Skip to main content

Kami Pulang Ke Rumah

Tahun ini adalah tahun dimana saya melakukan begitu banyak perjalanan. Pulang balik Makassar. Ke Bau-Bau. Dan mungkin sebentar lagi destinasi yang lain. Melelahkan sekaligus menyenangkan. Bokongku rasanya sudah seperti sofa yang busanya menipis. Jika duduk terlalu lama, tulang ekorku begitu sakit. Apalagi kalo memangku Ara. Rasanya seperti setengah pantatku tertinggal di kursi. Tapi perjalanan itu tetap dilakoni. Tak peduli 4 jam pulang balik Bone Makassar atau sejam naik pesawat.

Setiap kepergian selalu memberi ruang untuk rindu kepada rumah. Di Bengo tempat segala hal berlangsung normal dan terukur. Rumah di mana Ara bisa makan dengan teratur. Juga saya. Rumah dimana hari esok bisa direncanakan hari ini. Rumah dimana mood menulisku berjalan lancar. Mungkin karena ini benar-benar rumah dan saya tak perlu merasa harus beranjak pulang. Setiap berada disini bahasa yang ada hanyalah pergi. Karena sejatinya rumah ini adalah tempat pulang.

Seminggu di Makassar berhasil membuatku rindu pulang ke sini. Rindu pada Khanza yang selalu menganggu Ara. Rindu pada pagi yang mengharuskanku mencuci baju. Rindu pada rutinitas yang terschedule dengan baik. Setelah batal ke Pinrang dan sebelum ke Bau-bau saya memutuskan pulang ke Bone. Agar bisa me-recharge tenaga kembali.

Saya pulang. Ara pulang. Ia pulang dengan pengetahuan yang bertambah. Kemampuan merayap yang cukup cepat serta kemampuan duduk sendiri. Sebulan lalu dia sudah bisa duduk sendiri. Tapi hanya sekali itu saja. Baru dua hari ini dia kembali duduk sendiri setelah berbaring. Itupun pada kondisi tertentu semisalnya tiba-tiba terbangun menangis. Refleksnya membuatnya terbangun dan duduk. Tapi ketika bermain, ia malas untuk berlatih. Sejauh ini dia tahu tepuk tangan, tapi hanya jika ia sangat senang atau mau bertepuk tangan. Kalo nda ya, jangan berharap. Karena ia sudah begitu lancar merayap maka hal yang paling aman adalah tidur di lantai. Untung sore pulang ke rumah, jadi Etta masih sempat membongkar tempat tidur yang sangat berdebu hingga hidung meler. Mengungsikan Ara yang sangat sensitif akan debu. Tidur melantai bikin kamar sedikit aneh tapi lebih nyaman. Ara tidak perlu terbangun karena derik papan tempat tidur. Tak perlu takut jatuh. Tak butuh bantal untuk memagarinya. Dan floortime lebih lama.

Pulang rumah berarti bertemu Khanza. Ada yang menemani Ara main-main. Tapi juga berarti ada yang akan menganggu Ara. Mengikuti semua kemauannya sekalipun Ara tidak suka. Tapi, itulah anak-anak. Mereka bermain, menangis, baikan kembali begitu seterusnya. Saya selalu rindu rumah. Selalu merasa nyaman disini. Tak ada lampu-lampu kota memang. Mall-mall yang menyajikan banyak hiburan, tapi di sini saya merasa tak kesepian. Kota adalah keriuhan yang selalu menghadirkan sepi. Rasanya ingin lebih lama disini. Tapi selalu ada perjalanan-perjalanan yang mengejutkan di depan. Sempat saya berpikir, mungkinkah yang paling sering melakukan perjalanan adalah mereka yang paling kesepian? Saya tidak tahu, tapi setidaknya saya di rumah sekarang. Menyelesaikan banyak hal sebelum beranjak lagi.(*)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Alas Kaki Nyaman, Hati Senang

  sumber foto : Facebook Be.Bob Kata seorang teman memilih alas kaki   sama seperti memilih pasangan hidup,   harus cari yang nyaman. Alas kaki nyaman buat saya adalah sandal jepit, tapi tidak semua kondisi pas dengan sandal jepit.. Saat kuliah saya pun dituntut memakai sepatu. Berhubungan karena ngekost maka alas kaki hendaknya memiliki syarat murah, kuat, dan tahan lama serta pas untuk model casual , feminine , atau sporty . Pilihan saya jatuh pada flat shoes . Karena kostku lumayan dekat dengan kampus, saya cukup jalan kaki. Sepatu yang saya kenakan harus bercumbu dengan berdebu dan beladus karena sinar matahari. Paling menyedihkan ketika musim hujan dan air menggenang, saya mengakalinya dengan jalan kaki menggunakan sandal jepit dan memakai sepatu saat tiba di kampus. Tak jarang saya harus menanggung malu karena persoalan alas kaki.  Pernah sekali saya diusir saat mengenakan sepatu sandal di perkuliahan yang dosennya mengharuskan menggunakan...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Nomaden

Ilustrasi Perlu mengalami kepergian untuk dapat meresapi sebuah kepulangan. Dan kadang kepergian itu serupa perjalanan tak tentu arah dan berpindah. Merasakan nomaden. Tak hanya nomad di alam materi namun juga di alam jiwa. Nomad serupa pengembaraan dimana kamu tak menetap di sebuah tempat. Kamu berpindah. Bergerak. Setiap hari adalah sebuah kepergian dan hidup adalah sebuah jalan yang perlu ditempuh. Seperti sebuah teka-teki labirin yang sering aku temukan di majalah atau bungkus kemasan makanan. Pertanyaannya adalah membantu sang tokoh kartun dari awal labirin untuk sampai dirumahnya dengan jalan berliku. Sangat mudah menebaknya. Otak jaman SDku mampu menjawabnya apalagi jika aku gunakan otakku yang sekarang. Yang telah dipenuhi hal-hal yang lebih rumit dari sekadar gambar labirin di majalah anak-anak. Labirin di majalah itu gampang. Aku bisa melihat semua kemungkinan jalannya. Jika aku tersesat aku dengan mudah untuk kembali ke awal dan mencari alterative lain. Namun soal tek...