Kemarin sore aku melewatkan ngabuburitku di warnet. Kusempatkan untuk mengupdate statusku di facebook, mengintip blogku yang tak terupdate tulisan baru. Dan blog walking ke beberapa link yang ada di blogku.
Kudapati blog Dee berisi promosi buku barunya.ada sebuah sanyembara menulis di sana. Hadiahnya tentu saja buku “Perahu Kertas”-nya Dee. “Tuliskan Harapan terbesarmu dalam hidup” tema lomba itu terpampang jelas di blognya Dee.
Aku tertegun sesaat. Aku tertarik akan lomba itu namun aku yakin aku tak bisa mengikutinya. Lombanya sudah lewat. Tapi bukan karena itu yang membuatku tertegun, bukan karena aku tak bisa ikut lomba itu.
Aku tertegun akan tema yang di pilih Dee untuk lomba penulisannya. Apa harapan terbesarmu dalam hidup? Aku tak bisa menjawabnya. Harapan itu adalah hal-hal abstrak yang ada dalam “mind”ku yang tak mampu kutemukan aksaranya.
Aku telah banyak menuliskan mimpi-mimpiku dalam diary-diary butek masa sekolahku dulu. Aku telah membuat list-list pengharapan yang selalu aku ingin aku lakukan. Tapi apa yang menjadi pengharapan terbesarku dalam hidup? Aku juga masih tak tahu jawabnya.
Definisi harapan bagiku adalah sebuah mimpi masa depan yang membuatku BAHAGIA. Memiliki suami dan anak-anak yang lucu nan sehat cerdas, dan sebuah rumah kecil. Tak perlu mewah, tak perlu penuh dengan mobil lux. Aku melakoni aktivitasku sebagai seorang ibu dan istri dan menjadi diriku pribadi.
Melakukan kegiatan kegemaranku, terus menulis dan menceritakan kisah lewat lembar-lembar buku yang aku tulis sendiri. Aku ingin berada dalam situasi dimana bakatku bertumbuh dan berkembang. Berada diantara orang-orang yang bisa meluaskan pengetahuanku dan terus berpuas diri pada hasil pekerjaanku dan reward yang kuterima.
Terdengar sangat klise mungkin. Tapi itu adalah imaji paling sederhana yang mungkin aku harapkan. Masih banyak imaji-imaji liar yang bermain-main di benakku. Aku selalu menganggap pengharapan itu adalah masa depan. Masa yang masih begitu jauh. Masa yang (mungkin) belum aku hadapi sekarang.
Aku masihlah terus bermimpi. Dan jika kau bertanya padaku “apa pengharapan terbesarku?”. Aku hanya akan tersenyum padamu dan mengangkat bahuku “Entah”.
Comments
Post a Comment