Skip to main content

Making a Scrapbook


Many doodles, many stories. Mencorat-coret adalah kegemaran Ara. Jika tidak punya teman bermain dan bosan menonton tivi, dia akan mencoret-coret. Dinding kontrakan kami sebelumnya penuh dengan coretannya. Buku notes ayahnya yang diperuntukkan untuk catatan lapangan jika penelitian hampir ia habiskan hanya untuk corat coret.

Mulai dari menggambar garis, benang kusut, lingkaran, segitiga, bujur sangkar, hingga mermaid, roket, dan rumah tingkat dua. Menulis namanya, menulis random huruf, hingga membuat kartu. Coretan itu menyebar. Ada yang tersimpan di buku, ditempel di dinding, atau ditempel di buku. Dia selalu punya cerita tentang gambar-gambarnya. Suatu kali ia menggambar submarine lengkap dengan periskopnya. Putri duyung yang memegang tongkat neptunus. Hingga kami sekeluarga main di pantai. Tanyakan tiap gambar yang ia buat, dengan percaya diri dia akan menceritakan gambar apa yang dia maksud. Dan cerita gambar itu akan tetap konsisten sekalipun gambar tersebut sudah lama ia gambar. 


Didorong oleh rasa sayang akan gambar-gambar lucu nan penuh cerita itu, saya berinisiatif membuat scrapbook. Saya sebenarnya nda tau scrapbook itu apa. Dan sampai sekarang saya malas mencari tahu. Mungkin yang saya buat ini lebih kepada mengklipping coretan Ara. Menempelnya di buku kemudian menuliskan caption sesuai yang Ara jelaskan. Kemudian ditambah stiker warna-warni berbagai bentuk. 

Mengapa saya melakukannya? Karena alasan sayang tadi. Kedua mungkin karena sisi melankolis saya yang cukup menonjol. Entah di kemudian hari Ara menjadi tipe anak yang mengenang masa lalu atau tidak, tapi saya membuat buku klipping ini untuk menjaga kenangan masa kecilnya. Jika toh ia bukan tipe melankolis di masa depan, at least saya menyimpannya untuk saya sendiri. Mesin waktu untuk membuat saya kembali ke masa kanak-kanaknya di masa depan. 


Sebuah surat kecil kusisipkan di sana. Mungkin kelak ia akan membacanya dan tersentuh atau membacanya kemudian menyimpannya kembali. Apapun itu, saya telah berusaha menjaga kenangan. 

Bogor, 27 Juni 2015

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Berdiri di Atas Dua Perahu

Saya menyukai sebuah serial di Fox Life. Sebenarnya serial ini sudah cukup lama, sayangnya saya tidak terlalu mengikuti. Judulnya Heartbeat. Berkisah tentang kehidupan seorang dokter bedah bernama Alex Pantierre (Mellisa George) di St Matthew's Hospital di Los Angeles. Saya menyukai konflik yang terjadi di film ini. ada konflik tentang profesi dokternya dan juga tentang kisah cinta sang dokter. Bagian cinta ini paling menarik perhatian saya. Karena ia berpacaran dengan dokter Pierce Harrison (Dave Annable) teman sejawatnya. Kemudian konflik terjadi ketika pacar masa lalu yang juga adalah seniornya dokter Jesse Shane bergabung menjadi tim dokter yang sama di rumah sakit itu.  Satu episode yang cukup mengena, ketika ayah Alex sakit dan butuh transplantasi ginjal. Saat kejadian ini ia akhirnya mengetahui sebuah rahasia dari harmonisnya Ayah dan Ibunya. Ia menemukan kenyataan bahwa ayahnya diam-diam selama 30 tahun menjalin kasih dengan perempuan yang lain.  Ia marah d...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...