Dipeluknya.
Ia merasakan detak jantung yang tegas. Nyata. Berdetak.
Setiap detaknya seperti hujaman pisau di telinga.
Begitu nyata.
Dadanya sesak. Apakah oksigen telah berkurang? Tidak. Semua normal. Bahkan sangat normal.
Hanya saja ia berharap ada di dunia yang tidak normal.
Dimana segala hal mampu berada di luar imajinasi.
Agar pisau itu tidak menghujamnya.
Agar detak itu terdengar merdu tanpa memekakan telinga.
Ia berusaha beradaptasi dengan sekelilingnya. Juga pada dada yang dipeluknya.
Meski asupan oksigen ke otaknya begitu sedikit. Cukup mampu melumpuhkan otak.
Dipejamkannya matanya. Menahan perih yang mendera. Hanya karena sebuah detakan jantung.
Dibisikkannya sebuah kalimat "aku merindukanmu". Lirih. Sekali.
Tapi hatinya merapal itu berkali-kali. Serupa tasbih untuk sang Pencinta. Ia meyakini tiap hal di dunia memiliki ukuran dan batas.
Cinta sekali pun. Pun juga rindu.
Ia ingin menghabiskan jatah rindu yang ia miliki untuk pemilik jantung yang berdetak itu. Pemilik dada yang dipeluknya.
Ia ingin kelak tak perlu lagi rindu. Agar ia bisa kembali menjadi biasa. Menjadi manusia normal.
Tapi ia sangsi mampu menghabiskan jatah rindu itu.
"Aku merindukanmu" ucapnya lagi. Serupa bisikan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Ia merasakan detak jantung yang tegas. Nyata. Berdetak.
Setiap detaknya seperti hujaman pisau di telinga.
Begitu nyata.
Dadanya sesak. Apakah oksigen telah berkurang? Tidak. Semua normal. Bahkan sangat normal.
Hanya saja ia berharap ada di dunia yang tidak normal.
Dimana segala hal mampu berada di luar imajinasi.
Agar pisau itu tidak menghujamnya.
Agar detak itu terdengar merdu tanpa memekakan telinga.
Ia berusaha beradaptasi dengan sekelilingnya. Juga pada dada yang dipeluknya.
Meski asupan oksigen ke otaknya begitu sedikit. Cukup mampu melumpuhkan otak.
Dipejamkannya matanya. Menahan perih yang mendera. Hanya karena sebuah detakan jantung.
Dibisikkannya sebuah kalimat "aku merindukanmu". Lirih. Sekali.
Tapi hatinya merapal itu berkali-kali. Serupa tasbih untuk sang Pencinta. Ia meyakini tiap hal di dunia memiliki ukuran dan batas.
Cinta sekali pun. Pun juga rindu.
Ia ingin menghabiskan jatah rindu yang ia miliki untuk pemilik jantung yang berdetak itu. Pemilik dada yang dipeluknya.
Ia ingin kelak tak perlu lagi rindu. Agar ia bisa kembali menjadi biasa. Menjadi manusia normal.
Tapi ia sangsi mampu menghabiskan jatah rindu itu.
"Aku merindukanmu" ucapnya lagi. Serupa bisikan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Comments
Post a Comment