Skip to main content

Seni Berpindah*


Dahulu kala jaman belum ada update status, lebih jauh, jauh, jauh, jauh ke belakang, dan masih jauh lagi ke zaman pra sejarah terdapatlah suku-suku purba yang memiliki tradisi berpindah. Mereka hidup nomaden. Tinggal di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Mendirikan rumah,  mencari makan, berburu, hingga tiba masa mereka insecure di tempat tersebut. Bahan makan habis, cuaca yang tidak bersahabat untuk tinggal di daerah tersebut, menyebabkan kelompok tersebut kembali mengepak barang-barangnya dan bergerak ke tempat lain yang dirasa cukup aman dan nyaman untuk ia dan anggota kelompoknya. 

Mereka mempelajari seni berpindah. Mencari tempat yang nyaman, mengepak barang, melepaskan rasa sentimentil, meninggalkan kenangan, belajar dan beradaptasi kembali, serta merajut harapan. Seni berpindah ini tidak banyak berubah meski zaman tak lagi purba dan update status menjadi tradisi yang perlu diumumkan di media sosial. 

Hidup berpindah-pindah tetap menjadi sebuah laku yang dilakukan manusia zaman sekarang. Meski  hanya dilakukan oleh perseorangan atau keluarga kecil yang terdiri ibu, bapak, anak. Pun bukan lagi disebabkan oleh kurangnya hewan buruan atau cuaca, tapi alasan berpindah tidak banyak berubah. Misalnya pindah kerja bisa diasosiasikan dengan mencari hewan buruan, masa tinggal sudah habis, dan atau merasa tidak nyaman lagi tinggal di tempat tersebut.



Yang berubah dari seni berpindah zaman dulu dan zaman sekarang adalah keterlibatan materi yang cukup tinggi. Menjadi manusia yang berpindah butuhkan cost yang banyak. Mencari rumah baru baik membeli maupun ngontrak, memindahkan barang-barang yang begitu banyak. Selain materi tenaga pun perlu disediakan. Fuuiiihhhh!!!!

Tapi yang pasti setiap kali berpindah ( utamanya kalo ke tempat yang lebih baik) imagi-imagi yang indah dan harapan-harapan yang baik selalu menjadi penyemangat untuk mengepak barang dan mengangkutnya. 

*Catatan sebelum mengepak barang 

Bogor, 7 Juni 2015


Comments

Popular posts from this blog

Kura-Kura hijau

Tadi waktu ke Mall aku sempat melihat kura-kura hijau kecil yang djual. Ada puluhan ekor dalam satu akuarium besar. Ada yang berdiam diri di batu buatan dalam akuarim kaca itu, adapula yang berenang-berenang. Banyak orang yang singgah untuk melihat-lihat. Dijualnya berpasangan. Kura-kura mungkin makhluk yang gampang kesepian. Jadi jika harus dijual harus berpasangan. Sepasang kura-kura dibrandol dengan harga 70.000 plus akuarim kecil ukuran 20x15x15 cm. Kura-kura itu tampak lucu. Selain kura-kuranya dijualnya turtle food buat sang kura-kura. Aku tertarik untuk membelinya. Tapi aku bukanlah orang yang telaten dalam merawat sesuatu. Aku takut kura-kura itu akan mati jika aku beli. Mungkin jika sang kura-kura beruntung aku pun akan melakukan seperti yang dilakukan Dee, melepas kura-kura. Tapi janganlah aku membelinya. Biarlah orang lain yang lebih telaten yang merawatnya. Semoga kura-kura itu mampu bertahan hidup.

Pada Sebuah Beranda

Siapa yang tak mengenal bondan winarno. Presenter pembawa acara kuliner di televisi. Mempopulerkan istilah “Mak Nyus” untuk tiap komentar enak tentang makanan yang dimakannya. Tapi hanya sedikit yang tahu bahwa ia adalah seorang wartawan senior yang telah malang melintang di dunia jurnalisitik. Memiliki segudang pengalaman liputan. Bahkan pernah membuat salah satu laporan investigasi yang mengungkap sebuah kasus. Namun tak hanya sisi jurnalistik, Bondan Winarno pun seorang penulis sastra yang cukup ciamik. Beberapa waktu lalu seorang teman mengirimkan fotokopian kumpulan cerpen Bondan Winarno yang berjudul “Pada Sebuah Beranda”. Buku ini sudah lama aku cari di toko-toko buku. Namun tak kunjung aku temukan. Hingga seorang teman berbaik hati mengirimkan fotokopiannya yang bersumber di perpustakaan kotanya. Ada 25 cerpen yang dimuat dalam buku tersebut. Pada Sebuah Beranda ini diterbitkan oleh Bondan Winarno sebagai kado ulang tahun untuk dirinya sendiri yang dalam istilahnya “Celebrat...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...