Skip to main content

Karena Ia Beda

Hujan pertama setelah kemarau panjang menyapa awal oktober. Debu-debu membentuk asap saat air pertama menyentuhnya. Pepohonan seolah memandikan dirinya. Membersihkan diri dari debu yang menempel ditiap helaian daunnya. Tanah-tanah basah dan menyeruakkan wangi tanah basah yang segar.

"Ah, hujan. Bau tanah basah ini sungguh mengganggu" gerutu seseorang tiba-tiba. Aku menolehkan pandanganku ke sumber suara tadi. Kudapati perempuan berambut pendek. Gayanya tomboi, tapi gurat-gurat di wajahnya masih mampu memancarkan sisi feminitasnya.

" Mengapa kamu membenci hujan?" Tanyaku. Dia menoleh ke arahku. " Aku tak benci hujan. Hanya saja bau tanah basah sangat tidak kusukai" jawabnya sambil tersenyum.

"Aku suka baunya. Semua cewek yang kukenal selalu menyukai bau tanah saat hujan turun. Katanya romantis" kataku.

"Jangan mengeneralisir. Saya tak pernah suka bau tanah basah dan itu sangat tidak romantis" katanya sambil berlari menembus hujan.

---
Aku selalu melihatnya di koridor yang menghubungkan fakultasku dengan fakultas ekonomi. Tapi aku tak pernah punya kesempatan mengenal namanya. Teman-temanku di fakultas ekonomi pun tak ada yang mengenalnya. Mungkin ia dari fakultas lain yang kebetulan di koridor ini.

Besar keinginanku untuk mengenalnya, namun sisi hatiku yang lain menginginkan ia tetap misterius. "Biarkan ia menjadi devian diantara cewek-cewek yang kukenal" gumamku dalam hati. Sejak saat hujan pertama di awal oktober itu aku pun diam-diam menyukainya. Ia berbeda meski tak banyak yang aku tahu tentangnya. Hanya satu yang jelas, ia tak menyukai bau tanah basah saat hujan pertama di awal musim.

Kubiarkan ia tetap misterius karena ia berbeda...

#15harimenulisdiblog #11 #hujan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Telur Dadar Buatanmu

Aku mencintainya. Ia tahu itu. Ia pernah sekali mengatakan, ia menyayangiku. Sekali itu dan setelahnya tak pernah lagi kudengar. Aku berharap dia mencintaiku meski satu dan lain hal tak mampu membuat kami bersama. Kami seperti dua dunia yang berbeda. Dia adalah bumi dan aku adalah asteroid yang terlontar ke bumi. Untuk sampai ke tanahnya aku harus melewati lapis-lapis angkasa. Sakit dan membakar diri. Terbunuh dan hanya sisa debuku yang berhasil menjejak di bumi. Kami dekat. Lebih dari sekedar teman dekat. Bercerita banyak hal berbagi banyak hal. Saat aku sedih dia yang pertama kukabari. Begitu pula dirinya. Selalu ada upaya untuk kami agar bertemu dan saling bercerita. Bahkan pun jika tak lagi punya cerita kami sekedar bertemu saling berpandangan. Kata tak lagi mewakili kami. Dan biasanya kami ditemani oleh telur dadar. Satu dari sedikit yang sama diantara kami. Kami beda kota. Frekuensi pertemuan kami pun makin sedikit. Sesekali jika sempat kami meluangkan waktu bertemu. Cerita lebi...

it’s done honey

Akhirnya ujian itu aku lalui juga. Selalu ada imaji-imaji tentangnya sebelum aku benar-benar di situasi itu. Dan nyatanya imaji itu 50% tepat, 50% terlalu dibesar-besarkan oleh rasa pesimis yang selalu berada di hati. Lima orang dosen yang menjadi pengujiku. Lima orang yang membuatku tersudut dan merasa begitu kecil di ruang berukuran 3 x 4 m persegi itu. Ruangan sempit dengan AC jadul yang begitu ribut menambah ketegangan. Satu persatu memberi tatapan yang begitu menikam. Senyum tipis sedikit-sedikit tertuju padaku. Yang bagiku seperti seringai yang begitu menakutkan. Mata-mata itu menatapku tajam. Percik-percik api di membara di sudut mata itu. Rasanya begitu kecil, bodoh, dan sangat tolol berada di ruangan itu. Empat orang bertanya dan kesemuanya itu harus aku jawab. Hingga lidahku kelu dan tenggorokanku kering dan gatal. Kujawab dengan semua pengetahuan yang aku punyai saat itu. Kujawab hingga otakku tak lagi sinkron dengan gerak lidahku. Sampai aku tiba pada titik bahwa ku jug...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...