Skip to main content

Rantau Satu Muara


Awalnya saya tidak tertarik membaca kelanjutan buku trilogi negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi. Tapi seorang teman merekomendasikannya padaku. Iseng kubeli di toko buku. Lagian ini seri terakhir dari buku kembar tiga ini, tak ada salahnya menuntaskan ujung perjalanan sang tokoh, pikirku. 

Rantau satu muara bercerita tentang Alif, sang tokoh utama di dunia kerja. Ya, ini masihlah tentang kehidupan Alif. Setelah buku kedua ditutup dengan ia meraih gelar sarjana S1nya di buku ketiga Alif berjuang mencari kerja. Layaknya para sarjana baru, mencari kerja selalu menjadi tahapan hidup berikutnya. 

Randay yang menjadi teman sekaligus pesaing Alif pun melancarkan serangan sengit. Ia kini bekerja di PT Dirgantara, jalan hidupnya sesuai yang ia cita-citakan. Masuk SMA, kuliah di ITB dan bekerja di perusahaan idamannya. Sedangkan Alif merasa dirinya bergerak ke arah yang tidak sesuai dengan keinginannya. Satu-satunya yang terus menerus ia lakukan adalah menulis. Dan ke arah itulah ia berjalan. Ia pun lantas bekerja sebagai wartawan di majalah berita terkemuka. Di kantor inilah ia akhirnya jatuh cinta pada rekan kerja yang menjadi istrinya kelak. 

Perjalanannya tidak berhenti di situ, Alif pun kemudian menerima beasiswa kuliah di Amerika Serikat. Bekerja di kantor berita Amerika hingga kejadian 9/11 yang membuatnya berpikir pulang. Akankah ia bertahan di negeri seberang yang benderang ataukah pulang ke tanah air tanpa kepastian masa depan?

Buku ketiga kelanjutan negeri 5 menara ini tidak lagi memberi kejutan yang berarti. Alur cerita tentang Alif terasa biasa meskipun sang penulis mampu menyajikan dengan lelucon lucu dan penuh gombalan terutama pada bagian usahanya melamar sang kekasih. 

Topik sekolah luar negeri buat saya mulai terasa membosankan setelah tetralogi Laskar Pelangi. Jadinya cerita buku ini tidak lagi memiliki greget. Saya pun membacanya hanya sambil lalu tanpa niat untuk membacanya kembali. 

Dari tiga buku serial negeri 5 menara menurutku yang paling bagus adalah buku pertama. Cerita tentang pesantren memberikan warna yang baru dalam dunia penulisan. Saya tidak pernah tahu bagaimana pengalaman orang yang mondok dan buku negeri 5 menara memberikan gambaran yang cukup untuk membuat saya mengetahui kehidupan para santri. 

Untuk sekedar bersantai, buku Rantau Satu Muara ini cukup asyik dijadikan bacaan ringan untuk melepas penat dan menghilang stres. Nah, selamat membaca. (*)

Baubau, 25 Agustus 2013

Comments

  1. Semenjak dibeli buku ini belum sempat saya baca >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya pun hanya sekedar baca saja :D

      Delete
  2. kemarin saya menyempatkan utk mampir di gramedia, mendapati buku tsb. tapi saya tdk begitu tertarik setelah membaca bagian2 per bab nya. endingnya juga kayaknya bsa di tebak karena novel ini menceritakan penulisnya sendiri. saya malah ngambil buku rectoverso punya Dee...

    ReplyDelete
  3. Bakal RUgi kalau kalian Gak Baca
    Untuk yang suka Merantau

    Monggo dinikmati

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dongeng Kita

Siang ini aku terjaga dari tidur panjangku. Seperti seorang putri tidur yang terbangun ketika bibirnya merasakan hangat bibir sang pangeran. Tapi, aku terjaga bukan karena kecupan. Namun karena aku merasakan indah cintamu di hariku. Mataku tiba-tiba basah. Aku mencari sebab tentang itu. Namun yang kudapati haru akan hadirnya dirimu. Memang bukan dalam realitas, namun pada cinta yang telah menyatu dengan emosi. Kita telah lama tak bersua. Mimpi dan khayal telah menemani keseharianku. Tiap saat ketika aku ingin tertidur lagu nina bobo tidak mampu membuatku terlelap. Hanya bayangmu yang selalu ada diujung memoriku kala kuingin terlelap. Menciptakan imaji-imaji tentangmu. Kadang indah, kadang liar, kadang tak berbentuk. Tapi aku yakin ia adalah dirimu. Menciptakan banyak kisah cinta yang kita lakoni bersama. Aku jadi sang putri dan dirimu sang pangeran itu. Suatu imaji yang indah...

jurnalistik siaran, pindah kost-kostan, dan "capek deh!"

Akhirnya, kembali bisa menyempatkan diri sejenak ke Teras Imaji. Sedikit berbagi kisah lagi dengan diri sendiri. Sekedar untuk sebuah kisah klasik untuk Saraswati dan Timur Angin kelak. Aku tak pernah menyangka bahwa aku bisa bertahan sampai saat ini.meski tugas kuliah menumpuk. Keharusan untuk pindah pondokan. Kewajiban lain yang belum terselesaikan.Problem hati yang menyakitkan. Serta kontrak yang tersetujui karena takut kehilangan peluang meski tubuh ini harus sudah berhenti. Siang tadi (15 nov 06) seharian ngedit tugas siaran radioku. Tak enak rasanya pada teman-teman, memberatkan mereka. menyita waktu yang seharusnya untuk hal lain. Tak enak hati pada Pak Anchu, penjaga jurusan. yang tertahan hanya menunggu kami menyelesaikan tugas itu. Dengan modal suara fals nan cempreng toh aku pun akhirnya harus sedikit PD untuk membuat tugas itu. Meski hanya menguasai program office di komputer, toh aku harus memaksakan belajar cool-edit (yang kata teman-teman yang udah bisa merupakan sesuatu...

babel

Sebenarnya tak ada planing untuk menonton film. hanya karena kemarin arya dan kawan-kawan ke TO nonton dan tidak mengajakku. Dan kemudian menceritakan film 300 yang ditontonnya. Terlepas dari itu, sudah lama aku tak pernah ke bioskop. Terkahir mungkin sam kyusran nonton denias 2 november tahun lalu. (waa…lumayan lama). Dan juga sudah lama tak pernah betul-betul jalan sama azmi dan spice yang lain J Sebenarnya banyak halangan yang membuat kaimi hampir tak jadi nonton. Kesal sama k riza, demo yang membuat mobil harus mutar sampe film 300 yang ingin ditonton saudah tidak ada lagi di sepanduk depan mall ratu indah. Nagabonar jadi dua, TMNT, babel, dan blood diamond menjadi pilihan. Agak ragu juga mo nonton yang mana pasalnya selera film kami rata-rata berbeda. Awalnya kami hampir pisah studio. Aku dan echy mo nonton babel atas pertimbangan sudah lama memang pengen nonton. (sebenarnya film ini udah lama aku tunggu, tapi kemudian gaungnya pun di ganti oleh nagabonar dan 300). Serta pem...