Skip to main content

Ara dan Kejutan Kecilnya





Tadi saya dan Ara bermain jual-jualan huruf. Sejak mengenal yang namanya belanja dan menyenangkannya memberi uang penjual di toko maka ia pun ketagihan ke toko kelontong dekat rumah. Harus ada uang yang dia pegang. Favoritnya sih uang koin. Nah, saat membeli cemilan favoritnya maka dia sendiri yang menyerahkannya ke kasir toko. Bagusnya adalah ketika saya bilang, Ara sudah nda punya uang lagi, maka dia tidak lagi merengek ingin membeli jajanan. Dia akan berkata "habis uang mama?", yang kujawab dengan anggukan. Dia pun kemudian paham. 

Karena keasyikan belanja, maka bentuk permainan yang diciptakannya pun kadang belanja di toko. Toko kelontong, toko buku, atau toko baju. Toko-toko itu ada diimajinasinya. Uangnya pun imajinasi. Barangnya apalagi. Serunya adalah dia serupa main pantomim kalo sudah main jual beli. Dan saya adalah varibel wajib yang harus ada. Entah sebagai penjual, atau pelanggan atau teman yang ditemani ke toko. Dia akan memilihkan barang buat saya coba. Buku yang akan saya baca yang semuanya ada diimajinasinya. Cukup gampang bermain dengan sistem pantomim ini. Asal sudah nebak toko imajinasi apa yang dimainkan, maka improvisasi bisa berjalan lancar. Tapi hati-hati jika tidak sesuai imajinasi Ara, siap-siaplah mendengarkan teriakan maha kencang yang bikin ngilu telinga seperti di kartun-kartun.

Sore ini, kami main belanja-belanja huruf. Hurufnya nyata. Kepingan-kepingan mainan alfabet yang sebagian besar sudah hilang yang kemudian saya sulap menjadi magnet kulkas. Nah, saat main jual-jualan ini, Ara menyebutkan semua huruf yang ada hampir semuanya benar. Mulai dari X, R, M, S, B, D, F, Q serta beberapa angka yang juga menjadi barang jualan kami. It suprises me. Soalnya so far yang saya tahu dia cuma mengenal huruf M, X, A. Ternyata pengetahuan hurufny bertambah. Ia pun memiliki daya ingat yang tinggi. Serial kartun yang sudah lama mampu ia ceritakan kembali. Jika melihat sesuatu yang sama dari yang pernah dia lihat sebelumnya, maka dia pun bakal bilang kalo itu sama. Meski kadang saya agak susah meraba-raba yang dia maksud yang mana. But so far, dia selalu berhasil membuat saya paham yang dia maksud. 

Mungkin, jika saya mensugesti kemampuan membacanya, ia akan termotivasi. Semoga dia bisa menyerap pengetahuannya dengan baik. Aaamiiinnnn. (*)

Bone, 15 April 2014

Comments

  1. Hehehe jadi ingat cerita anak temenku biasa jajan somay, terus jajan es dia bilang ma penjuale "tidak pake sambel" hhhhh.....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seketika Ke Sukabumi

twit ekspektasi vs twit realita Setelah kelelahan karena hampir seharian di Mal sehabis nonton Dr.Dolittle pada hari rabu, dengan santai saya mencuitkan kalimat di Twitter "karena udah ke mal hari Rabu. Weekend nanti kita berenang saja di kolam dekat rumah”. Sebuah perencanaan akhir pekan yang sehat dan tidak butuh banyak biaya. Saya sudah membayangkan setelah berenang saya melakukan ritual rebahan depan TV yang menayangkan serial Korea sambil tangan skrol-skrol gawai membaca utasan cerita yang ga ada manfaatnya.  Sebuah perencanaan unfaedah yang menggiurkan. Tiba-tiba Kamis malam suami ngajakin ke Taman Safari liat gajah pas akhir pekan. Mau ngasih liat ke Anna yang udah mulai kegirangan liat binatang-binatang aneka rupa. Terlebih lagi sehari sebelumnya kami menonton film Dr.Dolittle yang bercerita tentang dokter yang bisa memahami bahasa hewan. Sekalian  nginap di hotel berfasilitas kolam air panas. Hmmm. Saya agak malas sih. Membayangkan Taman Safari yan...

Pride and Prejudice : I’m Bewitched

Tak pernah kusangka saya akan jatuh cinta pada film Pride and Prejudice. Waktu kuliah dan masa-masa belum punya anak, saya tidak pernah tergerak untuk menonton film ini. Prasangka saya terhadap film ini sudah tumbuh sejak memiliki versi Film India di tahun sebelumnya. Mungkin karena hal itu saya kemudian tidak tertarik menontonnya.   Namun karena episode-episode drama korea yang aku nonton udah habis, ditambah kebosanan pada topik medsos yang masih heboh dengan pilpres, dan juga pengaruh hari valentine yang menyebabkan algoritma lapak streaming merekomendasi film-film romantis menjadi sebab akhirnya saya menonton film ini Semuanya berawal dari ketidaksengajaan menonton Atonement yang diperankan oleh Kiera Knightley. Film ini cukup bagus, meski di tengah jalan saya udah kena spoiler via wikipedia dan rada senewen dengan endingnya. Tapi kecantikan Kiera Knightley tetap mampu membuat saya menyelesaikan film itu sampai detik terakhir. Saking senewennya dengan ending Atonement, sa...

Membaca Loversus

Kata K Zulham, teman sekantorku Chicklit itu oportunis. Chicklit adalah genre novel remaja yang menceritakan persoalan anak sekolahan dan percintaan. Tapi yang menyenangkan adalah bagaimana kau membaca dan menemukan apa yang ingin kau baca. Bagaimana kamu tersenyum bahagia di ending sebuah buku. Dan ribuan diksi baru menghingapi otak dan pikiranmu karena penyajiannya. Tak peduli jenis bacaan apa pun ia. Tak peduli ia adalah kumpulan cerpen, dongeng sebelum tidur, bacaan remaja,Chicklit, Teenlit atau novel berat yang terlalu ngejelimet. Aku mengikat kesan itu setelah menuntaskan 216 halaman buku Farah Hidayati. Loversus . Sebuah chicklit yang berfokus pada cerita tentang persahabatan dua siswa SMA yang berawal dari adegan pencarian sepatu hingga pencarian TKI dalam geografis Macau dan London. Pada awalnya saya menganggap buku Loversus ini sama dengan chicklit-chicklit yang pada umumnya hanya sekedar berdialog dan tidak memiliki kedalaman cerita. Namun aku harus mengubah pendapatku di ...