Skip to main content

Traveling Telanjang bareng Trinity

Bagi saya traveling adalah sebuah kegiatan yang mahal dan hanya dilakukan oleh orang-orang kaya yang punya banyak waktu luang. Tapi Trinity menjungkirbalikkan semuanya. Traveling adalah sebuah laku hobby yang bisa digeluti dengan biaya yang begitu minim dan dilakukan oleh pekerja-pekerja swasta yang hanya memiliki 12 hari cuti dalam setahun. Yang kamu butuhkan hanyalah sebuah hasrat untuk melakukan perjalanan dan sebuah “kenekatan” mungkin.

Seperti itulah yang kutangkap setelah membaca Naked Traveler. Buku pertama yang diangkat dari blog dengan alamat laman naked-traveler.com yang ditulis oleh Trinity (Nama penanya dan takkan pernah kau tahu nama aslinya hingga halaman terakhir).

Trinity adalah seorang wanita backpacker yang telah mengelilingi Indonesia dan 33 negara di dunia. Gaya menulis blog yang khas diari kutemukan di buku ini. Sangat jujur dan lucu. Tak semua traveling menyenangkan. Dan dibalik dari pengalaman yang “tak menyenangkan” itu selalu ada hal yang kemudian asyik untuk dicerita.

Saya sangat menikmati pada bagian Airport dan Transportasi di buku ini. Pernah seorang teman bercerita tentang sebuah bandara di salah satu kota di Sulawesi. Ia mengatakan bahwa kadang pesawat harus mutar-mutar dulu di atas sebelum landing. Hal itu dikarenakan karena landasan “dibersihkan”dulu dari ternak sapi dan kerbau. Awalnya saya tidak mempercaya hal tersebut. Masa segitunya sih? Tapi ketika saya membaca pengalaman trinity saat di airport Tanjung Redeb ( Kalimantan Timur)saya baru mempercayainya.

“Sirine pertama adalah pemberitahuan bahwa aka nada pesawat mendarat sehingga harap mengosongkan landasan…bagi orang-orang yang mengembalakan ternaknya. Sirene kedua untuk mengusir orang yang sedang main bola yang ibasanya masih nekat main di tengah landasan. Sirene ketiga beraerti pesawat sudah benar-benar akan mendarat” (hal 24)

Tak hanya di Indonesia bandara seperti itu. Di airport El Nido Filipina becak dan pesawat menggunakan jalan yang sama. Tapi bandara ini paling favorit bagi Trinity karena ada tiga pilihan untuk menunggu yaitu berenang di pantai, tidur-tiduran di ayunan Hammock di bawah pohon atau duduk di bangunan utama yang asri bagaikan lobi resort mewah dan disediakan minum gratis.

Tak hanya hal yang menyenangkan buku ini juga meceritakan kisah sang penulis ketika diperlakukan agak rasial di Negara yang dikunjunginya. Bagian yang paling lucu di bab life sucks adalah saat penulis tur Puerto Rico dimana sang tour guideberhenti dibelakan rumah orang dan mengatakan “Now Ladies and Gentlemen, this is…banana tree!” (hal 106). Bersepaham dengan penulis saya yang tinggal di Indonesia denga bertetangga dengan pohon pisang membuatku seperti tokoh-tokoh di komik “gedubrak”.

Ia juga membagi pengalamannya tentang tempat-tempat yang sering dijadikan tempat pengambilan gambar untuk sebuah film lantas dijaga keberadaannya hanya untuk menarik minat para turis. Semisalnya di New Zeland tempat pembuatan Epik Lord Of The Rings yang begitu keren. Satu yang saya sayangkan ternyata video klip Michael Learns o Rocks yang berjudul someday dibuat di Dreamland, Bali. Aku menonton klip lagu itu waktu kelas 6 SD. Dan aku pernah ke Bali namun tak menyempatkan ke Dreamland. I Have been there before, tapi tidak ngotot ke Dreamland.Buku Trinity ini terlambat terbit bagiku. Jika ia terbit tahun 2006 mungkin aku bela-belain ke Dreamland, Bali.Hiks….

Trinity benar-benar mengupas travelingnya dengan sangat telanjang. Traveling bukanlah sebuah kegiatan mahal yang susah dilakukan. Berkeliling ala Backpacker memiliki cerita tersediri yang begitu menyenangkan meski kadang juga kau takkan mendapatkan kenyamanan yang baik. Sperti yang Trinity bilang “ Ada harga ada mutu”.

Buku ini memberikan gambaran padaku bagaimana traveling ala Backpacker itu. Meski aku belum pernah melakukan traveling yang sesungguhnya tapi buku ini telah menjadi semacam jendela kecil untuk melihat dunia lain. Tetap akan berbeda ketika melakukan traveling itu sendiri jika dibandingkan dengan mengetahuinya dari buku. Tapi rasa yang ditangkapkan pun tak kalah menyenangkannya. Viva Traveling.(*)

http://akuiniobenk.files.wordpress.com

Comments

  1. iya kak. tapi kyusran yang punya. blum pa baca ki. sama hippo2 jalan2 juga ada. hehehe.dimana ki??sudah mi sy baca. ketemu di bedah buku k ochan saja nah.nanti saya kasi di sana

    ReplyDelete
  2. Nice review! Makasih yaa..
    Jgn lupa, ada The Naked Traveler 2 dan Duo Hippo Dinamis lho! hehehe..

    ReplyDelete
  3. Makasih mbak. ini baru mo cari si duo hippo.Kalo butuh teman jalan2 bisa kontak saya.hihihihihi siapa tau saya juga bs jadi lucky bastard. bayar sendiri juga ga pha2 asal ditemani traveling.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tips Memilih Majalah Anak Untuk Buah Hati

Menanamkan hobby membaca pada anak perlu dilakukan sejak dini. Kebiasaan membaca haruslah dimulai dari orang tua. Memberi akses pada buku-buku bacaannya salah satu langkah penting. Namun, membacakan cerita dan mendapatkan perhatian anak-anak merupakan tantangan tersendiri.  Ara dan Buku Bacaannya Saya mengalaminya sendiri. Ara (3 tahun) cukup gampang untuk bosan. Memintanya fokus mendengarkan kala saya membacakannya buku cukup susah. Pada waktu-waktu tertentu ketika dia menemukan buku yang menarik perhatiannya, dia dengan sukarela memintaku mengulangnya berkali-kali. Namun, ketika saya membacakannya buku yang tidak menarik minatnya, dia memilih bermain atau sibuk bercerita sampai saya berhenti membaca. Untuk menarik minatnya akan buku, setiap kali ke toko buku saya membiarkannya memilih buku apa yang ingin dia beli. Kebanyakan pilihannya ada buku cerita dengan karakter favoritnya, Hello Kitty. Untuk buku anak- anak pilihanku, syaratnya adalah ceritanya pendek, kalimatnya mudah ia paham

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar