Skip to main content

Pecah

Hati entah terbuat dari apa. Tak pernah kulihat bentuknya. Tak perah kuteliti kemasannya. Apakah di kotaknya terdapat petunjuk pemakaian ataukah ada brosur kecil yang berisi hal-hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Apakah ada stempel khusus yang menyatakan bahwa ia begitu rapuh sehingga saat menggunakannya perlu berhati-hati. Apakah ada alergi yang ditimbulkan dalam setiap pemakaiannya. Ataukah efek samping yang berkepanjangan sehingga harus menghubungi dokter.

Hati. Tempat segala rasa bernaung. Bertumbuh. Berkecambah. Kuncup dan mekar. Tapi tak sedikit yang layu kemudian mati. Aku memiliki hati. Kamu juga. Dan setiap orang yang kita temui pun demikian. Bahkan yang paling jahat sekalipun aku percaya tetap memiliki hati. Sesuatu yang jahat timbul dari rasa kebencian. Dan benci bertumbuh dari cinta yang dikhianati.

Rasa yang ditimbulkan hati saling berkebalikan. Suka-tidak suka.Cinta-benci. Senang-sedih. Ia diciptakan dalam formula dualisme. Satu meniadakan yang lain. Tapi apakah ketika cinta kita lantas tak mampu membenci. Dan apakah ketika benci kita tidak lantas mampu mencinta. Aku belum menemukan jawabannya.

Tapi kupikir kita harus selalu memiliki energy positif. Ketika positif dan negatif saling sikut di dalam hati janganlah tersulut amarah.
Tenangkan pikiran. Tariklah nafas. Pikirkan hal-hal yang menyenangkan. Dedah kembali tiap persoalan. Cobalah temukan titik tengah. Takkan mudah memang. Tapi hati dibekali sebuah sikap untuk bijak. Ia diciptakan oleh Tuhan yang memiliki cinta yang Maha Sempurna.

Cinta yang paling tinggi adalah kebijakan yang memandang kebencian serupa kawan lama tanpa perlu marah dan bermuram durja menghadapinya. Dengan cinta kebencian bisa dihadapi dengan senyuman. Dilepas dengan tak ada sakit yang tersisa. Tidak pecah.

Cinta yang mana? Kupikir cinta yang dititipkan Tuhan. Bukankah dalam setiap ciptaanNya, Ia selalu menitipkan sifatNya di sana. Kita adalah manusia. Mengenal Tuhan dan bergerak ke arahNya. Kita mencoba menjadi Tuhan. Membangkitkan sifat-sifat Ilahi yang ada dalam diri kita. Tidak untuk mengganti diriNya, tapi untuk menyatu denganNya.

Aku memiliki hati. Dia dan juga Kamu.Serta orang-orang di sekeliling kita. Dan orang-orang di luar kita. Dititipkan Tuhan agar kita menggunakannya dengan baik. Kita tak perlu membaca kemasan, brosur kecil, atau stempel fragilenya. Karena hati sudah tahu dan meyakinkan pada kita.

Aku sedih kita tidak mampu menggunakannya dengan bijak. Aku adalah luar lingkar. Tapi bagaimana pun selalu ada cara bijak untuk menyelesaikannya. Karena kupikir semua diawali dengan baik dan pantas diakhiri dengan baik pula.(*)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Comments

Popular posts from this blog

Eksistensi Rasa : Kisah Cinta Tak Biasa Untuk Mereka Yang Mencari

Devin Jelaga Osman atau lebih akrab disapa Djo. Ia memiliki pertanyaan paling besar buat dirinya sendiri . Siapa sebenarnya dirinya? Selain pertanyaan yang masih terus ia cari jawabannya itu, ia memiliki rahasia lain. Yang takut ia bagi dengan sahabat terdekatnya, Rindu.  Rindu Vanilla. Mahasiswa arsitektur seangkatan Djo. Ia membenci perpisahan. Kepergian Langit, Mamanya, persiapaan pernikahan ayahnya. Mengapa ia merasa selalu ia yang ditinggalkan sendirian. Hanya Djo satu-satunya yang selalu menemaninya.  Ezra, asisten dosen yang juga mahasiswa Arsitektur di kampus yang sama. Ia menyimpan rahasia tentang kehidupan Djo.  Eksistensi Rasa adalah buku lanjutan dari Konstelasi Rindu yang menceritakan kisah persahabatan antara Djo dan Rindu. Jika belum membaca Konstelasi Rindu, seperti saya, pada halaman-halaman awal buku ini kamu akan sedikit bingung dengan jalannya cerita. Namun jangan berhenti, teruslah membaca. Karena di halaman-halaman berikutnya kamu akan memahami perma...

The Intimate Lover

sumber foto : www.amazon.com Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu Mr. Rightman sesaat sebelum kamu menikah? Ms. Girl, perempuan yang telah bertunangan bertemu dengan Mr. Boy disuatu hari di dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift yang meluncur turun dari lantai 20. "Jika tidak ada orang yang bersama kita dilift ini hingga lantai dasar, maka aku akan mentraktirmu minum"kata pria itu. Sayang, sang wanita memilih menginterupsi lift tersebut. Berhenti satu lantai sebelum lantai tujuan mereka dan memilih pergi. Tapi gerak bumi mendekatkan mereka. Tak berselang waktu mereka kembalib bertemu dan saling bercakap. Tak bertukar nama, memilih menjadi orang asing bagi masing-masing. Bertemu, berkenalan, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Menyerahkan pada semesta kapan mereka hendak berpisah. Namun, ketika semesta mengharuskan mereka berpisah, dua orang tersebut telah saling jatuh cinta. Seberapa pun mereka berusaha berpisah, hati mereka tetap saling ...

Meet Esti Maharani

Baru saja saya menghempaskan tubuh di kasur di rumah kakakku yang beralamat Sudiang setelah menempuh waktu 4 jam dari Bone ketika saya menerima pesan text darinya. "Dwi, saya lagi di Makassar. Kamu di mana?" pengirim Esti PJTL 2006. Kubalas segera "Saya juga di Makassar. Kamu dimana?". Dan berbalas-balas smslah kami. Ia menjelaskan bahwa ia baru saja mendarat dan on the way menuju hotel tempatnya menginap. Ia sedang ada liputan musik di Makassar. Wah, sebuah kebetulan yang kemudian membawa kami berada di kota yang sama di waktu yang bersamaan. Esti Maharani, saya mengenalnya 5 tahun yang lalu. Disebuah pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL) yang diadakan oleh Universitas Udayana, Bali. Kami sekamar. Anaknya ramah, suka tersenyum, dan chubby. Saat itu ia mewakili Majalah Balairung, Universitas Gajah Mada dan saya mewakili UKM Pers Universitas Hasanuddin. Dua minggu kami belajar tentang reportase lanjutan bersama rekan-rekan dari universitas lain. Setelah itu k...