Menonton film adalah aktivitas harian saya di Athens. Tak pernah absen walau sehari. Setelah menyelesaikan serial Monk, saya seperti kehilangan serial keren. Untungnya di Netflix ada banyak pilihan film, film serial, dan kartun. Kemudian saya larut dalam dua serial yang membuat saya ketergantungan.
Sherlock Holmes
Setelah menghabiskan Monk, saya pun melirik serial detektif yang diangkat dari cerita karangan Sir Arthur Conan Doyle. Bukan film layar lebar yang diperankan oleh Robert Downey Jr dan Jude Law. Tapi Sherlock Holmes series versi Inggris yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock dan Martin Freeman sebagai Watson.
Saya tidak membaca buku Sherlock Holmes. Saya pun tidak terlalu memperhatikan film Sherlock Holmesnya Downey Jr meskipun menontonnya. So, baru kali ini saya benar-benar memperhatikan serial Sherlock Holmes. Dan Cumberbatch begitu tepat memerankan sosok Holmes. Dingin, cerdas, ilmuwan, kesepian, dan tidak terduga. Martin Freeman pun memerankan sosok Watson dengan baik. Kawan Sherlock satu-satunya, rasional, humanis, meski kadang sering dijadikan bulan-bulanan Sherlock untuk mengerjakan berbagai tugas detektif.
Tapi menurutku yang paling keren adalah sosok Moriarty yang diperankan oleh Andrew Scott. Jika Sherlock Holmes adalah positif maka dia adalah sisi negatif. Cerdas, manipulatif, penuh ide, dan juga tak terduga. Awalnya saya selalu berpikir Joker adalah penjahat yang paling jahat, tapi menurutku Jim Moriarty lebih jahat dari Joker.
Tak boleh dilupakan Irene Alder, perempuan yang bisa membuat Sherlock Holmes bersedih. Ia tidak menjadi perempuan lembut, sandaran para pria. Tapi ia cerdas, licik, dan sangat tahu bagaimana menghadapi Holmes. Scene pertemuan antara Irene dan Holmes menunjukkan bahwa ia bukan perempuan biasa. Ia memilih naked sehingga Holmes tidak bisa menilai dari penampilannya. Skak Mat buat Holmes.
Serial ini baru sampai pada season dua dengan jumlah episode 6. Cukup singkat, namun begitu padat dengan durasi satu setengah jam tiap episodenya. Ending di sesi keduanya adalah Holmes meninggal. Too Bad. Can't wait buat season berikutnya.
Once Upon A Time
Sejak pertama kali melihatnya di layanan tivi berlangganan di Indonesia, saya tahu serial Once Upon A Time adalah serial yang keren. Film ini mengangkat tema berbagai cerita dongeng yang terkenal. Mulai dari putri salju hingga Alice in Wonderland. Nenek sihir jahat memberi kutukan kepada Snow white dan Prince Charming serta seluruh karakter dongeng. Mereka berada di dunia modern dan melupakan jati dirinya dan asal usulnya. Hingga suatu hari seorang perempuan bernama Emma datang ke Storybrook Boston dan mematahkan kutukan itu.
Serial ini memadukan dunia nyata dengan dunia fairytale. Ada naga, kastil, dan juga sihir tapi juga ada mobil, kafe, sheriff. Menonton film ini seperti mendapatkan dua sajikan film dengan satu benang merah. Dan semua benang merah dari cerita dongeng adalah true love. Pangeran-pangeran tampan dan menitikkan airmata cukup lazim di film ini. Film ini berhasil membuat saya bermimpi sebagai Snow White.
Di Netflix, Once Upon A Time berakhir di season pertamanya. Sedangkan untuk season duanya sedang ditayangkan di channel abc. Beruntung rasanya menonton film ini disini, karena ketika saya mulai ketergantungan dan season dua di Netflix belum ada, saya bisa menontonnya di website abc. Bahkan mendownloadnya. Hehehehe.
Snow White dan Emma masuk ke dunia fairytale dan mengalami petualangan mencari jalan keluar kembali ke Storybrook. Sedangkan Prince Charming berusaha mencari jalan mengembalikan Snow white dan Emma, putrinya ke dunia nyata. Semoga serial ini selesai sebelum saya kembali ke Indonesia.(*)
Sherlock Holmes
foto : Wikipedia |
Setelah menghabiskan Monk, saya pun melirik serial detektif yang diangkat dari cerita karangan Sir Arthur Conan Doyle. Bukan film layar lebar yang diperankan oleh Robert Downey Jr dan Jude Law. Tapi Sherlock Holmes series versi Inggris yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock dan Martin Freeman sebagai Watson.
Saya tidak membaca buku Sherlock Holmes. Saya pun tidak terlalu memperhatikan film Sherlock Holmesnya Downey Jr meskipun menontonnya. So, baru kali ini saya benar-benar memperhatikan serial Sherlock Holmes. Dan Cumberbatch begitu tepat memerankan sosok Holmes. Dingin, cerdas, ilmuwan, kesepian, dan tidak terduga. Martin Freeman pun memerankan sosok Watson dengan baik. Kawan Sherlock satu-satunya, rasional, humanis, meski kadang sering dijadikan bulan-bulanan Sherlock untuk mengerjakan berbagai tugas detektif.
Tapi menurutku yang paling keren adalah sosok Moriarty yang diperankan oleh Andrew Scott. Jika Sherlock Holmes adalah positif maka dia adalah sisi negatif. Cerdas, manipulatif, penuh ide, dan juga tak terduga. Awalnya saya selalu berpikir Joker adalah penjahat yang paling jahat, tapi menurutku Jim Moriarty lebih jahat dari Joker.
Tak boleh dilupakan Irene Alder, perempuan yang bisa membuat Sherlock Holmes bersedih. Ia tidak menjadi perempuan lembut, sandaran para pria. Tapi ia cerdas, licik, dan sangat tahu bagaimana menghadapi Holmes. Scene pertemuan antara Irene dan Holmes menunjukkan bahwa ia bukan perempuan biasa. Ia memilih naked sehingga Holmes tidak bisa menilai dari penampilannya. Skak Mat buat Holmes.
Serial ini baru sampai pada season dua dengan jumlah episode 6. Cukup singkat, namun begitu padat dengan durasi satu setengah jam tiap episodenya. Ending di sesi keduanya adalah Holmes meninggal. Too Bad. Can't wait buat season berikutnya.
Once Upon A Time
foto : Wikipedia |
Sejak pertama kali melihatnya di layanan tivi berlangganan di Indonesia, saya tahu serial Once Upon A Time adalah serial yang keren. Film ini mengangkat tema berbagai cerita dongeng yang terkenal. Mulai dari putri salju hingga Alice in Wonderland. Nenek sihir jahat memberi kutukan kepada Snow white dan Prince Charming serta seluruh karakter dongeng. Mereka berada di dunia modern dan melupakan jati dirinya dan asal usulnya. Hingga suatu hari seorang perempuan bernama Emma datang ke Storybrook Boston dan mematahkan kutukan itu.
Serial ini memadukan dunia nyata dengan dunia fairytale. Ada naga, kastil, dan juga sihir tapi juga ada mobil, kafe, sheriff. Menonton film ini seperti mendapatkan dua sajikan film dengan satu benang merah. Dan semua benang merah dari cerita dongeng adalah true love. Pangeran-pangeran tampan dan menitikkan airmata cukup lazim di film ini. Film ini berhasil membuat saya bermimpi sebagai Snow White.
Di Netflix, Once Upon A Time berakhir di season pertamanya. Sedangkan untuk season duanya sedang ditayangkan di channel abc. Beruntung rasanya menonton film ini disini, karena ketika saya mulai ketergantungan dan season dua di Netflix belum ada, saya bisa menontonnya di website abc. Bahkan mendownloadnya. Hehehehe.
Snow White dan Emma masuk ke dunia fairytale dan mengalami petualangan mencari jalan keluar kembali ke Storybrook. Sedangkan Prince Charming berusaha mencari jalan mengembalikan Snow white dan Emma, putrinya ke dunia nyata. Semoga serial ini selesai sebelum saya kembali ke Indonesia.(*)
Comments
Post a Comment