Aku menunggumu dalam diam. Menanti saat seolah-olah tak sengaja agar bias terhubung denganmu. Sebuah laku yang sudah tak pantas lagi aku lakukan. Seperti dulu. Ketika aku betul-betul menginginkan sesuatu aku mampu melakukan hal-hal bodoh. Ngotot untuk memilikinya. Seperti itukah yang kulakuan padamu sekarang.
Diam-diam seolah angkuh. Berusaha tak memedulikanmu padahal seluruh duniaku mengorbit padamu. Namun tak pernah benar-benar setia dengan janji hati. Karena kata hatiku menginginkan tetap pada lintasan yang telah kau buat. Seperti bermain-main dengan hati. Aku sangat sadar bahwa rasa ini adalah rasa yang mengambang di awan. Aku sangat yakin setelah ini berlalu hempasan saat bercumbu dibumi karena tarik gravitasinya mampu membuatku berdarah. Menyadarkanku bahwa aku hanyalah manusia. Dan kau adalah serupa pangeran dalam cerita dongeng yang tak pernah benar-benar ada.
Semua ini hanya ilusi. Tapi aku telah kecanduan padamu. Aku ingin sembuh dari rasa ini. Rasa yang membelitku pada waktu dan tempat yang tak seharusnya. Mencintaimu mungkin adalah sebuah kesalahan. Kesalahan yang mampu membuatku untuk kembali pada sebuah bab pembelajaran bahwa cinta tak selamanya memiliki.
Pembelajaran yang aku pahami tapi selalu aku langgar. Konsekuensinya adalah aku akan sakit karena rasa ini. Efek bahagia begitu hebat hingga aku tak lagi peduli pada sakit yang kelak timbul. Kau benar-benar serupa zat Psikotropika yang memberikan bahagia sesaat dan kemudian meninggalkan bekas yang menyakitkan.
Rasa pada akhirnya aku yakini akan terkikis oleh waktu. Karena keyakinan itu aku menikmati bahagia ini. Tapi sakitnya pun mulai terasa. Aku sudah harus mengucap selamat tinggal dengan diam. Perlahan melepaskan ikatan rasa ini. Aku bukanlah Houdini yang begitu hebat melepaskan diri seketika. Tapi sakit ini tak tertahan. Aku tak lagi bisa membedakan rasa bahagia atau sedih. Kadang infuls rasaku mengartikannya berbeda.
Aku menyerah. Pergilah jauh-jauh. Seperti banyak rasa yang telah memadat dan terlempar seperti kerikil. Tapi biar kubungkus dulu rasa ini dengan baik-baik. Seperti itulah caraku memerangkapmu dalam sebuah keegoisan. Seperti itulah aku memaknai cinta yang memiliki. Biarkan hanya aku saja yang menyimpannya. Tak perlu dirimu .Kamu tak perlu repot untuk itu. Terima kasih(*)
Foto : http://damadama.files.wordpress.com
Comments
Post a Comment