Dahulu kala jaman belum ada update status, lebih jauh, jauh, jauh, jauh ke belakang, dan masih jauh lagi ke zaman pra sejarah terdapatlah suku-suku purba yang memiliki tradisi berpindah. Mereka hidup nomaden. Tinggal di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Mendirikan rumah, mencari makan, berburu, hingga tiba masa mereka insecure di tempat tersebut. Bahan makan habis, cuaca yang tidak bersahabat untuk tinggal di daerah tersebut, menyebabkan kelompok tersebut kembali mengepak barang-barangnya dan bergerak ke tempat lain yang dirasa cukup aman dan nyaman untuk ia dan anggota kelompoknya.
Mereka mempelajari seni berpindah. Mencari tempat yang nyaman, mengepak barang, melepaskan rasa sentimentil, meninggalkan kenangan, belajar dan beradaptasi kembali, serta merajut harapan. Seni berpindah ini tidak banyak berubah meski zaman tak lagi purba dan update status menjadi tradisi yang perlu diumumkan di media sosial.
Hidup berpindah-pindah tetap menjadi sebuah laku yang dilakukan manusia zaman sekarang. Meski hanya dilakukan oleh perseorangan atau keluarga kecil yang terdiri ibu, bapak, anak. Pun bukan lagi disebabkan oleh kurangnya hewan buruan atau cuaca, tapi alasan berpindah tidak banyak berubah. Misalnya pindah kerja bisa diasosiasikan dengan mencari hewan buruan, masa tinggal sudah habis, dan atau merasa tidak nyaman lagi tinggal di tempat tersebut.
Yang berubah dari seni berpindah zaman dulu dan zaman sekarang adalah keterlibatan materi yang cukup tinggi. Menjadi manusia yang berpindah butuhkan cost yang banyak. Mencari rumah baru baik membeli maupun ngontrak, memindahkan barang-barang yang begitu banyak. Selain materi tenaga pun perlu disediakan. Fuuiiihhhh!!!!
Tapi yang pasti setiap kali berpindah ( utamanya kalo ke tempat yang lebih baik) imagi-imagi yang indah dan harapan-harapan yang baik selalu menjadi penyemangat untuk mengepak barang dan mengangkutnya.
*Catatan sebelum mengepak barang
Bogor, 7 Juni 2015
Comments
Post a Comment