Skip to main content

Uang Jajan Ani


“Mama, Ani minta uang jajan” teriak Ani pagi-pagi. Hari ini adalah hari pertama ani sekolah di semester kedua. Ani masih duduk di kelas dua sekolah dasar Budi Harapan. Sejak kelas satu hingga semester lalu ia tak pernah membawa uang jajan ke sekolah. Mama selalu membuatkan bekal makan siang untuknya dan sebotol air mineral. Tapi sejak libur semester lalu, ia merengek pada mama untuk berhenti membawa bekal dari rumah dan menggantinya uang dengan uang jajan.

“Mama, Ani malu membawa bekal ke sekolah.kata teman-teman ani masih seperti anak TK. Padahal Ani kan sekarang sudah kelas dua SD”pintanya pada mama.
“Ani ganti bawa uang jajan saja ya Ma, sekalian ani belajar pegang uang”katanya lagi.
Mama hanya tersenyum. “Ani, Mama tak pernah melarangmu punya uang sendiri. Waktu Tante Wiwi datang ke rumah dan memberimu uang, kan mama tidak larang”.

“Iya Ma, tapi uang itu kan Ani masukkan dalam celengan”.
“Jadi Ani maunya belajar pegang uang dan membelanjakannya?”Tanya mama yang disertai dengan anggukan kepala Ani. Kuncir ekor kudanya ikut bergerak.
“Baiklah, Mama akan memberikan uang jajan kepada Ani jika hari sekolah nanti”janji mama.
“Janji ya Ma”Tanya Ani meyakinkan mama sambil menaikkan jari kelingkingnya yang disambut dengan kait jari kelingking oleh mamanya.


Hari sekolah pun tiba. Ani dengan gembira merapikan pakaian sekolahnya dan berlari ke dapur .
“Uang jajannya mana Ma?”Tagih Ani.
Mama yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan segera menghentikan pekerjaannya.
“Mama akan kasih kamu jajan tapi kamu harus sarapan dulu”ujar mama.
“Tidak usah sarapan Ma, Kan uang jajannya nanti Ani pake buat jajan. Kalo sarapan nanti tidak lapar lagi”jawab Ani lagi.

Mama hanya menggelengkan kepala. “Ini uangnya. Jangan jajan sembarangan ya?”pesan mama sambil menyodorkan selembar uang seribu. Diambilnya uang itu dari tangan mamanya,”kok sedikit sih Ma? Beda dengan uang jajan Kak Fajar” rajuk Ani.
“Iya, karena kamu masih kecil. Belum saatnya pegang uang banyak” jawab Fajar, kakaknya yang duduk di kelas satu SMP.
“Wah, mama curang.ini namanya tidak adil” protes Ani.

“Ani, tiap orang diberi tanggung jawab. Makin kamu besar tanggung jawabmu juga makin tinggi. Mama Cuma ngasih seribu karena mama tau kamu masih kecil. Tanggung jawabmu juga masih kecil. Adil itu memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai kebutuhannya”terang mama.
“Ah, tidak mau.Ani tidak jadi ke sekolah” rajuk Ani.
“Jadi, Ani maunya berapa?” tanya mama.
“Seperti uang jajan Kak Fajar. Atau setengahnya” jawab Ani.
“Baik, Besok mama kasih. Tapi hari ini kamu bawa ini dulu”kata mama sambil memberikan selembar uang seribu.
“Tidak mau bawa bekal?”tegur mama ketika tempat makan Ani yang berisi nasi goreng tetap berada diatas meja dan tidak tersentuh oleh anaknya.
“Kan ada uang jajan. Jadi nanti jajan saja. Pergi dulu ya Ma.” jawab Ani sambil mencium tangan mamanya dan berangkat ke sekolah.Mama hanya mampu menggelengkan kepala melihat anak perempuan berengkat ke sekolah.


Jam pelajaran pertama matematika, Ani tak sempat lagi sarapan pagi. Perutnya kelaparan. Menyesal ia tidak memakan sarapan roti dan susunya di rumah. Tadi juga ia lupa jajan karena kebiasaan paginya langsung masuk kelas dan membuka bahan pelajarannya.

Ia keringat dingin. Pelajaran yang disampaikan ibu Lia tidak mampu lagi ia ikuti dengan baik. Hingga bunyi lonceng istirahat menyelamatkannya. Segera ia menuju kantin sekolah dan memilih makanan. Diambilnya sebuah roti dan segelas air mineral. Dimakannya dengan cepat.
“Besok saya harus sarapan dulu baru ke sekolah. Ternyata sarapan itu ada gunanya juga”gumamnnya sambil terus mengunyah rotinya.


Hari kedua, ia meminta uang lagi pada mama. Kali ini Ani ingin jumlah uang yang sedikit besar.
“Kemarin, Ani hampir kelaparan gara-gara uang yang mama kasih tidak cukup untuk Ani pakai buat jajan” jelasnya pada mama.
“Ani sampai tidak bisa mengikuti pelajaran matematika karena kelaparan”.
“Yang salah siapa, Kan Mama sudah buatkan Ani sarapan. Bahkan bekalnya juga sudah Mama siapkan” kata mama.

Ani hanya bisa memainkan ujung roknya dan menggigit bibirnya. “ Iya deh. Kali ini Ani mau sarapan. Tapi uang jajannya ditambah ya Ma.Kan Ani tidak bawa bekal” pinta Ani sambil meminum susu coklatnya.
“Iya, tapi janji ya, digunakan baik-baik” kata mamanya sambil memberikan tiga lembar uang ribuan.


Di sekolah Ani tidak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Ia dan Rita tidak sabar untuk jajan minuman dingin dan bermacam-macam kue yang penuh warna di depan sekolah. Ketika bel yang d di tunggu akhirnya berbunyi, Ia dan Rita segera berhamburan ke pintu gerbang sekolah. Dicicipinya minuman berwarna merah jambu yang dicampur es batu. Kemudian, ia juga membeli kue-kue kecil penuh warna. Di cobanya juga bakso tusuk dengan campuran kecap dan sambal. Inilah jajan yang selama ini Ani idam-idamkan. Membeli macam-macam makanan tanpa harus selalu memakan bekal yang dibawanya dari rumah.


Di rumah…
Ani bolak balik kamar mandi. Perutnya mulas tidak karuan. Badannya lemas. Ia terkena diare. Kata dokter sakitnya disebabkan makanan yang dimakannya tidak bersih dan tidak dioleh dengan baik.
“Mama, Ani tidak mau jajan lagi di sekolah” janjinya pada mama.
“iya sayang. Ani harus belajar dari kesalahan” terang mamanya.
Karena diare ia harus istirahat tiga hari di rumah.


Hari keempat Ani tidak lagi lupa sarapan dan membawa bekal. Tapi jumlah uang jajan yang dimintanya masih juga besar. Mama hanya menggeleng kepala melihat tingkah keras anaknya.

Di sekolah…
Ani tidak lagi jajan sembarangan. Ia memakan bekal yang dibawanya dari rumah. Ia tidak lagi kelaparan dan membeli kue dan minuman sembarangan. Uang jajannya ia simpan di dalam tas.

Ketika bel pelajaran kedua berbunyi, di ambilnya bukunya dari dalam tas. Ani melihat
laci tas tempat ia menyimpan uang terbuka. Ia ingat betul uangnya ia simpan di laci itu. Dibongkarnya isi tasnya. Dan tak ditemukannya uang jajannya.
“Ibu guru, Ani kehilangan uang” kata teman-temannya.

Mata Ani berkaca-kaca. Seluruh kelas sudah digeledah. Tapi tak ada yang terbukti mengambil uang Ani. Ani hanya mampu menangis dan menyesali kecerobohannya. Ia akhirnya mengerti mengapa mamanya tidak mau memberikan uang jajan lebih pada Ani.
“Makin kamu besar, tanggung jawabmu akan besar. Dan karena sekarang kamu masih kecil tanggung jawabpun masih kecil. “kata-kata mama terngiang ditelinganya.
Ani berjanji dalam hati untuk tidak lagi membawa uang jajan yang banyak. Tak lagi lupa sarapan pagi dan tetap membawa bekal ke sekolah. Nanti kalo Ani sudah lebih besar pasti mama tahu kapan Ani akan berhenti bawa bekal dana diberi uang jajan yang lebih”katanya dalam hati.

(Cerita ini pernah aku kirim untuk lomba menulis Erlangga For Kids. Tapi kayaknya ga menang deh. Jadi aku posting di blog saja.Buatmu yang kelak punya anak atau mungkin telah memilikinya sekarang)

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Mencintaimu

Aku terbangun pagi ini. Masih begitu pagi. Aku menghimpun jiwaku. Aku mengumpulkan cinta di hatiku. Kutemukan begitu banyak cinta untukmu. Aku mencintaimu.aku mencintaimu.aku mencintaimu. Bahagia bisa memilikimu. Bahagia bisa menjadi tempat kembali saat kau butuh. Bahagia bisa menjadi rumah yang hangat untukmu. Aku menemukan ceceran cerita dalam lembar-lembar catatan harianku. Yang lain dating dan pergi. Tapi dirimu selalu ada. Selalu menemani. Tempatku menangis. Tempatku merajuk. Dan tempatku bermanja dan berbagi bahagia. Aku telah membangun rumah dihatimu. Kesana lah aku pulang. Tiga hari ini kurasakan bahwa kita telah menjadi sebuah ikatan yang menyatu. Tiap tindakan haruslah berdasarkan pertimbangamu. Aku harus belajar mengalah dan tak egois. Mendengarkan penilaianmu dan tak egois ketika kita tak bersepakat. Sayap kita adalah telah menyatu. Dan kita akan terbang bersama. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu….Sangat. Hei, pagi ini aku mendengar Air Supply. Semua laguny

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem