ara lagi belajar menulis |
Kamu bukan lagi bayi kecil tak bisa apa-apa. Kamu 11 bulan sekarang. Sudah masuk dalam hitungan Kakak Khanza bahwa dirimu adalah adek kecil yang bisa diajak main-main. Dia menemanimu merangkak. Membiarkanmu mengejarnya. Dia berlari dan kamu merangkak. Menjadi sainganmu berebut mainan. Setiap yang kamu pegang selalu direbutnya.
Kamu kadang mempertahankan kuat-kuat benda di tanganmu. Tapi selalu saja ia berhasil merebutnya darimu. Dan meninggalkanmu menangis tersedu. Kamu belum punya kekuatan yang cukup untuk mempertahankan mainanmu. Kecuali jika dengan awas mama memperhatikan kenakalan Khanza. Tenanglah, saya tidak akan membuatmu menangis. Jikalau harus merelakan mainanmu, akan kugantikan dengan mainan yang lain agar tak kamu tak menangis.
Kamu belajar berdiri sekarang. Merambati meja, kursi, tempat tidur, jendela dan dinding. Mencoba mengangkat kaki kecilmu. Menopang tubuhmu. Usahamu untuk berdiri adalah hiburanku akhir-akhir ini. Di jendela kamar selalu aku melatihmu berdiri. Melihat keluar rumah atau memperhatikan Khanza bermain di halaman. Awalnya kamu tidak bisa berdiri sama sekali. Aku harus membantu berdiri dan kemudian kamu berpegangan di terali besi. Jika pegal ingin duduk kamu akan berteriak dan meminta diriku mendudukkanmu. Seminggu kemudian kamu telah berhasil berdiri sendiri di jendela itu.
Berpegangan dilekukan dan mengangkat kakimu. Bertumpuh pada tungkaimu dan menopang tubuhmu hingga berdiri. Beberapa kali saya melihat kamu mencoba tapi masih gagal, hingga akhirnya kamu berhasil berdiri.
Kemudian kamu belajar untuk duduk. Merebahkan pantat setelah berdiri adalah salah satu hal yang cukup sulit dan cukup lucu. Pelan-pelan kamu akan menekuk lututmu hingga posisi seperti ingin jongkok sambil tetap berpegangan. Kadang kamu ragu dan kembali berdiri. Kemudian tergerak kembali untuk mencoba. Kembali keposisi hendak jongkok dan berdiri lagi.
Kamu takut jatuh, tapi sisi lain dari dirimu tak berhenti untuk mencoba. Tanganmu ragu untuk melepas beban tubuhmu. Jatuh adalah konsekuensi dari perbuatanmu. Dan sakit adalah resiko yang harus diterima. Tapi kamu tidak berhenti disitu. Hingga kamu kembali menekuk lututmu, mencoba merebahkan pantatmu, hingga hatimu teguh untuk melepaskan pegangan tanganmu. Kamu terhempas. Dan berhasil duduk. Tawa kemenangan keluar dari mulut kecilmu. Riang dan penuh kepuasan. Kamu berhasil mematahkan sebuah keraguan dan juga ketakutan.
Ara, belajar berdiri adalah belajar tentang filosofi hidup. Kamu belajar untuk menopang berat tubuhmu. Berdiri di atas kakimu sendiri. Tak ada yang instant. Bahkan pada proses belajar berdiri itu sendiri. Perlu ketekunan dan keteguhan hati untuk terus belajar. Saat belajar berdiri selalu ada ketakutan untuk terjatuh. Dan jatuh itu pasti. Dalam jatuh selalu ada sakit. Tapi dari jatuh kita belajar bagaimana untuk sembuh dari sakit. Jatuh mengajarkan kita untuk tabah. Jatuh meneguhkan hati kita. Jatuh membuat kita tidak patah semangat. Dan jatuh mengajarkan kita untuk kembali berdiri dan kembali belajar. Hidup pun demikian adanya. Kita berdiri, bergerak,dan berjalan.
Hingga pada tiba sebuah masa kita mungkin akan terjatuh. Merasakan sakit. Tapi jangan pernah menyerah. Ingatlah ketika kamu belajar berdiri. Kembalilah berdiri. Setiap kali terjatuh saya selalu yakin kaki kita akan lebih kuat dari sebelumnya.
Mama tahu, di masa datang kamu akan lupa masa dimana kamu belajar berdiri. Karena itu kutuliskan ini untukmu agar nanti membantu mengingat bahwa kamu tak pernah putus asa untuk belajar berdiri. Jangan menyerah. Sekalipun jatuh membuatmu lebam, seperti di pipimu saat ini.
Hmmm...satu lagi, belajar berdiri berlaku two way tiket. Titik-titik kamu berpegang saat berdiri bisa menjadi titik-titik tumpuan untuk kembali duduk. Tapi, itu tidak penting. Otak kecilmu adalah benda ajaib yang kupercayai sangat kreatif untuk mencari cara menyelesaikan masalah.
Selamat belajar berdiri!!!!
sangat cepat kau tumbuh, ars....
ReplyDelete