Mereka yang mengenal Etta adalah mereka yang tahu bahwa Etta adalah sosok yang bisa diajak bercerita banyak. Diajak tertawa terbahak-bahak. Tanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kesehariannya maka dengan senang hati ia akan bercerita.
Jika pada kebanyakan anak takut pada ayahnya, maka saya sangat nyaman dengan Etta. Kami jarang bercakap. Tidak pernah melakukan percakapan ayah dan putrinya. Tapi saya selalu tahu di dalam dirinya ia selalu peduli. Meski ia kadang memilih diam untuk tiap keputusan yang anak-anaknya ambil. Meski dalam hatinya ada pertentangan keras untuk tiap jalan yang kami putuskan sendiri. Tapi ia selalu ada. Selalu hadir. Meski tak pernah kuingat diriku menangis tersedu di pundaknya untuk mencari kekuatan. Ia hadir dengan bahasanya sendiri. Pun ketika mama meninggal. Saya tahu dialah yang paling kehilangan. Tapi dia hanya memilih diam. Menyimpan rasanya sendiri.
Dari dirinyalah sisi introvert yang kumiliki. Diwariskannya kemampuan menguatkan hati dalam kesendirian. Hari ini ia kembali menghitung usianya. Hitungan yang ia mulai dari tahun 1948. Tak seperti biasa ketika ia dengan begitu cepat menambahkalikan hitung-hitungan ratusan ribu. Kali ini ia menghitung dengan jari. 64 tahun, kujawab bersamaan 5 detik lebih cepat ketika ia hampir 1 menit menghitung ulang umurnya dengan jari. Sederhana saja mengurangi umurnya 2012-1948. Tapi mungkin ia memiliki alasan lain. Bilangan tahun yang harus 6 kali dihitung oleh ruasa jari adalah tahun-tahun yang perlu disyukuri. Perlu diingat kembali bahwa waktu kian menua dan hidup masih terus dijalani.
Selamat ulang Etta. Saya masih saja sungkan untuk menjabat tanganmu, memelukmu,dan mengatakan aku menyayangimu. Tapi, bukankah kita tidak menggunakan bahasa cinta seperti itu?
Pokoknya Panjang Umur dan sehat selalu.Tetap Etta yang paling ganteng\(^^)/.(*)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
terharu bacanya kak :) hubungan kak dwi sm papanya mirip sama aku dan papaku :')
ReplyDeletekeep writing kak ! ;)