Jadi pukul 9 pagi menjadi pukul 8 pagi. Perubahan waktu ini disebut Daylight Saving Time (DST). Hmmm....Awalnya bingung juga, tapi setelah baca penjelasan di google jadinya sedikit lebih paham. Hehehehe. Meski cuma nangkap sedikit.

Nah, apa DST itu. Daylight Saving Time biasa juga disebut sebagai Summer time. Di beberapa negara di dunia khususnya negara empat musim memiliki siklus matahari yang sedikit agak panjang pada musim-musim tertentu. Pada musim semi hingga musim panas matahari bersinar lebih lama pada siang hari. Sedangkan di musim gugur hingga musim dingin matahari cepat terbenam. Nah, di musim semi waktu dimajukan sejam agar lebih banyak waktu digunakan saat sore. Sehingga, meski pukul 5 sore matahari masih terik bersinar seperti jam 3 atau jam 4 sore. DST ini digunakan agar penggunaan sinar matahari bisa maksimal. Anak-anak bisa bermain diluar rumah lebih lama dan mengurangi pemakaian listrik kala sore hari.

Dulunya maju 30-40 menit. Tapi sekarang lebih serang dipakai maju satu jam. Waktu DST ini berbeda-beda ditiap negara yang menerapkan sistem ini. Tapi umumnya berlaku di Maret hingga oktober november. Di Amerika sendiri DST dimulai pada 11 maret dan berakhir pada 4 november. Karena itulah muncul istilah Spring Forward, Fall Back. Pada 4 November, jam mundur sejam ke waktu yang sebenarnya.

Nah, itulah pemahaman saya sedikit tentang Daylight Saving Time. Agak membingungkan saya. Soalnya Mau jam berapa kek, saya tetap harus bangun pagi ngurus anak. hehehehe.Lebih lengkap tentang Daylight Saving Time bisa dilihat di www.timeanddate.com atau di wikipedia. Atau googling saja.

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

tentang buku

"...u can buy many book,but u can't buy a knowledge" 081383118xxx pesan itu sampai ke ponselku beberapa saat setelah aku mengeluh pada seseorang tentang buku "detik-detik menentukan" BJ.Habibie yang tak berhasil aku peroleh dari peluncuran bukunya di hotel clarion hari ini. iya mungkin benar...aku terlalu mengharapkan buku yang ditulis mantan presiden ketiga ini.padahal ku punya begitu banyak buku yang bertumpuk di kamar. Belum pernah aku jamah sedikit pun. aku tak tahu beberapa hari terakhir ini aku begitu jauh dari buku. jauh dari para pengarang-pengarang besar dengan segala masterpiece-nya. akuy begitu malas membaca. malas membuka tiap lembar buku tebal itu dan memplototi huruf-hurufnya yang kecil. "tahu tidak...buku bisa membawa kesuatu tempat tanpa kamu harus bergesr se-inci pun" kata-kata itu selalu keluar jka aku mengeluh sedang malas baca buku... entahlah aku begit malas mengetahui tiap isinya. aku hanya terpesona pada banyak tumpukannya di kam...