Dan inilah kamu hari ini. Berdua kita hari ini ke pasar buah di Bau-Bau.Naik ojek. Melewati pasar dan jembatan sungai yang bermuara ke laut. Membeli 1 apel dan 1 jeruk seharga Rp.10.000. Toh, besok kita kembali lagi ke Makassar. Nanti di sana kita beli banyak buah untukmu. Catat, saya ingin membeli buah naga. Buah ini enak loh Ara, tante Ema yang mengajarku memakannya. Nanti kutemani kamu memakannya. Biar kelak kamu jadi mitos seperti naga. Jauh sebelumnya, saya sudah membuatkanmu tepung beras yang kusangrai sendiri dan kublender hingga halus. Dua cup beras berhasil kusangrai dalam ketidaktahuanku mengsangrai beras. Kuhaluskan hingga berpeluh. Hasilnya cukup banyak. Cukup untuk persediaanmu.
Dan hari ini aku dengan semangat 45 ingin membuatkanmu bubur tepung beras rasa apel. Agak encer. Saya belum terlalu pengalaman mengaduk bubur tepung sayang. Ketika kumasukkan ke blender untuk menghaluskannya bersama apel yang yang telah kukukus setengahnya tertumpah dipinggir mulut blender. Terlalu cair. Untungnya apelnya tercampur dengan halus. Kucobakan pertama di mulutmu. Kamu mengerjit aneh. Mimikmu seolah menemukan rasa yang asing yang sangat jauh dari air susu yang selama ini akrab dilidahmu. Kamu tetap berusaha mengenali rasanya meskipun otakmu menolak. Saya pun tidak lelah menyuapkanmu sesendok demi sesendok. Penuh keringat dan cinta saya membuatnya setidaknya kamu menghargai itu.
Tapi lama kelamaan kamu pun mulai menolak. Pertama kamu menggunakan tanganmu untuk menahan tanganku yang memegang sendok. Kedua mendorong makan yang ada di mulutmu dengan lidahmu. Tapi tetap saja kumasukkan kembali ke mulutmu dengan sendok. Terakhir kamu menolak membuka mulut untuk sesendok makanan lagi. Rasanya memang aneh. Bubur itu terasa hambar dibanding rasa Asi yang manis. Tapi saya takkan menyerah memberi Mpasi. Skalipun kamu menolaknya.
PS : harusnya dipost saat tanggal 3 namun satu dan lain hal jadi terbengkalai dan terlupakan. Sampai tanggal 16 februari ini Mpasi Ara masih dalam progres yang berjalan lambat. Dia tetap tak menyukai tepung beras, tapi saya juga tidak menyerah memberikannya tepung beras.
hahahaha,lucunya ekspresinya ara..sini sy mi makan itu buburnya..:p
ReplyDelete3feb ultahku ke 17 n pertama kamu makan
ReplyDelete