Sebelum kamu ada, saya selalu menganggap menjadi ibu itu bukanlah hal yang istimewa. Merawat anak, memasak makanan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Mayoritas perempuan melakoninya. Pernah disuatu masa seorang teman berkata padaku, cita-citanya hanyalah menjadi ibu rumah tangga. Saya agak heran. Ketika saya bermimpi menjadi seseorang yang lain, dia memilih mejadi ibu rumah tangga. Sesuatu yang kupikir saat itu sebagai hal yang begitu biasa dan tidak istimewa. Ya, hampir bisa dipastikan semua perempuan memainkan peran itu.
Dan kemudian setelah kamu lahir saya menyadari bahwa menjadi ibu rumah tangga tidaklah sesederhana mengerjakan pekerjaan domestik. Menjadi ibu rumah tangga berarti menjadi seorang yang bertanggung jawab penuh terhadap sebuah generasi. Ia adalah Penjaga. Pada dirinya dititipkan sebuah kehidupan yang harus ia rawat. Tak putus hingga nafas terakhirnya.
Kehadiranmu membuatku mengingat mamaku. Saya mengenalnya hanya sebagai sosok ibu di mataku. Saya tidak begitu mengenalnya sebagai peran lain. Ia seorang guru, tapi saya tak pernah diajarnya di dalam ruang kelas. Saya tidak mengenalnya sebagai sosok lain yang berdiri mengajar seharian di depan kelas. Meneriakkan materi-materi pelajaran. Yang saya tahu hanyalah opini orang tentangnya bahwa ia guru yang cerdas.
Mungkin dia memiliki sisi yang lain. Mungkin dia memiliki mimpi-mimpi pribadi yang ingin diwujudkannya. Mungkin juga ia pernah memiliki kehendak lain. Mimpi yang mungkin tidak dapat diwujudkan hanya karena ia memilih menjagaku. Kehendak yang harus dipatahkan hanya karena ia menjalankan tanggung jawabnya. Mungkin juga ia pernah punya kisah cinta romantis. Seseorang yang ideal di matanya. Mungkin juga ia pernah patah hati. Apakah mama dulu pernah galau? Bagaimana ia menguatkan hati terhadap setiap kesedihan dan kedukaan? Rasa-rasanya makin saya bertumbuh dewasa semakin banyak pertanyaan tentang dirinya.
Saya bahagia mengenalnya sebagai ibuku. Saya bangga memiliki mamaku. Saya bertumbuh dan menjadi dewasa. Menemukan banyak problem dan belajar menyelesaikannya. Mungkin saya seperti mamaku. Saya yakin sedikit banyak ada dirinya di dalam diriku.
Karenanya Ara, saya menuliskan ini untukmu. Agar kamu tahu sedikit lebih banyak tentangku. Saya selalu berharap mamaku menulis catatan harian agar saya bisa menyelami pikiran dan cara pandangnya. Sayangnya ia sama sekali tidak punya tradisi menulis diary.
Yang kumiliki tentangnya hanyalah kenangan-kenangan yang berusaha melawan lupa.
Saya selalu mensyukuri kehadirannya. Eksistensi bahwa ia pernah ada. Saya merayakan dan bersuka cita akan kelahirannya. Dan tak mengingat ketika ia pergi. Karena saya selalu percaya ia selalu ada di hati. Tak pernah benar-benar pergi.(*)
Tulisan ini untuk merayakan hari dimana mamaku dilahirkan 6 juni 1946.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Comments
Post a Comment