Skip to main content

Saat Sepakbola Menjadi Pemersatu

Disini saya tak ingin menjadi semacam komentator sepakbola yang menguasai teknik merumput di lapangan hijau. Mengetahui nama para pemain sepakbola. Mengetahui kapan mereka cedera atau dari klub mana dia berasal. Di sini saya hanya ingin berbagi sebuah nasionalisme yang membuncah ketika menyaksikan tim Garuda berlaga di Piala AFF. 

Ada hati yang menghangat ketika menyaksikan seluruh masyarakat Indonesia memberi dukungan penuh pada Tim Indonesia. Memeriahkan Gelora Bung Karno, gegap gempita saat nonton bareng. Atau bahkan heboh sendirian meski hanya nonton di rumah.

 Seakan melupakan sejenak carut marut kekecewaan terhadap pemerintah dan negara. Sesaat melupakan kesedihan di berbagai daerah bencana. Kita terlalu sering menelan kekecewaan. Tak ada prestasi yang terukir dalam kurung waktu belakangan ini.Kemenangan-kemenangan yang dipetik oleh Tim Merah Putih menjadi semacam oase yang menyejukkan. Kita berhenti sejenak menyalahkan pemerintah. Turut bersama presiden menyaksikan laga merah putih. 

Kita tak lagi menuncul dalam perbedaan-perbedaan suku dan budaya. Kita menjadi satu. Kita menjadi Indonesia. Meneriakkan satu yel " Hidup Indonesia". Menyanyikan lagu kebangsaan sambil merasakan remang bulu kuduk di sekujur tubuh.

Apakah nasionalisme itu? Sampai saat ini, saya masih belum tahu. Saya pun masih kurang menakar nasionalisme dalam diri saya. Saya  masih sering menyayangkan kenapa saya tak lahir saya di luar negeri. Mengapa kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Tidak menggunakan bahasa Inggris agar lebih mudah bergaul dengan warga dunia. 

Saya masih saya tetap iri, mengapa Indonesia tidak bersalju. Atau membenci negara dengan predikat-predikat terburuk yang disandangnya. Korupsi dan sumber daya yang tak pernah maksimal dimanfaatkan. Bahkan sesekali mengkhayal untuk pindah warga negara.

Tapi saat menyaksikan Tim Garuda berlaga seperti ada yang rasa yang memantik di hati. Ada sebuah kebanggaan akan Indonesia. Rasa itu pastinya akan terus ada. Sekalipun kita menonton di planet diluar bumi. Mungkin inilah nasionalisme yang sesungguhnya. 


Comments

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...