Skip to main content

Film Seri Yang Memerangkap

Menonton film adalah aktivitas harian saya di Athens. Tak pernah absen walau sehari. Setelah menyelesaikan serial Monk, saya seperti kehilangan serial keren. Untungnya di Netflix ada banyak pilihan film, film serial, dan kartun.  Kemudian saya larut dalam dua serial yang membuat saya ketergantungan.

Sherlock Holmes

foto : Wikipedia

Setelah menghabiskan Monk, saya pun melirik serial detektif yang diangkat dari cerita karangan Sir Arthur Conan Doyle.  Bukan film layar lebar yang diperankan oleh Robert Downey Jr dan Jude Law. Tapi Sherlock Holmes series versi Inggris yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock dan Martin Freeman sebagai Watson. 

Saya tidak membaca buku Sherlock Holmes. Saya pun tidak terlalu memperhatikan film Sherlock Holmesnya Downey Jr meskipun menontonnya. So, baru kali ini saya benar-benar memperhatikan serial Sherlock Holmes. Dan Cumberbatch begitu tepat memerankan sosok Holmes. Dingin, cerdas, ilmuwan, kesepian, dan tidak terduga. Martin Freeman pun memerankan sosok Watson dengan baik. Kawan Sherlock satu-satunya, rasional, humanis, meski kadang sering dijadikan bulan-bulanan Sherlock untuk mengerjakan berbagai tugas detektif. 

Tapi menurutku yang paling keren adalah sosok Moriarty yang diperankan oleh Andrew Scott. Jika Sherlock Holmes adalah positif maka dia adalah sisi negatif. Cerdas, manipulatif, penuh ide, dan juga tak terduga. Awalnya saya selalu berpikir Joker adalah penjahat yang paling jahat, tapi menurutku Jim Moriarty lebih jahat dari Joker. 

Tak boleh dilupakan Irene Alder, perempuan yang bisa membuat Sherlock Holmes bersedih. Ia tidak menjadi perempuan lembut, sandaran para pria. Tapi ia cerdas, licik, dan sangat tahu bagaimana menghadapi Holmes.  Scene pertemuan antara Irene dan Holmes menunjukkan bahwa ia bukan perempuan biasa. Ia memilih naked sehingga Holmes tidak bisa menilai dari penampilannya. Skak Mat buat Holmes.

Serial ini baru sampai pada season dua dengan jumlah episode 6.  Cukup singkat, namun begitu padat dengan durasi satu setengah jam tiap episodenya. Ending di sesi keduanya adalah Holmes meninggal. Too Bad. Can't wait buat season berikutnya.

Once Upon A Time

foto : Wikipedia

Sejak pertama kali melihatnya di layanan tivi berlangganan di Indonesia, saya tahu serial Once Upon A Time adalah serial yang keren. Film ini mengangkat tema berbagai cerita dongeng yang terkenal. Mulai dari putri salju hingga Alice in Wonderland. Nenek sihir jahat memberi kutukan kepada Snow white dan Prince Charming serta seluruh karakter dongeng.  Mereka berada di dunia modern dan melupakan jati dirinya dan asal usulnya. Hingga suatu hari seorang perempuan bernama Emma datang ke Storybrook Boston dan mematahkan kutukan itu. 

Serial ini memadukan dunia nyata dengan dunia fairytale. Ada naga, kastil, dan juga sihir tapi juga ada mobil, kafe, sheriff. Menonton film ini seperti mendapatkan dua sajikan film dengan satu benang merah. Dan semua benang merah dari cerita dongeng adalah true love. Pangeran-pangeran tampan dan menitikkan airmata cukup lazim di film ini. Film ini berhasil membuat saya bermimpi sebagai Snow White. 

Di Netflix, Once Upon A Time berakhir di season pertamanya. Sedangkan untuk season duanya sedang ditayangkan di channel abc. Beruntung rasanya menonton film ini disini, karena ketika saya mulai ketergantungan dan season dua di Netflix belum ada, saya bisa menontonnya di website abc. Bahkan mendownloadnya.  Hehehehe. 

Snow White dan Emma masuk ke dunia fairytale dan mengalami petualangan mencari jalan keluar kembali ke Storybrook. Sedangkan Prince Charming berusaha mencari jalan mengembalikan Snow white dan Emma, putrinya ke dunia nyata. Semoga serial ini selesai sebelum saya kembali ke Indonesia.(*)


Comments

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Kartu pos Bergambar Usang

 Setelah vakum 3 tahun lebih, saya akhirnya kembali mengaktifkan kembali akun Postcrossing. Setelah memastikan   alamat rumah gampang ditemukan oleh pak pos dan pengantar barang, maka saya yakin untuk kembali melakukan aktivitas berkirim kartu pos ke berbagai penjuru dunia dan berharap kartu pos-kartu pos dari berbagai penjuru dunia mendatangi rumahku. Rumah pertama yang harus saya kirimi kartu pos beralamat di Jerman. Saya pun memutuskan untuk mencari kartu pos. Tempat yang paling pasti menyediakan kartu pos adalah di kantor pos dan toko buku. Saya memilih membeli di toko buku saja. Mutar-mutar di Gramedia dan bertanya ke karyawannya dimana bagian kartu pos,sejenak sang karyawan tertegun, kemudian balik bertanya “postcard?”. Next time, saya harus bertanya postcard alih-alih kartu pos. Ia kemudian mengantarku ke satu rak putar yang berada di sudut toko.  Di rak itu bertengger kartu pos-kartu pos berwarna putih, bergambar alam Indonesia, dengan signature khas Indone