Skip to main content

antusiasme berfoto....

Sebagai prasyarat untuk mendapat izin ujian selain kelenagkapan berkas, calon sarjana perlu menyertakan foto berjas atau berkebaya. Beranjak dari sinilah cerita hari ini bergulir.

“izin ujian itu lama loh keluarnya” kata Santi. (wahhh…aku harus segera mengurusnya)

Tapi aku belum berfoto. Merujuk pada dua orang kakak perempuanku yang telah berhasil menyelesaikan kuliah S1-nya dan telah melalui sesi berfoto untuk ujian dan wisuda, kepada merekalah aku meminta petunjuk.

Dan hasilnya….keduanya berfoto menggunakan kebaya untuk ijazahnya. Meski kak Ipah memakai jilbab, ternyata untuk tampil cantik di ijazah ia rela untuk melepas jilbabnya dan bersanggul kartini. Dan atas petunjuk inilah aku pun kemudian mempertimbangkan hal tersebut. Dengan beberapa pertimbangan :

Pertama,

Dwi kan tidak berjilbab. Teman-teman yang pake jas rata-rata yang berjilbab.

Kedua,

Inikan ijazah untuk S1, tak ada orang yang memiliki gelar S1 dua kali. Mungkin ada, tapi mereka devian. (Dan itu bukan aku) Aku juga ingin tampil cantik di ijazah (agar menjadi daya tarik ketika dilampirkan dalam berkas lowongan kerja..hehehehe)

Ketiga,

Kapan lagi bisa berfoto pake kebaya dan sanggul. (tunggu menikah??? Lain lagi ceritanya).

Pengaruh ini pun telah kutularkan pada darma yang senasib denganku, tak berjilbab. Dia pun juga mau berfoto kebaya.

Dan setelah melihat, menimbang, dan akhirnya aku memutuskan ke sinar warna hari ini. Dua bulan lalu aku sudah tanya harga di tempat ini, dan tidak sampai seratus ribu untuk semua itu. Pukul 11 WITA, lima orang perempuan seumuranku juga turut mengantri. Ternyata mereka juga akan melakukan sesi foto-foto wisuda. Hari ini Jumat, sepertinya sang tukang rias harus jumatan. Aku telah bersiap-siap untuk menunggu hingga sore. Namun, waktu terus beranjak hingga jam 12 siang, sang tukang rias itu belum juga terlihat akan ke mesjid. Ia malah terus memanggil satu persatu pelanggan yang ingin di rias.

Kulihat raut wajahnya tampak ingin segera selesai. Ada garis tegas yang menunjukkan ia jengkel dengan petugas yang terus menambah daftar antrian untuk disanggul dan di rias. Maklumlah, oktober –november-desember adalah musim-musim ujian di semua universitas di makassar.

Azmi meneleponku, menanyakan aapakah aku ke kampus atau tidak .

“sorry, saya lagi di suatu tempat”
“dimana ko ?”
“Di Sinar Warna sayang…hahahaha”
Calleda mu dwi. Mau mi betul lahir anakmu di’”
“Kalo tidak ada foto tidak keluar izin ujian”
“ Lincah le’….kalo kau upload ke blog sekalian sama fotonya nah, pasti banyak comment di shout boxmu”
“hahahaha”

Tampaknya semua orang yang dirias oleh bapak perias itu tidak terlalu menor pikirku.

Ku kirimi kak Anti pesan
“Bagusnya pake kebaya apa dengan latar merah?”
“Pake kebaya hitam. Nanti terang ji juga karena hitam putih. Sekalian pake toga. Tidak berkeringat, make up bagus, dan pencahayaan bagus” pesannya.

Kukirim pesan ke dua orang
“ Dwi lagi di tempat foto. Mau foto pake kebaya buat ujian. Can u imagine?”

Balasannya
I : ya..pasti cantik
II : wakakakak.bisa-bisa. Seperti foto kamu yang pake kebaya putih dan berkerudung itu kan?

“lapar…susahnya jadi S1. harus berfoto kebaya”
I ; “kamu yang pengen aneh dan mau pake kebaya.padahal orang lain Cuma pake jas”
“lapar”
I : jangan mengeluh nanti sakit maag nah. Kamu sendiri yang sakiti diri. Keluar cari makan. Atau pulang saja.
“enak saja… dwi sudah bayar mahal masa pulang”
(tak di balas)

“bagusnya sekalian foto toga tidak ya? Na bilang kak anti, nda keringatan.” tanyaku ke azmi
“lincahnya idenya kak anti. Tapi kan nanti kalo wisuda berfoto pake toga ji’”

“ foto toga tidak ya”
I : tidak usah. Blum pi ujian sudah foto toga”

“tapi kan nda keringatan” (ku kirim ke azmi)
“pancaran aura bahagia pada saat wisuda akan mengalahkan tetesan keringa kerena kepanasan dan membuat wajah tampak lebih cantik…S1 sekali seumur hidup”

(Betul juga ya…hehehehe)

“tidak berfoto pake toga ji. Kere ma juga. Tidak ada mi uangku”
“nanti up load na Dwi di blogmu. Ditunggu”

Pukul 12.30, sang perias tidak beranjak juga ke mesjid. Sekarang giliranku.

“Pak, saya pake kebaya.”
“Cari kebaya cepat” katanya sambil berlalu.

Kudapati kebaya hitam sesuai instruksi dan juga satu-satunya kEbaya hitam di situ. Tak ada kancingnya, wah…harus bagaimana nih?
hampir saja kutelepon kak anti untuk rekomendasi warna yang lain, untung bapaknya masuk lagi

“pak ini tidak ada kancingnya”
“ pake ini saja” katanya sambil menyodorkan peniti.
“jumatan saja dulu pak” kataku
“sudah terlambat. Kalo pergi juga sudah tidak dapat”jawabnya ketus.
(aduh, kalo dia kerja sambil marah, aku jadi jelek tidak ya)

Kududuk di depan cermin rias. Tangan bapak itu lincah menata rambutku. Kuedarkan pandanganku ke foto-foto yang tertempel dicermin. Beberapa memakai kebaya hitam. Kuperhatikan seksama dengan kebaya yang kupakai. Ternyata sama, tidak satu namun banyak foto dengan kebaya hitam yang sekarang melekat di bandanku.

(wah…kalo pulang ke rumah nanti, ijazah kak Anti dan kak Ipah harus dilihat. aku curiga kebaya yang dibadanku adalah kebaya yang juga mereka pakai)

Rambutku telah digulungnya, aku seperti perempuan desa yang memakai kebaya dan siap mengantar makanan ke sawah. (lumayan pikirku)

“Sanggulnya sudah jadi, aku terlihat manis” pikirku

Bapak itu lalu menyuruhku duduk dihadapannya. Aku tak lagi bisa melihat refleksi wajahku dicermin. Pupur bedak dan semua ornament make up yang bisa diletakkan diwajahku, ia letakkan dengan sukses. Terakhir sebuah bulu mata palsu turut ikut pula bertengger dengan sukses wajahku.

Hmmmm….(ku balik wajahku ke cermin)…dan Oh…Tuhan…siapa perempuan di cermin itu. Aku tak mengenalnya. Bapak itu telah mengubah wajahku. Ini bukan aku..

Ttttttiiiiiiiiidddddddaaaaaaakkkkkkkk….

“aku mendapati diriku begitu lain” (kukirim ke beberapa orang)

Harus komplain, bapaknya lagi sedang marah… ya sudahlah begini saja.

Di studio foto tak ada cermin. Aku hanya melihat pantulan wajahku di pintu kaca hitam studio itu. Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa make up-ku begitu tebal dan alis mata itu…membuat mataku tampak lebih lebar. Tak lagi sipit seperti yang selalu aku banggakan.

Harus tersenyum lebar atau simpul? Aduh pusing…..

Sang fotografer mengatakan padaku “ untuk ijazah kan, gak usah senyum lebar”

Klik….dia meperlihatkan hasil fotonya. Aduh kok gitu sih.
“Mas sekali lagi, biar bisa milih” kataku
Klik…dan hasilnya..lebih buruk lagi…..

Ya.. sudahlah aku harus menerima kenyataan. Aku hari ini tampak buruk.

Sebuah pesan di HP “ nanti fotonya bagi ke aku ya”
“ Ga mau. Jangan bayangkan aku dengan kebaya putih dan kerudung itu. Bayangkan aku dengan make-up tebal dan sebuah bulu mata palsu”
“perempuan bertopeng”
"aku kan penganut iteraksinosme simbolik.pengikut setia peterpan -buka dulu topengmu-.."(pledoi terhadap diriku)

“kak, jangan callai. Hanya kita tempatku berlindung dari semua callaan
“iye. Memangnya ada yang pantas di callai?”
“ fotonya jelek. Make-up teeeeeuuuuubbbbaaaaalllllll dan bulu mata palsu”
“cie… mau dipajang di ruang tamu rumah ya”
“sorry, yang dipajang di rumah itu yang bareng satu keluarga”
“nanti saya sms 9 naga, kalo dwi berfoto pake kebaya dan bulu mata palsu”

Oh TUHAN…..haruskah aku berfoto dengan jas lagi???

Kak rahe meyakinkanku “tak usah Dwi. Itu saja”….
Dia selalu mampu memberiku semangat…hehehehe…thanks kak

Tips berfoto untuk ujian, wisuda, dan lain-lain

1. datanglah lebih pagi agar nomor antrian yang kamu dapat lebih awal
2. jangan datang hari jumat apalagi sebelum jumatan
3. pakailah baju yang berkancing (jadi lebih gampang ganti baju)
4. sebaiknya bawa kebaya sendiri (jangan mengandalkan kebaya di studio, kebaya itu telah ada diberbagai foto ijazah)
5. santai saja….kabari semua temanmu kalo kamu berfoto untuk ijazah (agar mereka memberi support ya… kalo tidak calla juga tidak apa-apa-ini sangat menghibur anda di ruang tunggu)
6. mintalah make-up yang minimalis kalo kamu ga suka make-up tebal
7. bersiap-siaplah untuk menggunakan bulu mata palsu
8. bersiap-siapalah untuk segala kemungkinan kamu mendapati dirimu “jelek” setelah di make-up
9. jangan lupa bawa cermin. Setelah make-up, pandang wajahmu dan teruslah merapal mantra “aku cantik-aku cantik-aku cantik”.
10. mintalah beberapa kali foto dari fotografer.agar kamu bisa memilih foto terbaikmu.
11. buatlah alternative lain ketika kamu merasa foto itu kurang bagus
12. namun jika kamu tidak bisa lagi berfoto, pandang foto itu, dan terima apa adanya.

Semoga tipsnya berguna…..

PS : beberapa pembaca setia blog ini meminta fotoku dipasang. Aku sedikit minder sih. Jadi aku up load aja fotoku yang lain. Tetap sama kok, pake kebaya, tapi ini masih dwi…

(sorry teman-teman….membuat kalian penasaran. Foto itu buat pak Syarif di akademik …hahahaha)

(kalo mau liat yang foto kebayaku yang baru, tunggu dikeluarkan oleh almamater suci kita UNHAS dalam bentuk ijazah….hehehehehe)


Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...