Skip to main content

Menemukan Dwi di Diary Kecil

Saya membuka kembali box tempatku menyimpan barang-barang lama. Barang-barang yang sudah tak terpakai tapi sayang untuk dibuang. Beberapa orang menyebut kebiasaan menyimpan barang lama adalah sesuatu yang buruk. Seperti menyimpan kenangan dan hidup dengan masa lalu. Tapi saya menyukainya. Benda-benda itu satu-satunya barang yang bisa membawaku ke masa lalu. Mengingat potongan-potongan memori. Merangkainya dalam puzzle ingatanku. Beberapa termodifikasi oleh lapis-lapis ingatan yang teredit. Ada ingatan-ingatan yang tetap lekang seperti kejadiannya. Beberapa pula telah terekonstruksi kembali karena memberi kenangan yang buruk. Tapi pada akhirnya, setiap yang berlalu menjadi kenangan dan ia adalah rekam jejak.

Saya menemukan kembali diary SMPku. Diary pertama yang kupakai menuliskan cerita-cerita masa SMPku. Rasanya begitu awkward melihat tulisan tangan yang begitu jelek. Struktur kata yang aneh bin ajaib. Cara penuturan yang tidak detail. Sok-sok keren dengan bahasa Inggris. Dramatisasi yang begitu nelangsa serta cerita anak SMP yang cukup lebay. Membaca tiap halamannya rasanya membuatku malu, ingin menampar diri, wajah berkerut, rasanya ingin terjungkal, terbang ke langit kemudian terhempas ke bumi. Lucu, mengenaskan, kekanak-kanakkan, alay, tapi pada akhirnya membuatku tertawa. Itulah saya di masa itu.

Halaman-halaman pertama berisi cerita waktu pertama kali dapat surat cinta. Saya yang belajar keras buat rangking satu (nda keras-keras amat, kayaknya unsur dramatisasinya tinggi). Tulisan tangan yang sangat jelek. Kalo dikirim ke majalah Anita yang dulu terkenal di zamannya,di rubrik tulisan tangan,pasti mereka akan memberi saran "loncat saja ke laut" saking anehnya tuh tulisan.

Halaman selanjutnya berisi tentang imajinasi anak SMPku tentang idola remaja. Tahun 90an Eranya Boyband. Saya menemukan khayalan tingkat tinggi untuk bertemu my imaginary prince. Mimpi-mimpi yang tidak berbatas. Bebas bergerak. Tidak takut pada kegagalan. Saya banyak menuliskan nama BSB dan Nick Carter. Menuliskan mimpi untuk bertemu mereka. Semacam anak jaman sekarang yang mengidolakan Justin Beiber. Siapa sangka mimpi tersebut selangkah lagi bisa terwujud. Tak lama lagi saya akan berjarak hanya beberapa kilometer darinya. Bulan Juni nanti. Atau juli, agustus dan bulan-bulan berikutnya. Saya merasa telah begitu dekat dengan mimpi arkais itu.

Ada beberapa nama cowok di halaman diary itu. Saya menemukan diri saya yang menaruh hati pada orang-orang yang menarik perhatian saya. Sayangnya, pada bagian orang yang benar-benar saya akui sebagai cinta pertama, saya tidak menemukan diri saya bercerita banyak. Tapi ketika namanya benar-benar sempat tertulis di halaman dimana saya belum lancar mendeskripsikan cerita maka saya yakin saya memang menyukainya.(Hahahahaha, inilah saat dimana bunga-bunga berjatuhan dan musik pengiring terdengar riang).

Perubahan signifikan terlihat di halaman-halaman tengah. Tulisan mulai keliatan rapi. Cara bercerita pun mulai terdeskripsi. Meski masih juga lebay. Ternyata lebay sekalipun baru ditemukan istilahnya jaman sekarang, saya melakoninya juga waktu SMP. Sejak SMP kekuatan dramatisirku memang sudah mumpuni. Hal-hal yang sebenarnya biasa saja dan normal untuk ukuranku zaman sekarang, serupa kiamat di zaman SMP. Kalo tau seperti ini beratnya hidup, saya ingin kembali ke masa SMP dan berkata pada diriku " hei, hidup mu itu masih normal dan sangat normal. Jangan terlalu galau". Orang lain masih juga lebih parah hidupnya dari saya.

Transformasi yang benar-benar kelihatan adalah di halaman-halaman terakhir diary itu. Tulisanku sudah cantik at least dibandingan halaman-halaman sebelumnya. Materi cerita cukup deskriptif. Sudah keliatan realisitis. Tidak lagi langitan, menuliskan cerpen aneh bin ajaib liburan luar negeri, ketemu idola,temenan,dan tidak pernah dilupakan.(Jika hidup semulus itu Dwi, maka Tuhan tak perlu menjanjikan Surga setelah kematian). Saya menemukan diri saya bercerita malu-malu terhadap cowok-cowok yang saya suka. Penggambarannya sesuai dengan ingatanku tentang orang itu. Juga tentang sakit hati, cemburu, dan juga merasa diasingkan oleh teman (nda dibully sih, cuman ya gitu deh, dramatisasi). Saya melihat diri saya tidak terlalu berubah. Ambisius, tidak ingin dikalah, pemimpi, selalu ingin terlihat beda,angkuh, terkadang terlalu kuat, tapi juga pribadi yang sangat rapuh. Sangat Leo. Berkhayal tinggi dan langitan adalah sifat yang sangat khas. Sejatinya saya menemukan diri saya yang dulu sangat overprotektif pada diri sendiri, sifat yang rasanya makin berkurang.

Diary itu hanya berisi puluhan halaman. Padahal itu isinya merangkum cerita selama 3 tahun saya di SMP. Bagian favoritku adalah saya menceritakan tentang seseorang dengan malu-malu. Membacanya kembali seperti benar-benar merasakan saat jatuh cinta itu. Saat itu saya benar-benar menuliskannya dengan penuh perasaan. Dan rasa itu tersimpan disana. Saya berandai-andai jika saya kembali ke masa itu dengan kemampuan deskripsi saya sekarang, buku harian itu tidaklah cukup. Banyak cerita-cerita yang menyenangkan yang tidak saya tuliskan. Terutama tentang dia. Lelaki yang menjadi cinta pertama. Hahahaha. (Syukurlah tidak ditulis, saya akan membenturkan kepala jika membaca cerita itu).

Saya membayangkan Ara membaca diary itu. Mengerjitkan kening setiap kali dia membuka halaman-halamannya. Dia pasti tak percaya Mamanya pernah seaneh itu. Tapi seperti Steven Spilberg yang selalu menonton film pertama, saya pun harus mengakui bahwa diary itu adalah diary saya. Agar saya tidak lupa darimana saya dan bagaimana saya membuatnya. Untungnya di saat itu belum ada fesbuk dan twitter,sehingga saya masih menulis dengan tangan. (*)

Comments

  1. Anonymous4/03/2012

    saya juga punya dwi, diari masa smp, asli rusak dan lebay... masih kusimpan, dua malam lalu juga kubaca-baca, ngikik ka trus wkwkwk. nanti kufotokan :P

    @emsky_

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Nomaden

Ilustrasi Perlu mengalami kepergian untuk dapat meresapi sebuah kepulangan. Dan kadang kepergian itu serupa perjalanan tak tentu arah dan berpindah. Merasakan nomaden. Tak hanya nomad di alam materi namun juga di alam jiwa. Nomad serupa pengembaraan dimana kamu tak menetap di sebuah tempat. Kamu berpindah. Bergerak. Setiap hari adalah sebuah kepergian dan hidup adalah sebuah jalan yang perlu ditempuh. Seperti sebuah teka-teki labirin yang sering aku temukan di majalah atau bungkus kemasan makanan. Pertanyaannya adalah membantu sang tokoh kartun dari awal labirin untuk sampai dirumahnya dengan jalan berliku. Sangat mudah menebaknya. Otak jaman SDku mampu menjawabnya apalagi jika aku gunakan otakku yang sekarang. Yang telah dipenuhi hal-hal yang lebih rumit dari sekadar gambar labirin di majalah anak-anak. Labirin di majalah itu gampang. Aku bisa melihat semua kemungkinan jalannya. Jika aku tersesat aku dengan mudah untuk kembali ke awal dan mencari alterative lain. Namun soal tek...