Dan begitu pula rencana semula. Tapi apa daya mobilnya tidak ke Makassar karena supirnya kecapaian pulang tengah malam dari Makassar. Saya berkeras untuk tetap berangkat meski etta melarang. Satu-satunya jalan adalah menunggu mobil tujuan Makassar di depan rumah. Dengan segala kemungkinan buruk. Tempat duduk tidak nyaman. Entah di depan,tengah, atau paling belakang. Dan yang paling buruk adalah hanya sampai di terminal jika berplat kuning. Saya sudah siap dengan itu semua. Untungnya mobil yang ditumpangi hanya berpenumpang satu orang dan berplat hitam yang artinya mengantar masuk ke dalam kota. Sepanjang jalan saya selalu berharap penumpang yang cuma berempat di dalam mobil tidak bertambah. Dan sampai Makassar akhirnya kita bisa duduk dengan nyaman.
Sayangnya saat pulang, mobil travel cahaya bone yang biasa kita tumpangi hanya bersisa satu kursi. Itupun kursi nomor 8. Paling belakang dan (mungkin) paling sempit. Kursi yang enak itu di nomor 1,4, dan 5. Cukup luas untuk memangkumu tanpa menganggu penumpang lain. Saat pulang, saya merencanakan bersama kakak Ipah. Jadilah sekali lagi kita menggunakan mobil sewa yang tak tertebak kenyamanannya. Dan sayangnya, kita tak seberuntung saat ke Makassar. Mobil yang dipakai pulang ini penuh penumpang. Di sampingku adalah seorang ibu yang hamil tua yang memangku anak kecil yang suka mencolek-colekmu. Jendela mobil pun begitu lebar terbuka. Angin menerpa tubuhmu.Dingin.
Sepanjang perjalanan kuhanya mampu berdoa semoga dirimu tidak rewel dan tidak masuk angin. Perjalanan begitu melelahkan hingga saya terkantuk-kantuk di mobil. Untungnya dirimu tertidur pulas meski aku bisa merasakan kamu agak kurang leluasa bergerak. Sepanjang jalan aku hanya mampu menatapmu dan meminta maaf tak bisa memberimu kenyamanan.
Ketidaknyamanan Yang Lain
Di rumah sedang panas-panasnya. Tidak malam tidak siang, tidak pagi terasa panas. Semua mengucurkan keringat. Keringat yang keluar setera dengan berlari keliling lapangan sepakbola. Mengucur deras. Dirimu pun merasakan gerah yang sama. Bahkan diaper-mu tidak terlalu basah karena kencing. Kencing itu keluar sebagai keringat. Membasahi bantal dan bajumu. Jika gerah kamu pun mulai terbangun dan menggerak-gerakkan kakimu. Gelisah. Membuatmu tambah berkeringat. Saya pun harus mengipasimu agar kamu kembali nyaman. Jika masih gerah terpaksa kuandalkan kipas angin agar kamu merasa sejuk. Padahal kata dokter kipas angin tidak cocok untukmu. Bisa membuatmu sesak nafas.
Biang keringat pun mulai muncul di kepala botakmu dan juga mukamu. Aku pun mengambil inisiatif tak lagi berkelambu kala malam. Hanya dirimu yang menggunakan kelambu serupa tudung saji. Kelambu khusus bayi agar tidak terlalu gerah. Tapi tetap saja kita berdua masih berkeringat hebat. Sekali lagi kita mengandalkan kipas angin. Dan kali ini kita mengandalkannya sepanjang hari. 24 jam demi sebuah rasa sejuk dan agar dirimu bisa tidur nyenyak.
Bukannya tak bisa membelikanmu AC. Ketika aku mengeluhkan ini ke ayahmu, dia dengan cepat merespon untuk membelikanmu AC. Itu bukan barang murah nak. Seumur-umur saat kuliah saya baru merasakan AC. Itupun di ruang-ruang kuliah yang kadang menyala kadang tidak. Aku masih berpikir untuk memasang AC di rumah ini. Bukan karena tak ada uang, tapi listrik rumah yang tidak stabil. Kabel ditarik dari ujung ke ujung hanya untuk penerangan lampu. Bisa kau bayangkan betapa susahnya untuk memasang AC.
Dilema rasanya melihatmu. Merasakan lagi sebuah ketidaknyamanan. Tapi saya ingin mengajarimu tentang ketidaknyamanan dan kenyamanan. Uncomfortable and comfortable. Akan lebih mudah beradaptasi di suasana nyaman ketika kita telah memahami ketidaknyamanan. Ketika kamu telah terlena dengan zona nyaman saya takut kamu tak lagi bisa survive di zona tidak nyaman.
Dalam ketidaknyamanan kita akan berusaha menciptakan kenyamanan. Membuatmu kreatif untuk menghadirkan rasa nyaman. Namun dalam kenyamanan kamu terima beres segala sesuatu. Dan kamu menjadi tidak kreatif. Entah apa kita harus menunggui musim hujan datang agar dingin kala malam atau memasang AC untuk sebuah kenyamanan. Kita tunggu etta memperbaiki listrik rumah saja. Jika saat listrik telah baik dan kita masih kegerahan kita akan pasang AC. Mengapa harus tidaknyaman ketika kita mampu untuk nyaman?
Ah, tulisan ini terlalu menghakimi definisi nyaman dan taknyamanmu. Kupikir asal ada diriku, tak peduli segerah dan sesempit apapun kamu tetap akan merasa nyaman. Karena dengan kreatif kamu akan menangis dan saya harus lebih kreatif lagi untuk menciptakan rasa nyaman untukmu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
sama, semingguan ini di sini juga panas, panas sekali. kadang sampai harus berbaring di lantai di bawah jendela saat tengah hari. saat ini masih bumil, entah jika dede' di perut telah keluar.
ReplyDelete