Skip to main content

Leo Loves spontaneous

Ya, saya menyukai segala sesuatu yang spontan. Ide-ide yang datang begitu cepat dan bergegas dilakukan. Ada dibenak dan tiba-tiba direalisasikan. Tapi spontan juga memiliki keburukan disela kejutan-kejutan yang didapat saat melakukannya. Yang menyenangkan mungkin adalah ide tersebut sangat fresh. Seperti menginginkan memakanan pisang goreng , bergegas ke dapur, meracik semua bahan dan taaadddaaa….pisang gorengnya sudah di depan mata dan siap disantap. Saat ide itu muncul saya selalu membayangkan jika saya melewatkannya, rasanya seperti take it or leave it. Melewatkan kesempatan yang mungkin tak pernah lagi akan saya dapatkan kelak. 

Sayangnya itu hanya berlaku pada setiap aksi. Bukan pada kegiatan menulis.  Kalo saya punyaide menulis saya lebih sering menikmati sensasinya dibenakku. Merasakan sengatannya di sana tanpa menuliskannya. Saya selalu menemukan kalimat-kalimat cantik yang melintas dibenakku. Mengandalkan ingatanku tanpa mencatatnya dan kemudian menguap begitu saja bersama lupa. Saya terlalu senang membayangkan akhir tulisan itu tanpa benar-benar bersusah payah menuliskannya. Mood yang pada kenyataannya adalah kemalasan yang selalu menjadi biang keladi dari ide-ide spontan yang gregetan di hati dan kepala mendidih sebentar dibenak dan kemudian mongering tanpa menjadi tulisan yang bisa dibaca.

Kembali kepada ide-ide aksi yang spontan.  Yang tidak bisa dinikmati adalah menikmatinya diimajinasi.  Ketika bergegas melakukannya saya tidak punya kesempatan untuk berekspetasi dibenakku. Apa jadinya begini, apa jadinya begitu. Setelah selesai baru mereka ulang di ingatan dan mengeditnya. Dan membayangkan harusnya seperti ini, harusnya seperti itu. 

Saya mungkin perlu membuat tombol swap di otakku. Mengerjakan ide-ide tulisan secara spontan dengan menuliskannya dan mengeditnya baik-baik jika tulisan itu sudah selesai. Dan menimbang masak-masak untuk tiap ide-ide aksi yang saya kerjakan. 

Kadang spontan juga tidak baik, meski memberi banyak kejutan. When u take it, it means u take it with all the risks. (*)


Comments

Popular posts from this blog

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Berdiri di Atas Dua Perahu

Saya menyukai sebuah serial di Fox Life. Sebenarnya serial ini sudah cukup lama, sayangnya saya tidak terlalu mengikuti. Judulnya Heartbeat. Berkisah tentang kehidupan seorang dokter bedah bernama Alex Pantierre (Mellisa George) di St Matthew's Hospital di Los Angeles. Saya menyukai konflik yang terjadi di film ini. ada konflik tentang profesi dokternya dan juga tentang kisah cinta sang dokter. Bagian cinta ini paling menarik perhatian saya. Karena ia berpacaran dengan dokter Pierce Harrison (Dave Annable) teman sejawatnya. Kemudian konflik terjadi ketika pacar masa lalu yang juga adalah seniornya dokter Jesse Shane bergabung menjadi tim dokter yang sama di rumah sakit itu.  Satu episode yang cukup mengena, ketika ayah Alex sakit dan butuh transplantasi ginjal. Saat kejadian ini ia akhirnya mengetahui sebuah rahasia dari harmonisnya Ayah dan Ibunya. Ia menemukan kenyataan bahwa ayahnya diam-diam selama 30 tahun menjalin kasih dengan perempuan yang lain.  Ia marah d...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...