Skip to main content

Kecewa Dengan Pelayanan Laundry


Ampun deh ngelaundry di tempat itu. Namanya laundry Super**** di daerah Cimaphar. Bannernya sih gede. Seperti laundry profesional yang jadi francise dimana-mana. Tapi pelayanannya sangat jauh dari standar. Saya sudah dua kali mencuci disitu. Dan semuanya mengecewakan. Cuciannya sih bagus tapi pelayanannya itu loh yang bikin kesal. 

Pertama kali mencuci disitu karena nda sengaja. Tempat nyuci yang biasa saya datangi terlewat oleh suami saya. Jadi terpaksa nyari tempat nyuci yang ketemu di jalan saja. Nah nyasarlah saya ke laundry itu. Janji selesainya dua hari. Terus ngasih estimasi bahwa hari minggu pagi saya sudah bisa ngambil cucian saya. Nah, datanglah saya pas hari minggu itu dan ternyata cucianku belum selesai. Pembelaannya sih dua hari nda masuk. Baiklah, saya memaklumi. Jadi saya pun menunggu lagi hingga beberapa hari. 

Suami sudah mewanti-wanti untuk jangan lagi mencuci di situ. Karena tidak profesional. Tapi karena cucianku numpuk dan di rumah belum bisa mencuci maka kembalilah saya membawa cucian kotor saya di laundry itu sambil mengambil cucian yang sebelumnya di pending berhari-hari. Dua kantong plastik besar. Sprei, jaket, jeans. Saya sangat mengingat cucian-cucian itu, terutama jaket suami saya yang sangat susah dicuci tangan karena bahannya berat kalo terkena air. Juga jeans suami saya yang diliatin oleh ibu-ibu yang nunggu angkot bersama saya kala itu. 

Kali ini saya mengulur waktu untuk mengambilnya. Belajar dari kasus sebelumnya. Pagi tadi saya berniat mengambil semua laundry saya. Mikirku nda bakal ada masalah lagi. Tetot!!! Saya salah besar. Sampai di laundry bungkusan baju yang dikasi ke saya berkurang drastis. Hanya ada satu bundel besar. Tidak ada jaket dan jeans suami saya. Saya komplain dong. Pengawainya ngotot kalo cuma itu. Sampai ada list yang dikasi ke saya. List cuciannya masuk diakal sih, cuma ngototnya saya juga benar. Soalnya yang paling tau cucian saya ya saya sendiri. 

Saya sempat menawari untuk ngecek di rumah saja dulu apa-apa yang hilang. Soalnya saya bingung. Nah, si pegawai itu bilangnya cek di situ saja. Okelah. Saya pun membuka lapis demi lapis pakaian yang sudah dibungkus rapi itu. Dan benar, tidak ada jaket dan jeans suami saya. Jiaaahhh!!! Pakaian itu nda boleh hilang. Pasalnya itu jeans kesayangan suami saya. 


Si pegawai ngotot kalo dia udah benar. Terus gue ngotot juga dong. Udah mau marah rasanya. Saya jelasin kalo waktu itu ada dua kantong plastik besar, karena cuciannya banyak. Si pegawai bilang ini sudah ada semua kalo pun dua kantong nda bakal dipisahin karena langsung diikat. 

Saya tambah ngotot lagi kalo jaket itu gede dan kalo semua cucianku dimasukin ke satu kantong plastik nda bakal muat. Si pegawainya tetap keukeuh terus manggil bosnya. Ibu bosnya datang. Dengan mengiyakan pembelaan si pegawai. Terus bilang semua udah ada disitu. 

"Jadi gimana dong?", kataku sambil tahan emosi. Terus si ibu bos itu baru mulai nyariin sisa pakaianku yang ternyata dibungkus terpisah oleh dia. "Yang itu bu. Nih sama dengan kain sprei saya", kataku nunjukin kain sprei di laundry yang sudah mereka kasi duluan. Baru deh mereka menjelaskan kalo si ibu bos itu yang masukin ke situ dan nda nulis. 

Huh!! Marah? jelaslah saya marah. Kesal? Pasti. Saya nda terima saja sikap baik si pegawai maupun ibu bosnya. Mereka harus diajarin cara melayani pelanggan dengan baik. Selalu ingat pelanggan itu raja. Kalo mereka komplain jangan balas dengan ngotot. Mereka harusnya berusaha membantu mencari jalan keluar. At least memperlihatkan wajah simpati terus berusaha mencari tahu apa masalahnya. Si ibu bosnya juga harusnya tidak langsung datang terus mengiyakan si pegawai. Dia harusnya nanya dulu akan persoalannya terus mencoba membantu. Ingat, pelanggan adalah raja. Sekalipun kesalahan ada pada pelanggan mereka pemberi jasa harus tetap berusaha menolong. Tidak skak mat kalo pakaian hilang dan tidak berbuat apa-apa. Kalo gue melempem bisa jadi sisa cucian gue jadi hantu di tempat laundry itu. 

Mereka juga harusnya memperlihatkan tanggung jawab. Untung setelah masalah jelas, si pegawai minta maaf. Top bad, saya udah kecewa. Nda mau lagi nyuci di situ. Sebagai catatan, tempat laundry ini harganya tarifnya cukup mahal. Kemarin pun untuk tas-tas kainku kena charge. 

Semoga mereka bisa memperbaiki pelayanan. Udah mahal dan nda profesional bisa berujung pada pelanggan kabur. 

Bogor, 15 Juni 2015

Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Review #1 Trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap

Akhirnya saya menamatkan trilogi Jendela, Pintu, dan Atap karya Fira Basuki. Membaca buku ini terbilang cukup telat mengingat buku ini ditulis pada tahun 2001 dan sudah mengalami 10 kali cetak ulang.  Untuk pertama, saya ingin mereview buku Jendela-Jendela.Review berikutnya akan ditulis terpisah. Nah, sebelumnya saya bukanlah pembaca Fira Basuki. Sejauh ini saya hanya membaca buku Astral Astria dan Biru karyanya. Dua buku yang ditulis kemudian setelah menuliskan trilogi ini.  Jendela-jendela bercerita tentang seorang perempuan bernama June yang mengalami cukup banyak perubahan dalam hidupnya. Mulai dari kuliah di Amerika, menjadi editor majalah Cantik di Indonesia, kemudian menikah dan pindah ke Singapura. Menepati rumah susun sederhana dan menjadi ibu rumah tangga. Ceritanya mirip-mirip hidup saya pas bagian ibu rumah tangga. Hahaha.  Transisi hidup yang cukup glamor saat kuliah di Amerika dengan tanggungan orang tua serta limpahan hadiah mahal dari pacarnya ke kehidupan...

Tentang Etta

Aku mungkin terlalu sering bercerita tentang ibu. Ketika ia masih hidup hingga ia telah pulang ke tanah kembali aku selalu mampu menceritakannya dengan fasih. Ia mungkin bahasa terindah yang Tuhan titipkan dalam wujud pada tiap manusia. Tapi izinkan kali ini aku bercerita tentang bapak. Pria terdekat yang selalu ada mengisi tiap halaman buku hidupku.Pria yang akrab kusapa dengan panggilan Etta, panggilan ayah pada adat bugis bangsawan. Kami tak begitu dekat. Mungkin karena perbedaan jenis kelamin sehingga kami taklah sedekat seperti hubungan ibu dangan anak perempuannya. Mungkin juga karena ia mendidikku layaknya didikan keluarga bugis kuno yang membuat jarak antara Bapak dan anaknya. Bapak selalu mengambil peran sebagai kepala keluarga. Pemegang keputusan tertinggi dalam keluarga. Berperan mencari nafkah untuk keluarga. Meski Mama dan Ettaku PNS guru, tapi mereka tetap bertani. Menggarap sawah, menanam padi, dan berkebun. Mungkin karena mereka dibesarkan dengan budaya bertani dan ...