Skip to main content

(Mungkin) Aku Sakit (Jiwa)

Pagi ini ketemui diriku yang bimbang, gelisah, dan nelangsa. Semua terakumulasi dari butiran-butiran ketakaruan hidup dan kecemasan. Kudapati tubuh-tubuhku terbebani dengan sebuah kondisi psikologis yang tak normal.

Kucari kausal yang membuatnya demikian. Kudapati sebuah keping percakapan semalam.
“kita mungkin sakit. Kita harus mencari malaikat…..”
“dimana kita harus mencari sang penyelamat itu”
“mungkin ada dalam tiap diri kita masing-masing…

aku telah merasakan ini kekuatan ini mengrogotiku seminggu kemarin. Tapi selalu saja kutepis semua jiwa Illahiku dan terus tunduk pada naluri manusiawi. Tertawa…lepas….tak peduli…dan menyakiti-tersakiti. Larut dalam kesenangan sekilas dan kemudian tak berbekas.

Tak jarang kita (ya… aku dan kalian) tak sadar cekikikan nakal itu menzalimi jiwa yang lain meski kita tak bermaksud seperti itu. Bukankah kita telah dewasa sekarang. Mengapa kita tak mendapati jiwa kita menyempurna dalam membaca zaman. Mengapa tak kita dapati jiwa kita mampu bertahan ditengah liarnya dunia.

Jawabnya mungkin karena kita terlalu nyaman di zona ini. Zona bebas hambatan milik kita. Tak ada yang mampu mengganggu kita, karena kia sang pengganggu itu. Kita pun menjadi pemilik sah rimba raya yang hanya dihidupi oleh jiwa kita masing-masing.

Mungkin kita sedang sakit, kawan! Tak hanya mereka yang terang-terangan mengakui diri mereka sakit. Kita lebih sakit dari mereka, karena kita tak mengakui kalo diri kita sakit dan pura-pura tak tahu dan memang tak tahu kalo kita sedang sakit. Kita tak lagi memiliki empati dan merasa hebat dengan diri kita.
Semalam ingin kukirimi sebanyak mungkin pesan pada tiap manusia di bumi ini. Aku telah banyak bersalah. Ingin kukatakan maaf. Maaf, maaf, maaf. Aku mungkin tak mengenalmu, dan kau pun demikian. Tapi, aku hanya khawatir aku telah menzalimimu secara tak sengaja.

(namun, laku itu belum aku kerjakan…melalui tulisan ini aku meminta maaf pada tiap orang. Untuk semua salah yang pernah aku lakukan entah disengaja atau tidak)

Untuk tiap jiwa yang pernah mengenalku, aku pun memohon maaf. Hidup layaknya sebuah kepingan puzzle yang harus dirangkai. Entah akan jadi apa nantinya. Tuhan pemilik jiwa ini seutuhnya. Dia telah meminjamkannya padaku dalam suci. Aku pu harus mengembalikannya dalam suci pula. Aku memohon maaf. Mungkin tiap doa yang terapalkan dalam tiap detik hidupku tak pernah bisa Ia kabulkan hanya karena ia tak mampu melihat jiwa suci milik-Nya lagi. Mungkin tiap kerja yang aku lakukan tak terridhoi oleh- Nya , karena aku tak lagi memiliki jiwa-Nya. Karena, aku meminta maaf. Semoga Ia selalu membukakan pintu maaf –Nya…..

Comments

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...