Hari ini nonton Laskar Pelangi bareng Etta dan Kak Ipah. Senang sekali rasanya, akhirnya film ini bisa juga aku tonton tanpa merasa begitu ketinggalan dengan teman-teman yang telah menonton sehari kemarin.
Awalnya aku agak bingung menonton film ini. Alur buku masih juga menjadi panduanku dalam menonton film ini. Tapi lama kelamaan aku mulai mampu menontonnya sebagai film tanpa harus dibayang-bayangi oleh cerita bukunya. Ceritanya buku dan film sedikit berbeda. Ada penambahan beberapa tokoh dan juga beberapa kisah yang berbeda. Namun, film ini tampaknya berusaha mendekatkan cerita Laskar Pelangi ke realitas dibanding dengan membaca bukunya yang begitu penuh dramatisasi.
Aku menyukai bagian ketika A ling bertemu dengan Ikal di rumah A kiong. Ia terlihat begitu cantik. adegan paling dramatisir menurutku adalah efek-efek yang diberikan oleh Riri Riza saat kuku -kuku A ling keluar dan memberikan sekotak kapur pada Ikal. Juga pada saat Ikal sakit hati ditinggal A ling. Efek barang-barang jatuh sangatlah aneh dan terlalu kasar menurutku. bagian yang tak ada namun begitu ingin aku lihat adalah ketika mereka berlayar ke pulau. Ingin rasanya melihat bagaimana mereka berlayar menerjang ombak dan melihat flow yang begitu kuat di saat teman-teman mabuk laut akibat badai. kalo Kak Ipah sendiri ingin adegan ketika A ling memberikan buku Edensor pada Ikal. namun, itu juga tidak ada.
Film ini cukup menghibur dengan lelucon-lelucon yang da di tiap scenenya. Scene yang membuatku menangis ketika Lintang harus meninggalkan sekolah. Berpamitan pada teman-teman dan Ikal mengejarnya. Begitu menyentuh.
Ketika Lintang terus menyemangati teman-temannya untuk terus bersekolah dan bermimpi, aku pun kembali tersadar akan kekuatan mimpi. Meski kadang tak bisa diraih, tapi kita telah berusaha untuk itu. Film ini membuatku kembali untuk bemimpi untuk semua hal. Bukankah mimpi adalah sesuatu yang begitu indah yang selalu membuat kita untuk terus bertahan?????
Comments
Post a Comment