Ia menatap Harry dengan dingin dan sinis. Anak kecil berusia 11 tahun itu merasakan rasa sakit di bekas lukanya. Sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di Hogwarts ia telah tahu bahwa Snape tak pernah menyukainya.
Snape pun telah menjadi semacam tokoh yang menjadi momok bagi Harry. Ia pun menjadi karakter yang tiap jilid buku Harry Potter akan selalu aku curigai. Tapi Harry Potter dan dunia sihirnya adalah sebuah dunia ajaib yang tak bisa ditebak akhirnya. JK.Rowling telah mempersiapkan bahwa serial Harry Potter bukan hanya untuk konsumsi anak usia 9-11 tahun. Tapi Harry Potter adalah sebuah saga yang mampu dinikmati oleh segala lapis usia. Baik mereka yang mengikuti ceritanya lewat buku maupun lewat film.
Dan di sini, saat ini ketika Harry Potter kembali menggebrak dunia lewat film terakhirmya maka cerita tentang The Boy Who Lived itu berakhir. Masa lalu pun terkuak. Dan Snape adalah tokoh yang paling mengejutkan dalam akhir serial ini.
Ia adalah pemilik cinta sejati. Memerankan peran ganda untuk menjaga Harry Potter. Menjadi Abdi setia Dumbledore meski harus berpura-pura menjadi pengikut paling loyal bagi Pengeran kegelapan. Semua karena cinta yang dimilikinya untuk Lily Potter. Ibu dari Harry Potter. Sekalipun Snape tak menyukai James Potter, ayah Harry, namun karena cintanya pada Lily maka ia mempertaruhkan nyawawanya dengan cara berbeda untuk melindungi Harry Potter. Anak lelaki yang memiliki mata seperti Lily.
Snape lah tokoh paling berani itu. Seperti kata Harry “Probably the bravest man I ever knew”….
Comments
Post a Comment