Skip to main content

Tak Ada Dirimu Di Timeline

Ada rindu yang mengepak di sini dan ingin bebas. Tapi siapalah saya. Sosok yang tak pernah benar-benar masuk sejarah hidupmu. Meski saya adalah seseorang yang mampu memahami segala tentang dirimu. Tapi aku tak pernah benar-benar tahu apakah aku memiliki arti dalam selembar halaman hidupmu. Aku bukanlah siapa-siapa. Bukan orang yang kan kau kenalkan pada teman, keluarga, dan rekananmu. Bukan perempuan yang akan mendengar nada bangga dari ucapmu " kenalkan ini pacar saya".

Pelan tapi pasti aku menarik jarak. Aku memahami titik koordinatku di hidupmu. I'm nothing. Tak terdeteksi. Aku hanyalah serupa hantu yang kamu indrai saat kamu butuh teman dan tak lebih. Setelah itu kita akan diam dalam ribuan bahasa.

Ada rindu yang terpasung di sini. Angkuh untuk aku lepaskan. Meski ia telah meronta ingin bebas hingga terluka. Aku menahan hasratku untuk menghubungimu melalui jejaring apapun. Hanya fesbuk yang mampu mengabarkan tentangmu. Meski tak terupdate meski hanya berisi kiriman aplikasi dari kawan-kawanmu. Paling menyakitkan ketika menemukan dirimu telah mengubah profilmu dari single menjadi in relationship.

Aku menangis. Aku sangat paham posisiku. Sekali lagi, aku bukanlah siapa-siapa. Tapi rindu ini kian membesar. Kian meronta dan tak tahu diri. Melihatmu pacaran di fesbuk membuatku jengah. Hatiku patah. Ternyata patah hati itu begitu menyakitkan. Tiap mengingatmu aku hanya akan mengucapkan bisikan lirih "aku membencimu".

Aku lelah memikirkanmu dan tahu bahwa itu sia-sia. Aku sangat tahu tak ada jejakku di benakmu. Meski kita pernah memiliki beberapa kisah yang menyenangkan. Bukankah lebih mudah untuk jatuh cinta lagi. Menemukan sosok baru dan merasakan detak-detak yang menyenangkan.

Aku gerah dengan fesbuk. Ribuan status yang kutulis untukmu tak juga mampu membuatmu bergeming. Aku tahu kamu sangat paham bahwa semua itu kutuliskan untukmu,tapi seperti seolah-olah tak tahu, kamu mengabaikannya.

Semua itu membuatku tampak lemah. Begitu menghamba kepadamu. Membuatmu makin angkuh. Layaknya kesatria yang berhasil membunuh naga. Aku tak ingin terlihat lemah.

Untungnya tak kutemukan dirimu di timeline. Segala sumpah serapahku untukmu kukicaukan di sana. Segala bentuk tweet yang mengingatkanku padamu kurituit khusus untukmu. Rindu ini telah meradang hingga menjadi busuk. Menjadi kemarahan yang tak terbendung. Segala hal tentang dirimu yang kubenci kubuang di timeline.

Aku menjauhi fesbuk. Tak ingin lagi melihatmu di sana. Sesekali kutemui hanya jika aku butuh memperbaharui rasa tak benciku. Cinta itu telah membeku menjadi es benci.

Syukurlah dirimu tak bertwitter. Agar tak kau baca kegalauanku di timeline. Agar aku tampak terlihat kuat di hadapanmu. Aku belajar menarik diri dari daya tarikmu.

Aku masih yakin kelak kamu akan berkata "aku merindukanmu", tapi aku tahu kamu telah terlambat. Rindu itu telah menemukan kanalnya di timeline. Biarkan ia terperangkap di sana.

#15harimenulisdiblog
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

  1. Seseorang pernah berkata pada saya, "jangan terlalu mencintai,mungkin saja cinta itu malah membuatmubalik membencinya" :)

    ReplyDelete
  2. cinta dan benci emang gak seberapa jauh jaraknya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...