Film dijadikan David Gilmour sebagai sarana untuk menciptakan kedekatan antara ia dan anaknya. Ia sangat memahami ketidaksukaan Jesse terhadap sekolah yang juga pernah ia alami. Namun ia pun menyadari pilihan untuk memberhentikan Jesse dari sekolah sebuah keputusan beresiko tinggi. Jesse bertumbuh menjadi remaja pada umumnya yang akan terkena krisis kepercayaan diri. Berinteraksi dengan lingkungan dan belajar dari masyarakat. David merasa perlu untuk membangun komunikasi antara ia dan anaknya. Memberinya pendidikan di luar sekolah sekaligus menjalankan perannya sebagai ayah yang tetap memantau perkembangan anak remajanya. Ia memilih film sebagai medium pembelajaran karena ia menemukan titik kesamaan dengan anaknya yang menyukai film. Dan dimulailah klub film itu hingga mengubah pola komunikasi antara keduanya.
Buku klub film adalah buku yang berdasarkan kisah nyata antara sang penulis, David Gilmour, yang juga pengarang Tuesday With Morrie dengan anak laki-lakinya, Jesse. Sebelum membaca buku ini saya selalu membayangkan buku ini bercerita tentang eksplorasi tentang film-film yang akan ditonton oleh ayah-anak ini. Tapi setelah menghabiskannya hingga halaman terakhir, yang saya temukan adalah cerita tentang seorang ayah yang benar-benar mendampingi tumbuh kembang anak lelakinya. Menjadi tempatnya bercerita tentang kisah percintaannya, patah hatinya, dan cara untuk belajar dari kesalahan dan menjadi dewasa. Gilmour berusaha menjadi "teman" dan ayah yang tidak berusaha terlalu mengekang dengan aturan-aturan vertikal ayah terhadap anak.
Film-film yang menjadi tontonan klub film ini adalah film-film yang memorable. Dibintangi oleh aktor dan aktris terkenal, sutradara terkenal, atau juga film yang menjadi tonggak awal aliran baru dalam film. Saya hanya sedikit paham tentang film yang menjadi bahan tontonan di buku ini karena rata-rata film tersebut adalah film tahun 1950an hingga 1990an. Tapi saya menikmati kisah percintaan Jesse terhadap perempuan-perempuan. Bagaimana ia mencintai satu perempuan, memutuskannya, mencinta perempuan yang lain, dicampakkan,dan kemudian merasa kalah. Saya menikmati ketika David selalu menjadi pendengar untuk anaknya. Memberinya saran. Bahkan menceritakan kisah percintaannya ketika ia remaja dan memberikan saran-saran berdasarkan pengalamannya.
Saya berpikir seperti inilah sesungguhnya yang harus tercipta antara ayah dan anak. Komunikasi dan kedekatan yang tidak canggung dan begitu terbuka. Saya sangat menyukai salah satu kalimat dalam buku ini. " Sesungguhnya membesarkan anak adalah belajar mengucapkan selamat tinggal pada pakaiannya, popok-popoknya, dan terakhir pada anak itu sendiri".
Peran orang tua menjadi penting khususnya pada pemdampingan anak remaja yang bertumbuh. Ada disamping mereka, menjadi teman mereka, tanpa harus sok"menjadi orang tua". Hingga pada akhirnya orang tua tahu bahwa saat untuk melepas anak yang telah dewasa itu tanpa harus was-was pada imunnya terhadap dunia luar.
Buku ini wajib dibaca oleh para orang tua. Khususnya para ayah dan terkhusus pada ayah yang memiliki anak laki-laki.
Selamat membaca.(*)
Comments
Post a Comment