Seperti sebuah bom waktu yang akan segera menguncang, meluluhlantakan semua disekitarnya. layaknya pasir waktu yang semakin menipis dari cembung wadahnya.
Tapi aku percaya pada malaikat. Pada tangan Tuhan yang selalu menuntun. Memberi jalan dan terus menyemangati. Pesimis selalu menjadi halangrintang. Ia terjal. Ia curam. Jika kamu salah dalam jejakmu, mungkin jurangnya akan menyambutmu dengan pelukan sayang.
Tapi percayalah pada Tuhan. Seperti aku mempercayai kekuatan-Nya. Ia menyayangiku. Sangat meyayangiku.
Terima kasih telah mengirimkan mata teduh. Hati sabar yang terus menyayangiku. Terima kasih telah mengirimkan paket terindah. Yang menjadi imamku. Menjadi selimut hangat saat badai. Menjadi tempat bersandar untuk semua asaku. Menjadi pohon untuk berteduh dari silau matahari semesta.
Tak pernah berpaling saat ku berpaling. Tetap sabar kala ku tak sabar. Terus menyayangi kala ku jeda untuk menyayangi……
Pasir waktu itu akan kita lambatkan. Akan kita lumpuhkan ledakan waktu. Ia takkan menjarah paksa hati. Karena aku tahu mata teduh itu akan terus membuatku damai…
pada sebuah kastil dengan view terindah danau unhas
Comments
Post a Comment