Siang tadi etta menyempatkan diri mengambil kelapa muda di kebun. Seseorang menemaninya mengambil kelapa. Dan ia pun menawariku untuk makan kelapa muda.Mengapa tidak kurasa.
Ia membawa tiga buah kelapa muda dengan daging buah yang mulai mengeras.Untuk mengikisnya tak lagi cukup dengan sendok. Teknik menggunaan tutup botol sudah lama mama perkenalkan kepadaku. Entah ia belajar dari mana. Ada dua buah kelapa yang daging buahnya sudah cukup keras.
Nyaliku mulai ciut ketika melihatnya. Butuh waktu berapa lama untuk ngikis daging buah itu. Aku pasti tak sanggup, batinku. Kalo mama pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. Bersih tak tersisa. Ingatanku kembali kepada hal-hal yang selalu tak sanggup aku lakukan. Dan mama entah dengan kekuatan apa selalu mampu menyelesaikan.
Seperti misalnya ketika harus mengocok adonan hingga adonannya mengembang. Waktu itu adonan kuenya tidak dikocok dengan mixer elektrik. Kami hanya menggunakan alat pengocok manual yang membutuhkan kekuatan tangan untuk membuat adonannya mengembang. Kocok sedikit, aku sudah menyerah. Lantas adonan itu aku serahkan ke Mama. Dan di tangannya adonan itu mengembang dengan sempurna.
Pernah juga sekali ketika aku harus memarut kelapa, tanganku kram dan mulai luka. Padahal kelapa yang diparut baru setengah. Dan mama selalu mampu menyelesaikannya. Sama hanya dengan mengikis daging buah kelapa muda itu. Rasanya aku ingin menyerah.
Tapi, kali ini tak ada lagi Mama yang penuh ketulusan mengerjakan kerjaanku. Aku harus menyelesaikannya sendiri. Tanganku mulai pegal. Aku mulai kegerahan.Daging buah kelapanya baru sedikit yang terkelupas. Tapi aku harus belajar dari Mama.Harus menjadi perempuan tangguh yang bias menyelesaikan segala hal. Aku tetap mengikis daging buah itu hingga dasar batok kelapanya mulai terllihat.Aku pasti bisa menyelesaikannya.
Dan, viola…..akhirnya daging buah dua butir kelapa itu berhasil aku kikis dengan baik. Meski perih di jari jempolku masih terasa kram. Tapi akhirnya aku bias menyelesaikannya. Akhirnya aku bias seperti Mama. Ia telah sukses menadikanku seperti dirinys. Kelak, sanggup tidak aku mendidik anakku lebih baik dariku???
Ia membawa tiga buah kelapa muda dengan daging buah yang mulai mengeras.Untuk mengikisnya tak lagi cukup dengan sendok. Teknik menggunaan tutup botol sudah lama mama perkenalkan kepadaku. Entah ia belajar dari mana. Ada dua buah kelapa yang daging buahnya sudah cukup keras.
Nyaliku mulai ciut ketika melihatnya. Butuh waktu berapa lama untuk ngikis daging buah itu. Aku pasti tak sanggup, batinku. Kalo mama pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. Bersih tak tersisa. Ingatanku kembali kepada hal-hal yang selalu tak sanggup aku lakukan. Dan mama entah dengan kekuatan apa selalu mampu menyelesaikan.
Seperti misalnya ketika harus mengocok adonan hingga adonannya mengembang. Waktu itu adonan kuenya tidak dikocok dengan mixer elektrik. Kami hanya menggunakan alat pengocok manual yang membutuhkan kekuatan tangan untuk membuat adonannya mengembang. Kocok sedikit, aku sudah menyerah. Lantas adonan itu aku serahkan ke Mama. Dan di tangannya adonan itu mengembang dengan sempurna.
Pernah juga sekali ketika aku harus memarut kelapa, tanganku kram dan mulai luka. Padahal kelapa yang diparut baru setengah. Dan mama selalu mampu menyelesaikannya. Sama hanya dengan mengikis daging buah kelapa muda itu. Rasanya aku ingin menyerah.
Tapi, kali ini tak ada lagi Mama yang penuh ketulusan mengerjakan kerjaanku. Aku harus menyelesaikannya sendiri. Tanganku mulai pegal. Aku mulai kegerahan.Daging buah kelapanya baru sedikit yang terkelupas. Tapi aku harus belajar dari Mama.Harus menjadi perempuan tangguh yang bias menyelesaikan segala hal. Aku tetap mengikis daging buah itu hingga dasar batok kelapanya mulai terllihat.Aku pasti bisa menyelesaikannya.
Dan, viola…..akhirnya daging buah dua butir kelapa itu berhasil aku kikis dengan baik. Meski perih di jari jempolku masih terasa kram. Tapi akhirnya aku bias menyelesaikannya. Akhirnya aku bias seperti Mama. Ia telah sukses menadikanku seperti dirinys. Kelak, sanggup tidak aku mendidik anakku lebih baik dariku???
Comments
Post a Comment