Skip to main content

Bucket List

Waktu SMP-SMA saya punya kebiasaan membuat daftar mimpi dan keinginanku. Mulai dari kecil hingga yang paling besar. Mulai dari yang masuk akal hingga benar-benar cuma khayalan. Dulu saya sering mendengar ceramah AA Gym, dia menyarankan untuk menuliskan mimpi dan keinginan yang menjadi impian. Belakangan baru saya memahami dengan cara menuliskan mimpi-mimpi itu, seseorang menarik energi bumi. Universe akan membantu mewujudkan. Inilah yang ada dalam buku Secret dan juga ditulis oleh Paulo Coelho. Saya pun baru tahu jika daftar mimpi itu diistilahkan sebagai bucket list.

Apa kabarnya bucket list-ku? Saya masih menyimpannya. Dalam kotak bersama beberapa benda-benda kenangan. Saya tak membukanya, tapi beberapa mimpi telah menjadi nyata. Beberapa akan menuju ke sana. Secara misterius dan apa adanya berjalan menuju wujud yang nyata. Beberapa masih perlu untuk dikejar. Dalam diam dan penuh ketekunan.

Tapi bucket list itu perlu kuperbaharui. Beberapa mimpi terproduksi lagi. Beberapa bahkan mulai menghantui alam bawah sadar. Kadang menjadi kilasan mimpi saat tidur. Kadang pula menjadi begitu utuh dan mampu saya ingat ketika terbangun. Beberapa bunga tidur saya percaya benar-benar mampu terjadi. Saya tak memiliki indera ke enam. Saya juga bukan cenayang. Tapi mimpi itu benar-benar terjadi. Ada kala dimana saya baru menyadarinya saat ia terjadi. Beberapa mampu saya tebak. Tapi semua membutuhkan proses untuk meraihnya. Mungkin saya memiliki sedikit darah Clairvoyant atau turunan oracle.Benar atau tidak, saya juga tidak tahu. Tapi beberapa memang benar-benar menjadi kenyataan baik itu sesuatu yang buruk maupun sesuatu yang baik.

Saya mempercayai bahwa sesuatu yang begitu diinginkan dan didambakan mampu merasuk ke dunia bawah sadar dan menjadi mimpi. Hmmm....saya berencana mereporduksi bucket listku menjadi hal-hal yang begitu saya inginkan sehingga menjadi mimpi. Dan merujuk pada tesis bahwa beberapa mimpiku pernah menjadi nyata maka semoga daftar bucket listku  (semuanya) menjadi nyata. 

Saatnya memperbaharui bucket list. Salah satunya "menonton pertandingan olahraga secara langsung (nasional atau internasional)".

Comments

  1. Pos.... Pos..... Pos....
    Bacalah surat ke -3 mu Ara

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...