Skip to main content

Totto Chan : Gadis Cilik di Jendela


Totto Chan adalah anak kecil periang yang selalu memiliki rasa ingin tahu besar. Di sekolah dia berdiri di jendela dan memanggil pemusik jalanan. Membuat keributan di sekolah. Gurunya menanggapi bahwa perbuatannya diluar batas. Ia tak bisa duduk diam dan mengikuti pelajaran. Hingga akhirnya ia dikeluarkan di sekolah.

Ia tetaplah gadis kecil yang selalu penuh rasa ingin tahu hingga ia bersekolah di Tomeo Gakuen. Di sekolah ini ia menemukan gerbong- gerbong kereta yang dijadikan kelas, memiliki mata pelajaran jalan-jalan dan memasak bersama, berenang telanjang, teman-teman yang menyenangkan, mata pelajaran yang boleh dipilih sesukanya, serta seorang kepala sekolah yang begitu senang mendengar ceritanya selama empat jam di hari pertamanya, Sosaku Kobayashi. Di Tomeo inilah Totto Chan tumbuh menjadi anak melakukan segala hal sesukanya, belajar tentang persahabatan, kepeduiian, etika, serta tanggung jawab.

Sekolah Tomeo adalah sekolah dasar yang menggunakan system pendidikan diluar kurikulum konvensional. Mr. Kobayashi benar-benar menerapkan system pendidikan yang benar-benar memahami dunia kanak-kanak. Ia membiarkan murid-muridnya memilih bidang yang disukainya. Menanyakan segala sebab dari semua perbuatan yang dilakukan muridnya. Ia tak pernah membiarkan muridnya saling membedakan satu dengan yang lain. Mereka semua sama,sederajat, kanak-kanak, dan patut bahagia dengan dunianya.

Membaca buku ini rasanya begitu menakjubkan jika menyadari bahwa sekolah Tomoe didirikan sebelum perang Pasifik (Tahun 1930an). Kobayashi benar-benar memiliki sebuah visi pendidikan yang begitu hebat. Belajar sepatutnya haruslah langsung dari alam dan lebih menarik jika disertai dengan praktek. Ia pun menemukan bahwa music adalah salah satu bidang yang mampu menyelaraskan fisik dan pikiran.

Sekolah saat ini lebih menekankan pada kepintaran akan matematika dan ilmu pasti. Tanpa benar-benar mengajarkan bahwa sesungguhnya murid-murid yang belajar memiliki kepandaian yang berbeda-beda dan memiliki hak yang sama untuk diasah. Maka yang lahir dari sekolah-sekolah konvensional adalah watak-watak robotic yang disiapkan untuk bekrja. Tidak menjadi manusia seutuhnya yang memahami pengetahuan dan interaksi yang baik antar manusia.

Pantaslah buku ini menjadi bacaan wajib di Negeri Sakura. Setidaknya ketika manusia tak mampu mengubah sekolah-sekolah konvensional maka system pendidikan tersebut tetap mampu diterapkan di rumah bagi para orang tua. Atau guru-guru yang melakukan pembimbingan seperti Mr. Sasuko Kobayashi.

Comments

Popular posts from this blog

Dapat Kiriman Moneygram

Ini adalah pengalaman pertama saya mendapatkan kiriman uang dari luar negeri. Sedikit norak dan kampungan sih. Tapi tak ada salahnya membaginya di sini. Setelah saya googling di internet kurang yang mau berbagi pengalaman tentang transferan luar negerinya. Nah, karena Kak Yusran yang bersekolah di Amerika berniat mengirimi saya uang buat tiket ke Bau-Bau, maka dia akhirnya mengirimkan uang. Dalam bentuk dollar lewat jasa layanan Moneygram yang banyak tersedia di supermarket di Amerika. Moneygram sama seperti Western Union. Tapi Western Union lebih merakyat. Mereka bekerja sama dengan kantor Pegadaian dan kantor pos. Sehingga di kampungku pun ada fasilitas Western Union (tapi saya belum tahu berfungsi atau tidak). Moneygram sendiri setahu saya hanya bekerja sama dengan beberapa bank. Saya belum pernah tahu kalo Moneygram juga sudah bekerja sama dengan kantor pos, meskipun informasi dari teman-teman di twitter mengatakan demikian. Jasa layanan pengiriman uang macam Moneygram dan Western

Misteri Sepatu Menggantung di Kabel Listrik

Sumber : Athens News Sepasang sepatu menggantung lunglai di tiang listrik. kabel listrik tempatnya bergantung kokoh tak ingin melepaskan sepatu itu menghujam bumi. Pertama kali tiba di Athens, saya cukup heran dengan sepatu-sepatu yang tergantung di kabel-kabel listrik itu. Kutanya ke seorang teman bule tapi ia tak memberi jawaban yang memuaskan. Kupikir sepatu-sepatu itu dilempar begitu saja karena sudah dirusak atau tidak dipakai. Atau asumsiku yang lain adalah sepatu itu milih olahragawan yang berhenti dari profesi dan memilh menggantung sepatu. seperti pemain sepakbola. Tapi sepertinya asumsi olahragawan itu tidak benar, karena sepatu-sepatu yang menggantung di tiang listrik cukup mudah ditemukan. Jalan-jalanlah di seputaran Athens dan kau akan mendapati sepatu-sepatu menggantung di tiang listrik.  Uniknya sepatu yang digantung itu hanyalah sepatu-sepatu kets. Fenomena ini disebut Shoefiti dan terjadi diberbagai tempat di Amerika. Nyatanya bukan hanya saya saja yang penasar

Sebelum Salju Mencair

Dua hari ini Athens diselimuti awan hitam. Mendung. Cuaca menjadi dingin. Hujan pun turun. Kemarin cuaca mencapai titik minus. Titik hujan jatuh ke bumi menjadi butiran salju. Angin bertiup kencang. Pohon-pohon pinus tunduk patuh pada gerak angin. Tengah malam kristal-kristal beku itu mencumbui tanah Athens. Jutaan butir yang bertumpuk menutupi tanah, jalan, dan segala permukaan yang dijangkaunya. Permadani putih seketika terhampar menyelimuti bumi. Seperti kepompong yang menyelubungi ulat untuk menjadikannya kupu-kupu. Ini salju nak, coba yuk! Hingga pagi hujan salju masih belum reda. Butiran es itu seolah bersuka cita turun ke bumi. Meliuk-liuk mengikuti gerak angin hingga mendarat dengan sempurna di tanah. Mereka seakan berpesta dan enggan mengakhirinya. Hingga siang, butiran-butiran itu seakan tidak jenuh untuk terus meninggalkan jejak. Kulihat seseorang menuntun anjingnya bermain di tengah salju, Bodoh pikirku bermain-main di salju yang dingin. Bikin frosty ternyata s