Skip to main content

Sebuah Lakon Tentang Cinta

Dirimu serupa field research dimana aku adalah peneliti yang melakukan research di dalamnya. Aku mengobservasimu dan berpartisipasi pada hidupmu. Dan kutemui hati yang jatuh cinta padamu.Aku ingin memilih tetap dilapangan hatimu. Agar bisa lebih dekat denganmu. Seperti Lancelot yang memilih menjadi knight of round table agar dekat dengan Lady Guinevere. Dekat denganmu dan menemanimu.

Tapi sebuah kemustahilan membentang sangat luas antara kita. Aku harus sadar bahwa aku hanyalah peneliti yang harus pulang dan duduk di depan computer dan menulis banyak tentangmu. Hanya dengan tulisan itu aku dan kamu tertaut abadi. Tapi sampai detik ini feildnoteku masihlah terlalu sedikit. Aku ingin mengetahui banyak tentangmu.Masih ingin menggali luas hatimu. Mungkin kita pernah saling menunjukkan sisi paling tersembunyi dari diri kita berdua, tapi masih saja aku tak mengenalmu. 

Tiap inci dirimu adalah seperti halaman yang menyajikan banyak cerita. Aku belum tuntas membacamu. Tak kan pernah tuntas. Disaat jarak geografis menjadi jutaan panah jauh aku selalu bertanya pada hatiku apakah jarak psikologis kita tak sejauh itu. Aku masih saja berusaha membuatnya dekat. Karena aku berharap ia tak berjarak. Apakah aku perah melintas dalam pikiranmu hari ini?Atau ada saat dimana sisi hatimu merindukanmu? Ya, Aku merindukanmu. Meski harusnya aku tak lagi merindukan yang lain. Tapi bukankah rasa tak butuh logika. Ia bergerak atas hati. Hati tak pernah punya logika. Karena logika milik otak sepenuhnya. Kita pernah bersepakat bahwa ini adalah sebuah permainan. 

Aku ingin mengubahnya. Ini bukanlah permainan. Dan aku tak melakukannya “just for fun”. Ini adalah gerak hati. Aku tak pernah memulai sebuah permainan. Ini adalah kesalahan. Aku sangat memahaminya. Lantas kemana cinta harus aku bawa? Aku ingin menyimpannya. Dengan caraku sendiri. Dunia kita adalah fluida yang mengalir. Aku tak punya mantra untuk membekukannya. Aku dan dirimu adalah sebuah mikro kosmik yang terus bergerak dalam makro kosmik. Aku tak punya kuasa melarangmu mencintai orang lain. 

Menemukan orang yag menemanimu membersihkan rumahmu, menemanimu menonto film, menemanimu melihat bulan, menemanimu berdansa, memelukmu kala malam, dan membangunkanmu dengan satu ciuman dan berucap “selamat pagi”. Seperti dirimu yang mampu menerima dan berbahagia untuk hidupku. Aku pun harus demikian bagimu. Meski seperti dulu ketika kita memulai “game”ini aku telah cemburu pada masa lalu dan masa depanmu. 

Hmmm….aku harus menarik diri dari lapangan hatimu. Melihatmu dari jauh dan melukismu dari sini. Aku masih berusaha memulainya. Mencari warna tajam untuk memulai goresanku tentangmu. Kau pernah memberiku satu permintaan yang boleh aku gunakan kapanpun. Tapi aku tak ingin menggunakannya. Biarlah tetap seperti itu adanya. Hatiku memproduksi rindu 100%.Akan kuberikan padamu. Seperti dulu. Lama sekali….

Comments

Popular posts from this blog

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...

mulai ngerti

akhirnya mulai ngerti juga...meski awalnya ngejelimet ternyata sesuatu yang awalnya kita tak tahu kalo belajar jadinya bisa ya (ini pesannya mamaku) udah dini hari...harus pulang besok (nanti Pagi, maksudnya) harus kuliah pagi tengah malam nanti aku lanjutin lagi gud nite